sumber gambar : Galeri Nasional Indonesia

Ini Pameran Galeri Nasional Indonesia pada Akhir Bulan Ini

10 January 2022   |   18:40 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Galeri Nasional Indonesia mengawali tahun baru dengan mengadakan pameran "Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak". Pameran hasil kolaborasi sejumlah pihak ini akan berlangsung pada 27 Januari – 27 Februari 2022. Pameran ini merupakan bagian dari rangkaian program Collecting Entanglements and Embodied Histories.

Program tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Galeri Nasional Indonesia dengan Goethe-Institut Indonesien, MAIIAM Contemporary Art Museum, Singapore Art Museum, dan Hamburger Bahnhof-Museum für Gegenwart, Berlin.

Dalam rilis yang pernah diterima oleh Hypeabis.id, pameran dikurasi oleh Grace Samboh bersama Anna-Catharina Gebbers, Gridthiya Gaweewong, dan June Yap. 

Grace Samboh, peneliti dan kurator, menuturkan Galeri Nasional Indonesia (Galnas) menjadi rumah untuk lebih dari 1898 karya seni modern dan kontemporer.

Pada umumnya, Galnas mewadahi pameran eksternal dan menjalankan program-program yang diprakarsai oleh Direktorat Seni dan Budaya. Baru dalam tujuh tahun terakhir Galnas mulai memasang koleksinya dalam galeri permanen. 

"Minat saya sebagai kurator sederhana saja. Saya ingin memanfaatkan infrastruktur yang sudah ada. Saya ingin melihat bagaimana negara menyapa masyarakat serta pekerja seni sembari menghidupkan koleksi mereka melalui ajang pameran, seminar dan peragaan koleksi," katanya. 

(Baca juga: Ini Jadwal Pameran Luring Galeri Nasional Indonesia Pada 2022)

Untuk diketahui, sekitar masa Konferensi Asia-Afrika (Bandung, 1955), pameran berorientasi geopolitik mulai merebak di seluruh dunia. Di antaranya tercatat Sao Paulo Biennale (perdana 1951), Alexandria Biennale (perdana 1955), dan Biennial of Graphic Arts (Ljubljana, perdana 1955).

Satu dasawarsa kemudian ASEAN dibentuk. Memasuki tahun 1981, pameran keliling di antara negara-negara anggota ASEAN mulai berlangsung.

Pada masa itu juga terjadi lonjakan pameran internasional yang tidak berkiblat ke Barat seperti Fukuoka Asian Art Triennale (perdana 1979), Asian Art Biennale (Bangladesh, perdana 1981), Australia and the Regions Exchange (perdana 1983), dan  Havana Biennale (perdana 1984). 

Lingkup Gerakan Nonblok (didirikan 1961) mungkin terlampau luas untuk upaya seperti itu, atau bisa berasumsi bahwa Sao Paulo Biennale mencakup “kawasan” tersebut, mengingat pendekatan awal yang digunakan untuk menemukan seniman dan mengirim karya adalah kerja sama antarpemerintah. 

Apa yang dapat kita pelajari dari berbagai pertukaran tersebut? Apakah pertukaran-pertukaran itu semata gerak-gerik simbolik? Seperti apa hubungan para seniman?


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

Pemilihan Bali Jadi Tuan Rumah Seri 4 Liga 1 Terkesan Dipaksakan

BERIKUTNYA

Lanjutkan Kisah Sekuel Kedua, Film Insidious 5: The Dark Realm Bakal Tayang Tahun Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: