Genhype, Tidak Ada Salahnya Mengenakan Pakaian yang Sama Berulang Kali!
03 January 2022 |
19:53 WIB
Beberapa tahun terakhir pakar lingkungan hidup semakin gencar mengajak konsumen untuk mengenakan pakaian secara berkelanjutan. Salah satunya dengan mengurangi belanja baju baru dan beralih ke opsi yang lebih ramah lingkungan seperti menyewa atau bertukar pakaian.
Raye Padit, pendiri dan kepala eksekutif platform tukar pakaian di Singapura, Fashion Pulpit, mengatakan tidak perlu merasa malu untuk mengenakan pakaian yang sama berulang kali. "Kita harusnya menormalkan kembali mengenakan pakaian yang sama berulang kali. Kami yakin bahwa ada stigma yang mempengaruhi orang untuk tidak memakai pakaian yang sama, cara itu dianggap tidak seksi. Kita perlu mengubah pola pikir itu." ujarnya seperti dilansir Channel News Asia.
Hal yang paling mungkin dilakukan untuk berkontribusi adalah dengan memadupadankan pakaian yang sudah ada di lemari secara kreatif. Ada pula beberapa orang yang mempraktikan metode belanja satu baju baru, donasikan tiga baju di lemari sebagai cara efektif untuk mengurangi pakaian yang menumpuk.
Menurut Marketing Associate Director Zero Waste SG, Jasmine Tuan, sesungguhnya kita memiliki lebih dari cukup pakaian di lemari. "Apakah kita benar-benar perlu membeli t-shirt, celana atau gaun baru setiap saat? Ketika melihat isi lemari, kalian mungkin sudah memiliki barang-barang ini. Langkah selanjutnya adalah memakainya," katanya.
Bahkan jika kalian sudah merasa bahwa pakaian ini tidak lagi sparks joy, selalu ada opsi untuk menghadiahkan pakaian yang masih layak kepada keluarga terdekat atau mendonasikannya kepada orang-orang yang lebih membutuhkan.
Belakangan ini, tren sewa dan tukar pakaian makin populer di kalangan konsumen Asia bahkan Indonesia. Alternatif ini membuat ekonomi mode yang linier, dengan pola pakai-buang, menjadi lebih sirkular.
Raena Lim, pendiri Style Theory, yang menawarkan paket sewa pakaian berbasis langganan kini memiliki lebih dari 200.000 pengguna terdaftar. Perusahaan telah melakukan lebih dari 2,3 juta penyewaan dan menyelamatkan lebih dari 600.000 pakaian desainer bekas dibuang sebelum waktunya dalam kurun waktu lima tahun.
Fashion Pulpit juga telah membantu meringankan beban lingkungan. Sejak dibuka pada tahun 2018, platform ini telah menghemat 120.000 item dengan metode tukar pakaian. Komunitas tersebut juga telah berkembang, dari 115 anggota menjadi 2.500 saat ini.
Sementara sewa dan tukar pakaian disebut-sebut sebagai solusi ramah lingkungan dari konsumtivitas, para ahli juga memperingatkan agar hal ini dilakukan dengan wajar.
Seperti bagaimana seseorang cenderung membeli berbelanja dengan berlebihan, tidak menutup kemungkinan seseorang dapat menyewa atau menukar pakaian secara berlebihan pula.
Editor: Gita
Raye Padit, pendiri dan kepala eksekutif platform tukar pakaian di Singapura, Fashion Pulpit, mengatakan tidak perlu merasa malu untuk mengenakan pakaian yang sama berulang kali. "Kita harusnya menormalkan kembali mengenakan pakaian yang sama berulang kali. Kami yakin bahwa ada stigma yang mempengaruhi orang untuk tidak memakai pakaian yang sama, cara itu dianggap tidak seksi. Kita perlu mengubah pola pikir itu." ujarnya seperti dilansir Channel News Asia.
Hal yang paling mungkin dilakukan untuk berkontribusi adalah dengan memadupadankan pakaian yang sudah ada di lemari secara kreatif. Ada pula beberapa orang yang mempraktikan metode belanja satu baju baru, donasikan tiga baju di lemari sebagai cara efektif untuk mengurangi pakaian yang menumpuk.
Menurut Marketing Associate Director Zero Waste SG, Jasmine Tuan, sesungguhnya kita memiliki lebih dari cukup pakaian di lemari. "Apakah kita benar-benar perlu membeli t-shirt, celana atau gaun baru setiap saat? Ketika melihat isi lemari, kalian mungkin sudah memiliki barang-barang ini. Langkah selanjutnya adalah memakainya," katanya.
Isla Fisher sebagai Rebecca Bloomwood di film Confessions of a Shopaholic. (Dok. Touchstone Pictures)
Belakangan ini, tren sewa dan tukar pakaian makin populer di kalangan konsumen Asia bahkan Indonesia. Alternatif ini membuat ekonomi mode yang linier, dengan pola pakai-buang, menjadi lebih sirkular.
Raena Lim, pendiri Style Theory, yang menawarkan paket sewa pakaian berbasis langganan kini memiliki lebih dari 200.000 pengguna terdaftar. Perusahaan telah melakukan lebih dari 2,3 juta penyewaan dan menyelamatkan lebih dari 600.000 pakaian desainer bekas dibuang sebelum waktunya dalam kurun waktu lima tahun.
Fashion Pulpit juga telah membantu meringankan beban lingkungan. Sejak dibuka pada tahun 2018, platform ini telah menghemat 120.000 item dengan metode tukar pakaian. Komunitas tersebut juga telah berkembang, dari 115 anggota menjadi 2.500 saat ini.
Sementara sewa dan tukar pakaian disebut-sebut sebagai solusi ramah lingkungan dari konsumtivitas, para ahli juga memperingatkan agar hal ini dilakukan dengan wajar.
Seperti bagaimana seseorang cenderung membeli berbelanja dengan berlebihan, tidak menutup kemungkinan seseorang dapat menyewa atau menukar pakaian secara berlebihan pula.
Editor: Gita
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.