Ini 3 Mindset Penting soal Uang dari Buku The Psychology of Money
16 January 2022 |
09:25 WIB
Kesuksesan finansial bukanlah ilmu yang sulit. Ini adalah soft skill, di mana cara berperilaku lebih penting daripada apa yang kamu ketahui. Soft skill ini disebut sebagai psikologi uang. Kutipan tersebut merupakan premis dari buku berjudul The Psychology of Money karya Morgan Housel.
Buku ini membahas tentang bagaimana hubungan manusia dengan uang dari sudut pandang perilaku manusia. Dalam buku ini, Morgan menuliskan 19 cerita pendek yang menjelaskan cara aneh orang berpikir soal uang dan mengajarkan kamu soal uang itu sendiri.
Penulis merangkumnya menjadi tiga hal penting dari buku ini:
Orang jenius yang kehilangan ketenangan dalam mengatur keuangan mereka akan berakibat fatal. Hal sebaliknya, orang biasa yang tidak punya latar belakang keuangan bisa menjadi kaya apabila dia punya karakter perilaku tertentu soal uang. Jadi, hal itu tidak ada kaitannya dengan kepintaran.
Ada contoh yang menarik, Ronald James Read adalah seorang petugas kebersihan pom bensin dan donatur di AS. Dia hidup sederhana, rutin menabung, dan pada akhir hayatnya dia mampu mengumpulkan US$8 juta. Mayoritas dari kekayaannya lalu disumbangkan ke rumah sakit lokal dan perpustakaan.
Kisah kedua dari seorang bernama Richard Fuscone. Dia lulusan Harvard dan eksekutif di perusahaan manajemen investasi bernama Merrill Lynch. Sepanjang hidupnya, dia banyak berutang dan hidup sangat boros. Hingga akhirnya, nasib malang tiba ketika krisis keuangan 2008. Kejadian ini memaksanya untuk menyatakan diri bangkrut.
Perbedaan nasib kedua orang ini bukan disebabkan oleh tingkat intelektual seseorang, tapi berdasarkan bagaimana perilaku mereka soal uang. Ronald hidup sederhana dan mengatur uangnya dengan baik, sedangkan Richard hidup dengan serakah dan boros. Kesuksesan keuangan bukanlah ilmu yang kaku, tapi lebih pada soft skill di mana perilaku kamu soal uang lebih penting daripada seberapa banyak yang kamu tahu soal uang.
Ada cerita menarik dari dua orang penulis, Kurt Vonnegut dan Joseph Heller yang berada di sebuah pesta seorang miliarder. Kurt bilang ke Joseph, kalau penghasilan miliarder itu dalam sehari lebih besar daripada seluruh pendapatan Joseph dari novel paling populernya.
Joseph menjawab, betul, tapi dia punya sesuatu yang tidak mungkin dimiliki miliarder itu yaitu rasa cukup. Kita memiliki kebiasaan untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Ini adalah proses yang tiada akhir dan akan selalu ada orang yang di atas kita. Ibaratnya di atas langit masih ada langit. Yang paling penting, kita harus tahu rasanya cukup. Hal ini berarti kita menghindari perbuatan yang pada akhirnya membuat kita menyesal.
Contohnya seperti kisah Bernie Madoff, dia terpidana kasus ponzi terbesar dalam sejarah. Penipuannya berlangsung selama 17 tahun dan melibatkan ribuan investor dengan nilai investasi mencapai miliaran dolar. Ini adalah contoh kasus di mana seseorang tidak tahu rasanya cukup.
Mereka membawa diri mereka sendiri ke dalam jurang celaka karena mereka serakah dan tidak tahu saatnya harus berhenti. Perlu kita pahami, banyak hal di dunia tidak sepadan dengan resikonya, misalnya dalam mengejar kekayaan, kita justru punya resiko kehilangan reputasi, kebebasan, teman, keluarga dan sebagainya.
