China Bakal Jadi Pasar Barang Mewah Terbesar 2025, Kok Bisa?
26 January 2022 |
20:34 WIB
China digadang-gadang akan menjadi pasar barang mewah atau branded terbesar di dunia pada 2025. Hal itu diungkapkan perusahaan konsultan Amerika, Bain & Company. Pada tahun 2021, sekitar 21 persen pengeluaran konsumen global untuk barang-barang mewah berasal dari China.
Dalam laporan berjudul China Luxury Report 2021, perusahaan konsultan itu menunjukkan bahwa penjualan domestik barang-barang mewah pribadi di daratan China mengalami peningkatan sebesar 36 persen menjadi hampir US$74,4 miliar pada tahun 2021. Angka penjualan tersebut hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2019.
Mengutip dari South China Morning Post, Rabu (26/1/2022), penjualan beberapa kategori barang mewah mengalami tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Penjualan barang-barang kulit mewah, misalnya, mengalami pertumbuhan paling cepat sekitar 60 persen, diikuti oleh pakaian dan perhiasan.
Belanja bebas pajak di provinsi pulau Hainan di China Selatan ditengarai memacu pertumbuhan pasar barang mewah negara itu, dengan sekitar 95 persen penjualan bebas pajak Hainan berasal dari barang mewah pribadi pada 2021. Lebih dari setengah barang tersebut merupakan kosmetik merek mewah.
(Baca juga: 5 Brand Fesyen Mewah yang Merambah Metaverse)
Selain itu, pada tahun 2021, penjualan barang mewah pribadi secara online juga meningkat di China sekitar 65 persen. Angka ini, menurut laporan tersebut, lebih cepat meningkat daripada toko offline atau saluran distribusi konvensional dan utama untuk industri mewah.
Hal ini berkaitan dengan pandemi Covid-19 dan pembatasan perjalanan, sehingga lebih dari 90 persen pengeluaran konsumen China untuk barang mewah mayoritas dilakukan di dalam negeri.
“Secara keseluruhan, kami berharap pembelian barang mewah pribadi pada konsumen di China akan pulih ke tingkat sebelum Covid-19 antara akhir 2022 dan paruh pertama 2023,” kata Xing Weiwei, salah satu penulis dalam laporan tersebut.
Sebelumnya, Forbes pernah melaporkan pada 2020 bahwa larangan perjalanan ke luar negeri akibat pandemi Covid-19 membuat para konsumen barang mewah enggan berbelanja ke luar negeri. Hal tersebut mengakibatkan Eropa mengalami penurunan pendapatan penjualan barang mewah sebesar 36 persen dan Amerika turun 27 persen.
Kedua wilayah itu kehilangan para turis China yang kaya raya yang sebelum Covid-19 membuat dua pertiga dari pembelian mereka di tempat-tempat wisata populer seperti Paris, London, Roma, New York, dan Los Angeles. Akibatnya, pengeluaran barang mewah para konsumen China sekitar 80 persen dilakukan di dalam negeri.
Editor: Avicenna
Dalam laporan berjudul China Luxury Report 2021, perusahaan konsultan itu menunjukkan bahwa penjualan domestik barang-barang mewah pribadi di daratan China mengalami peningkatan sebesar 36 persen menjadi hampir US$74,4 miliar pada tahun 2021. Angka penjualan tersebut hampir dua kali lipat jika dibandingkan dengan tahun 2019.
Mengutip dari South China Morning Post, Rabu (26/1/2022), penjualan beberapa kategori barang mewah mengalami tingkat pertumbuhan yang berbeda-beda. Penjualan barang-barang kulit mewah, misalnya, mengalami pertumbuhan paling cepat sekitar 60 persen, diikuti oleh pakaian dan perhiasan.
Belanja bebas pajak di provinsi pulau Hainan di China Selatan ditengarai memacu pertumbuhan pasar barang mewah negara itu, dengan sekitar 95 persen penjualan bebas pajak Hainan berasal dari barang mewah pribadi pada 2021. Lebih dari setengah barang tersebut merupakan kosmetik merek mewah.
Ilustrasi (Dok. freestock/Unsplash)
Selain itu, pada tahun 2021, penjualan barang mewah pribadi secara online juga meningkat di China sekitar 65 persen. Angka ini, menurut laporan tersebut, lebih cepat meningkat daripada toko offline atau saluran distribusi konvensional dan utama untuk industri mewah.
Hal ini berkaitan dengan pandemi Covid-19 dan pembatasan perjalanan, sehingga lebih dari 90 persen pengeluaran konsumen China untuk barang mewah mayoritas dilakukan di dalam negeri.
“Secara keseluruhan, kami berharap pembelian barang mewah pribadi pada konsumen di China akan pulih ke tingkat sebelum Covid-19 antara akhir 2022 dan paruh pertama 2023,” kata Xing Weiwei, salah satu penulis dalam laporan tersebut.
Sebelumnya, Forbes pernah melaporkan pada 2020 bahwa larangan perjalanan ke luar negeri akibat pandemi Covid-19 membuat para konsumen barang mewah enggan berbelanja ke luar negeri. Hal tersebut mengakibatkan Eropa mengalami penurunan pendapatan penjualan barang mewah sebesar 36 persen dan Amerika turun 27 persen.
Kedua wilayah itu kehilangan para turis China yang kaya raya yang sebelum Covid-19 membuat dua pertiga dari pembelian mereka di tempat-tempat wisata populer seperti Paris, London, Roma, New York, dan Los Angeles. Akibatnya, pengeluaran barang mewah para konsumen China sekitar 80 persen dilakukan di dalam negeri.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.