Sebelum Penyalin Cahaya, Intip 8 Film Pendek Karya Wregas Bhanuteja
10 January 2022 |
15:53 WIB
Sutradara Wregas Bhanuteja menjadi perbincangan publik setelah merilis film panjang pertamanya berjudul Penyalin Cahaya. Film yang akan tayang di Netflix pada 13 Januari 2022 itu mengangkat isu kekerasan seksual yang kini sedang marak terjadi di tengah masyarakat.
Melalui filmnya, Wregas ingin menunjukkan bahwa saat ini Indonesia mengalami darurat kekerasan seksual. Dalam ajang Festival Film Indonesia 2021, film Penyalin Cahaya berhasil memborong 12 Piala Citra di antaranya adalah Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, dan Penulis Skenario Terbaik.
[Baca juga:Ini Kata Wregas Saat Penyalin Cahaya Menang 12 Kategori di Ajang FFI 2021]
Nama Wregas sebenarnya lebih dulu dikenal berkat beberapa film pendeknya yang berhasil memenangkan sederet penghargaan internasional seperti yang telah dirangkum Hypeabis.id berikut ini.
(Baca juga: Tayang 13 Januari di Netflix, Simak Sinopsis Film Penyalin Cahaya)
Lembusura adalah film pendek yang mengangkat legenda iblis gunung yang ada di Gunung Kelud. Menurut legenda, hujan abu disebabkan oleh setan marah bernama Lembusura yang memakai tudung ajaib dan tinggal di dalam gunung berapi.
Film Wregas satu ini memiliki premis cerita yang cukup sederhana. The Floating Chopin berkisah tentang sepasang kekasih yang berlibur ke pantai yang indah. Si pria bercerita tentang kunjungannya ke Eropa. Rupanya, dia mendapat tugas kuliah untuk menginterpretasikan kunjungan ke benua biru itu.
Film Prenjak berhasil memenangkan sederet penghargaan internasional bergengsi seperti Discovery Award di Festival Film Cannes, Best Fiction Short Film di Festival Film Internasional Melbourne, dan Best Southeast Asian Short Film di SGIFF Silver Screen Award.
Dry Season in My House adalah sebuah film tari yang sangat pendek tentang seorang ibu rumah tangga, musim kemarau Jawa dan fluiditas. Film ini berkolaborasi dengan penari muda berbakat Sekar Sari dan musisi Gardika Gigih.
Editor: Gita
Melalui filmnya, Wregas ingin menunjukkan bahwa saat ini Indonesia mengalami darurat kekerasan seksual. Dalam ajang Festival Film Indonesia 2021, film Penyalin Cahaya berhasil memborong 12 Piala Citra di antaranya adalah Film Cerita Panjang Terbaik, Sutradara Terbaik, Pemeran Utama Pria Terbaik, dan Penulis Skenario Terbaik.
[Baca juga:Ini Kata Wregas Saat Penyalin Cahaya Menang 12 Kategori di Ajang FFI 2021]
Nama Wregas sebenarnya lebih dulu dikenal berkat beberapa film pendeknya yang berhasil memenangkan sederet penghargaan internasional seperti yang telah dirangkum Hypeabis.id berikut ini.
1. Senyawa (2012)
Senyawa bercerita tentang seorang anak perempuan bernama Retno yang ingin merekam lagu Ave Maria untuk ibunya. Namun, dia kesal karena rekamannya selalu terganggu dengan suara adzan.2. Lemantun (2014)
Film ini mengangkat kisah seorang Ibu yang mencoba membagikan warisan kepada kelima anaknya yang memiliki nasib berbeda-beda. Warisan yang akan diberikan tidak berupa tanah, rumah atau sawah, melainkan sebuah lemantun ( bahasa Jawa) atau lemari. Lemari-lemari tersebut dibeli sebagai penanda lainnya anak-anak si Ibu, satu anak satu lemari. Film Lemantun memenangkan Piala Maya pada 2015.Film Lemantun (Dok. Laman resmi Wregas)
(Baca juga: Tayang 13 Januari di Netflix, Simak Sinopsis Film Penyalin Cahaya)
3. Lembusura (2015)
Lembusura adalah film pendek yang mengangkat legenda iblis gunung yang ada di Gunung Kelud. Menurut legenda, hujan abu disebabkan oleh setan marah bernama Lembusura yang memakai tudung ajaib dan tinggal di dalam gunung berapi.
4. The Floating Chopin (2016)
Film Wregas satu ini memiliki premis cerita yang cukup sederhana. The Floating Chopin berkisah tentang sepasang kekasih yang berlibur ke pantai yang indah. Si pria bercerita tentang kunjungannya ke Eropa. Rupanya, dia mendapat tugas kuliah untuk menginterpretasikan kunjungan ke benua biru itu.5. Prenjak (2016)
Kisah film ini diangkat berdasarkan praktik kearifan lokal yang populer pada tahun 1980 hingga 1990-an di Yogyakarta, tentang kegiatan seorang wanita penjual wedang ronde yang membolehkan seorang pria melihat organ intimnya dengan menyalakan korek di tempat gelap demi uang.Film Prenjak berhasil memenangkan sederet penghargaan internasional bergengsi seperti Discovery Award di Festival Film Cannes, Best Fiction Short Film di Festival Film Internasional Melbourne, dan Best Southeast Asian Short Film di SGIFF Silver Screen Award.
Cuplikan film Dry Season in My House (Dok. Laman resmi Wregas)
6. Dry Season in My House (2017)
Dry Season in My House adalah sebuah film tari yang sangat pendek tentang seorang ibu rumah tangga, musim kemarau Jawa dan fluiditas. Film ini berkolaborasi dengan penari muda berbakat Sekar Sari dan musisi Gardika Gigih. 7. Waung/Warmest Regards from a Dog (2018)
Film berdurasi 12 menit ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Ian. Sebelum berangkat belajar ke luar negeri, Ian ingin sedikit kenang-kenangan dari kekasih lamanya, Ingrid. Menjadi seorang pria dengan jimat yang berkaitan dengan bau, Ian ingin mengumpulkan bau Ingrid sebagai hadiah perpisahan.8. Tak Ada yang Gila di Kota Ini (2019)
Film ini merupakan adaptasi dari cerita pendek karangan Eka Kurniawan dengan judul yang sama. Film ini bercerita tentang fenomena penangkapan orang-orang dengan gangguan jiwa yang terjadi di sebuah kota di Pulau Jawa. Tak Ada yang Gila di Kota Ini menjadi film pendek terbaik di ajang Festival Film Indonesia 2019.Editor: Gita
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.