Fakta unik lainnya yaitu kekayaan adalah sesuatu yang kamu tidak lihat. Contohnya begini, ketika ada seseorang mengendarai sebuah mobil seharga Rp1 miliar, mungkin saja orang itu kaya raya. Tapi, fakta yang kamu tahu soal kekayaan dia adalah kalau dia sudah menghabiskan Rp1 miliar untuk membeli sebuah mobil.
Morgan mengingatkan kita kalau sebenarnya ketika orang ingin bilang jadi miliarder, yamg sebenarnya dimaksud adalah mereka ingin menghabiskan uang miliaran, sederhananya mereka ingin gaya hidupnya yang glamor. Namun logika ini bertentangan dengan menjadi miliarder.
Ada banyak cara memperoleh kekayaan. Tapi, menurut Morgan hanya satu cara untuk tetap kaya yaitu gabungan antara hidup sederhana dan punya rasa takut. Memperoleh kekayaan dan mempertahankan kekayaaan punya pendekatan yang berbeda. Dalam memperoleh kekayaan, kamu perlu mengambil risiko dan optimistis.
Sedangkan dalam mempertahankan kekayaan kamu butuh mindset yang 180 derajat bertentangan yaitu harus hidup lebih sederhana dan rasa takut, kalau apa yang kita kumpulkan selama bertahun-tahun bisa hilang dalam sekejap. Itulah sebabnya kita harus memiliki survival mindset dalam mempertahankan kekayaan.
Pertama kondisi keuangan yang kokoh. Kita harus punya manajemen uang yang baik, misalnya berapa bagian untuk investasi konsevatif dan berapa bagian untuk investasi yang agresif. Pembagian ini harus jelas dan diamati dengan baik. Hal ini bertujuan agar kita mampu menikmati kondisi keuangan yang baik dalam jangka panjang.
Kamu dapat membangun kekayaan tanpa pendapatan yang besar. Tapi kamu tidak bisa membangun kekayaan tanpa mindset yang benar soal uang.
Perilaku kamu soal uang, lebih penting daripada seberapa banyak informasi yang kamu ketahui soal mengelola keuangan.
Editor: Fajar Sidik
Buku ini membahas tentang bagaimana hubungan manusia dengan uang dari sudut pandang perilaku manusia. Dalam buku ini, Morgan menuliskan 19 cerita pendek yang menjelaskan cara aneh orang berpikir soal uang dan mengajarkan kamu soal uang itu sendiri.
Penulis merangkumnya menjadi tiga hal penting dari buku ini:
1. Mengelola Uang Tidak Harus Pintar
Orang jenius yang kehilangan ketenangan dalam mengatur keuangan mereka akan berakibat fatal. Hal sebaliknya, orang biasa yang tidak punya latar belakang keuangan bisa menjadi kaya apabila dia punya karakter perilaku tertentu soal uang. Jadi, hal itu tidak ada kaitannya dengan kepintaran. Ada contoh yang menarik, Ronald James Read adalah seorang petugas kebersihan pom bensin dan donatur di AS. Dia hidup sederhana, rutin menabung, dan pada akhir hayatnya dia mampu mengumpulkan US$8 juta. Mayoritas dari kekayaannya lalu disumbangkan ke rumah sakit lokal dan perpustakaan.
Kisah kedua dari seorang bernama Richard Fuscone. Dia lulusan Harvard dan eksekutif di perusahaan manajemen investasi bernama Merrill Lynch. Sepanjang hidupnya, dia banyak berutang dan hidup sangat boros. Hingga akhirnya, nasib malang tiba ketika krisis keuangan 2008. Kejadian ini memaksanya untuk menyatakan diri bangkrut.
Perbedaan nasib kedua orang ini bukan disebabkan oleh tingkat intelektual seseorang, tapi berdasarkan bagaimana perilaku mereka soal uang. Ronald hidup sederhana dan mengatur uangnya dengan baik, sedangkan Richard hidup dengan serakah dan boros. Kesuksesan keuangan bukanlah ilmu yang kaku, tapi lebih pada soft skill di mana perilaku kamu soal uang lebih penting daripada seberapa banyak yang kamu tahu soal uang.
