The House. (Dok. Netflix Animation)

The House, Antologi Stop-Motion Bernuansa Horor di Netflix

16 January 2022   |   10:01 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Salah satu film Netflix yang dirilis awal tahun ini, The House, memiliki konsep yang lugas. Film animasi stop-motion ini merupakan antologi yang dibagi menjadi tiga bagian, masing-masing dikawal oleh sutradara yang berbeda. Namun, ketiganya memiliki kesamaan di mana karakternya terikat dengan sebuah rumah.

Dari beberapa cuplikan, film ini mungkin terlihat menggemaskan karena visualnya yang mengingatkan kita dengan boneka. Meski demikian, The House menyimpan cerita kelam dengan nuansa menyeramkan di setiap episode.

Terlepas dari berbagai keadaan dan garis waktu, dalam setiap cerita, rumah itu mewakili semacam garis hidup bagi para karakter. 

Dua babak pertama cenderung menyeramkan, terutama dengan akhir yang meresahkan. Sementara itu, babak terakhir, meskipun dimulai dengan cukup suram, berakhir dengan secercah harapan untuk setiap karakternya.

Film ini juga menampilkan teknik stop-motion yang mungkin belum pernah Genhype saksikan sebelumnya.
 

I. And Heard Within, A Lie is Spun

The House. (Dok. Netflix Animation)

The House. (Dok. Netflix Animation)

Disutradarai oleh Marc James Roels dan Emma de Swaef, babak pertama dalam antologi ini berperan sebagai cerita asal. Ini adalah kisah tentang kecemburuan antar keluarga. Raymond, sang ayah, membuat perjanjian dalam kondisi mabuk dengan seorang arsitek eksentrik, Van Schoonbeek, yang menawarkan untuk membangun rumah impiannya secara gratis.

Seperti skenario yang terlalu indah untuk jadi kenyataan, kehidupan keluarga Raymond di rumah baru ini sangat makmur. Rumah yang dibangun dengan megah itu menawarkan semua kebutuhan Raymond dan keluarga mulai dari makanan hingga perapian.

Tapi misteri dibalik kemewahan ini satu-persatu mulai terurai. Suatu hari, ketika anak sulungnya, Mabel, bangun tidur, dia menemukan bahwa tangga utama di rumah itu menghilang. Asistennya, Thomas, beralasan bahwa Van Schoonbeek ingin menata ulang interior rumah. Kemudian arsitek itu memberi hadiah pakaian aneh kepada Raymond dan istrinya yang sesuai dengan dekorasi rumah.

Sulit untuk mengatakan apakah sesuatu yang supernatural sedang terjadi atau ini hanya eksperimen psikologis yang kejam. Nuansa surealitas pada film ini didukung pula dengan visual karakternya yang menyerupai boneka kain.
 

II. Then Lost is Truth That Can't be Won

The House. (Dok. Netflix Animation)

The House. (Dok. Netflix Animation)

Disutradarai oleh Niki Lindroth von Bahr, babak kedua berlatar di zaman modern yang bercerita tentang seorang kontraktor, yang digambarkan sebagai tikus, sedang merenovasi rumah untuk dijual kembali. Sayangnya, kontraktor itu berada di momen yang salah.

Resesi sedang parah-parahnya dan dia kerap menemui masalah pada proyek rumah tersebut, khususnya manifestasi serangga misterius. Ketika rumah itu selesai direnovasi, sang kontraktor melakukan open house dengan hanya ada satu pasangan yang tampaknya tertarik. Namun, ada sesuatu yang aneh dengan mereka.

 

III. Listen Again and Seek the Sun

The House. (Dok. Netflix Animation)

The House. (Dok. Netflix Animation)

Babak terakhir, disutradarai oleh Paloma Baeza, membawa penonton jauh ke masa depan ketika rumah itu dikelilingi oleh banjir. Namun, seekor kucing muda, bertekad untuk mengubah keadaan menjadi lebih baik.

Dia telah menggunakan rumah tersebut, yang telah lapuk karena usia, menjadi apartemen dan menolak untuk menyerah pada keadaan. Setiap hari dia mencoba menutupi masalah pada rumah itu, sementara penyewa yang tersisa melakukan apa yang mereka bisa untuk membantunya melanjutkan hidup.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Gaya Baru Anne Hathaway Mirip Karakternya dalam Devil Wears Prada

BERIKUTNYA

Ini Profil Ibu Kasur yang Dikenang dalam Google Doodle

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: