Pengertian & Cara Mengatasinya Trauma dalam Rumah Tangga
26 January 2022 |
14:09 WIB
Pola pengasuhan pada anak dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor kehidupan, salah satunya dari dinamika atau hubungan orang tua yang berisikan konflik. Sayangnya, orang tua kerap tidak sadar bahwa hal tersebut dapat menimbulkan kecemasan dan trauma yang terdalam bagi anak.
Adriana Soekandar Ginanjar, Psikolog dan Konselor Pernikahan, menjelaskan terdapat beberapa jenis trauma yang dialami oleh manusia, khususnya ketika berumah tangga. Trauma-trauma ini harus dikenali lebih awal agar bisa diproses menjadi bentuk emosi yang lebih baik.
“Ketika dapat memproses emosi, hal itu akan membawa dampak yang lebih baik ke sekitar atau keluarga terdekat,” katanya dalam webinar yang diadakan Tentang Anak, baru-baru ini.
Adriana mengatakan bahwa trauma terbagi menjadi tiga yakni trauma akut, trauma kronis, dan trauma kompleks. Trauma akut yakni terjadi satu kali tetapi secara intens, seperti adanya perceraian, bencana alam, pelecehan seksual, yang terjadi di masa lampau atau masa kecil.
Trauma kronis, yang terjadi berulang kali dalam jangka waktu yang panjang seperti mendapatkan kekerasan dari orang tua atau orang sekitar, bullying, melihat kekerasan dan konflik orang tua. Sementara trauma kompleks terdiri dari akibat banyak kejadian traumatis yang berbeda-beda.
“Jika tidak diperbaiki, trauma di masa lampau ini dapat terus menghantui kehidupan sehari-hari sebagai orang tua bahkan dapat berdampak pada pola asuh pada anak saat ini,” imbuhnya.
(Baca juga: Ini 2 Aspek Penting dalam Tumbuh Kembang Anak, Orang Tua Wajib Tahu!)
Adapun beberapa faktor yang juga dapat melatarbelakangi anak rentan terkena trauma dalam kehidupan seperti di antaranya sifat anak yang terlalu tertutup, orang tua yang tidak memahami anak, dan orang tua yang seringkali merasa paling tahu atau paling benar.
Oleh karena itu, Adriana memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan para orang tua untuk menghindari anak memiliki trauma dari rumah tangga sebagai berikut.
Editor: Avicenna
Adriana Soekandar Ginanjar, Psikolog dan Konselor Pernikahan, menjelaskan terdapat beberapa jenis trauma yang dialami oleh manusia, khususnya ketika berumah tangga. Trauma-trauma ini harus dikenali lebih awal agar bisa diproses menjadi bentuk emosi yang lebih baik.
“Ketika dapat memproses emosi, hal itu akan membawa dampak yang lebih baik ke sekitar atau keluarga terdekat,” katanya dalam webinar yang diadakan Tentang Anak, baru-baru ini.
Adriana mengatakan bahwa trauma terbagi menjadi tiga yakni trauma akut, trauma kronis, dan trauma kompleks. Trauma akut yakni terjadi satu kali tetapi secara intens, seperti adanya perceraian, bencana alam, pelecehan seksual, yang terjadi di masa lampau atau masa kecil.
Trauma kronis, yang terjadi berulang kali dalam jangka waktu yang panjang seperti mendapatkan kekerasan dari orang tua atau orang sekitar, bullying, melihat kekerasan dan konflik orang tua. Sementara trauma kompleks terdiri dari akibat banyak kejadian traumatis yang berbeda-beda.
“Jika tidak diperbaiki, trauma di masa lampau ini dapat terus menghantui kehidupan sehari-hari sebagai orang tua bahkan dapat berdampak pada pola asuh pada anak saat ini,” imbuhnya.
Ilustrasi keluarga (Dok. Andrea Piacquadio/Pexels)
Adapun beberapa faktor yang juga dapat melatarbelakangi anak rentan terkena trauma dalam kehidupan seperti di antaranya sifat anak yang terlalu tertutup, orang tua yang tidak memahami anak, dan orang tua yang seringkali merasa paling tahu atau paling benar.
Oleh karena itu, Adriana memberikan beberapa tips yang bisa dilakukan para orang tua untuk menghindari anak memiliki trauma dari rumah tangga sebagai berikut.
- Mengenal anak lebih baik, terbuka dengan anak agar anak juga dapat berkomunikasi dengan orang tua
- Hormati anak dari kecil dengan menghargai keputusan anak atau tidak menuntut anak terlalu sering
- Ajarkan anak bersuara dan berpendapat di setiap kondisi, dapat dimulai dari hal-hal kecil yang ditemukan di keseharian
- Terus cari tahu apa yang anak butuhkan
- Mindful parenting, yakni orang tua mencerna dan mempelajari emosi anak agar dapat menciptakan perilaku yang baik juga kepada keluarga.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.