2. Fakta Unik Soal Uang
Ada cerita menarik dari dua orang penulis, Kurt Vonnegut dan Joseph Heller yang berada di sebuah pesta seorang miliarder. Kurt bilang ke Joseph, kalau penghasilan miliarder itu dalam sehari lebih besar daripada seluruh pendapatan Joseph dari novel paling populernya.Joseph menjawab, betul, tapi dia punya sesuatu yang tidak mungkin dimiliki miliarder itu yaitu rasa cukup. Kita memiliki kebiasaan untuk membandingkan diri kita dengan orang lain. Ini adalah proses yang tiada akhir dan akan selalu ada orang yang di atas kita. Ibaratnya di atas langit masih ada langit. Yang paling penting, kita harus tahu rasanya cukup. Hal ini berarti kita menghindari perbuatan yang pada akhirnya membuat kita menyesal.
Contohnya seperti kisah Bernie Madoff, dia terpidana kasus ponzi terbesar dalam sejarah. Penipuannya berlangsung selama 17 tahun dan melibatkan ribuan investor dengan nilai investasi mencapai miliaran dolar. Ini adalah contoh kasus di mana seseorang tidak tahu rasanya cukup.
Mereka membawa diri mereka sendiri ke dalam jurang celaka karena mereka serakah dan tidak tahu saatnya harus berhenti. Perlu kita pahami, banyak hal di dunia tidak sepadan dengan resikonya, misalnya dalam mengejar kekayaan, kita justru punya resiko kehilangan reputasi, kebebasan, teman, keluarga dan sebagainya.
Fakta unik lainnya yaitu kekayaan adalah sesuatu yang kamu tidak lihat. Contohnya begini, ketika ada seseorang mengendarai sebuah mobil seharga Rp1 miliar, mungkin saja orang itu kaya raya. Tapi, fakta yang kamu tahu soal kekayaan dia adalah kalau dia sudah menghabiskan Rp1 miliar untuk membeli sebuah mobil.
Morgan mengingatkan kita kalau sebenarnya ketika orang ingin bilang jadi miliarder, yamg sebenarnya dimaksud adalah mereka ingin menghabiskan uang miliaran, sederhananya mereka ingin gaya hidupnya yang glamor. Namun logika ini bertentangan dengan menjadi miliarder.
3. Mempertahankan kekayaan tidak sama dengan membangun kekayaan.
Ada banyak cara memperoleh kekayaan. Tapi, menurut Morgan hanya satu cara untuk tetap kaya yaitu gabungan antara hidup sederhana dan punya rasa takut. Memperoleh kekayaan dan mempertahankan kekayaaan punya pendekatan yang berbeda. Dalam memperoleh kekayaan, kamu perlu mengambil risiko dan optimistis.Sedangkan dalam mempertahankan kekayaan kamu butuh mindset yang 180 derajat bertentangan yaitu harus hidup lebih sederhana dan rasa takut, kalau apa yang kita kumpulkan selama bertahun-tahun bisa hilang dalam sekejap. Itulah sebabnya kita harus memiliki survival mindset dalam mempertahankan kekayaan.
Pertama kondisi keuangan yang kokoh. Kita harus punya manajemen uang yang baik, misalnya berapa bagian untuk investasi konsevatif dan berapa bagian untuk investasi yang agresif. Pembagian ini harus jelas dan diamati dengan baik. Hal ini bertujuan agar kita mampu menikmati kondisi keuangan yang baik dalam jangka panjang.
Kamu dapat membangun kekayaan tanpa pendapatan yang besar. Tapi kamu tidak bisa membangun kekayaan tanpa mindset yang benar soal uang.
Perilaku kamu soal uang, lebih penting daripada seberapa banyak informasi yang kamu ketahui soal mengelola keuangan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.