Dok. Unsplash

Ingin Investasi di Instrumen Syariah? Ini Risiko dan Keuntungannya

06 January 2022   |   22:11 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Sebagai negara dengan mayoritas penduduk Muslim, Indonesia jelas memiliki potensi dan prospek keuangan syariah yang sangat besar. Apalagi produk investasi syariah sebetulnya tidak banyak berbeda dibandingkan dengan produk investasi konvensiona. Meski demikian, masih ada sejumlah pekerjaan rumah yang menjadi tantangan.

Tantangan tersebut adalah bagaimana produk keuangan syariah dapat berinovasi membuat produk keuangan yang lebih kompetitif dibandingkan dengan produk keuangan konvensional, baik dari sisi kinerja maupun biaya. Selain itu, dibutuhkan juga peningkatan literasi keuangan syariah di Indonesia yang saat ini masih rendah.

Perencana Keuangan dari Oneshildt Budi Raharjo mengatakan secara umum, produk investasi syariah sebetulnya tidak banyak berbeda dibandingkan dengan produk investasi konvensional. Namun yang membedakan adalah dari sisi penerapan kaidah dan nilai-nilai syariah dalam produk dan pengelolaan keuangan dari instrumen syariah.

Dalam investasi syariah ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi yaitu investasi syariah terbebas dari unsur haram, riba, gharar dan maisir yang dilarang dalam Islam.

“Maka keuntungan utama dari berinvestasi di instrumen syariah adalah pemenuhan prinsip-prinsip syariah yang dapat menjamin kehalalan dari pengelolaan keuangan,” jelasnya.

Selain memiliki banyak keuntungan, investasi syariah juga memiliki risiko yaitu pilihan untuk instrumen investasinya tidak akan seluas investasi konvensional, karena tidak semua investasi konvensional memenuhi persyaratan dan kaidah syariah.

“Hal ini akan menyebabkan investor yang ingin melakukan diversifikasi untuk mengurangi risiko volatilitas dalam investasinya menjadi mengalami keterbatasan,” tuturnya.
 

Ilustrasi investasi/Freepik

Ilustrasi investasi/Freepik


Ada sejumlah instrumen investasi syariah yang dapat dipilih. Bagi pemula, Budi menyarankan untuk memulainya dari instrumen yang dapat memberikan keuntungan di atas deposito tetapi masih berisiko rendah seperti sukuk negara ritel dan sukuk tabungan.

Selain itu, investor pemula juga dapat mencoba reksadana syariah pasar uang yang penempatannya paling sedikit 80% pada efek pasar uang syariah dan efek pendapatan tetap syariah di bawah 1 tahun. Bisa juga masuk ke reksadana syariah pendapatan tetap yang dana kelolaannya lebih dari 80 persen ditempatkan dalam bentuk efek pendapatan tetap syariah.

“Meskipun berisiko rendah, tetap saja sebagai seorang investor harus mempelajari dan memahami investasi yang akan dilakukan serta mempelajari potensi keuntungan serta resikonya,” tuturnya.

Untuk memulai investasi di instrumen syariah, Budi menyarankan agar instrumen menetapkan terlebih dahulu tujuan dari investasi. Tujuan ini dapat dikelompokkan dalam tujuan jangka pendek, menengah dan panjang.

“Jika tujuan bersifat jangka pendek, akan lebih baik memilih instrumen investasi syariah yang lebih konservatif dan berisiko rendah, sedangkan untuk tujuan jangka panjang lebih dari 10 tahun dapat memilih reksadana syariah saham,” jelasnya.

Selain itu, pastikan juga bahwa instrumen investasi yang dipilih sesuai dengan karakter masing-masing dalam berinvestasi. Jika, profil dalam berinvestasi cenderung konservatif, maka sebaiknya dalam memilih instrumen investasi menggunakan strategi dan portofolio yang konservatif.

“Terakhir, perhatikan juga kesehatan finansial sebelum berinvestasi. Seperti menyediakan likuiditas dana darurat yang memadai serta proteksi kesehatan dan jiwa."

Editor: M R Purboyo
 

SEBELUMNYA

Wow! Pedagang Sayur Ini Bisa Raup Omzet Rp90 Juta Perbulan. Ini Rahasianya

BERIKUTNYA

Data 6 Juta Pasien dari Server Kemenkes Dijual, Kominfo Gercep Lakukan Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: