Ilustrasi investasi (dok: Unsplash/Tierra Mallorca)

Yuk Simak Investasi yang Punya Prospek Positif pada 2022

29 December 2021   |   09:01 WIB
Image
Rezha Hadyan Hypeabis.id

Menjelang tahun baru, mungkin beberapa orang sudah mulai melakukan evaluasi dan menyusun rencana selama setahun ke depan. Salah satunya yang tentu tak boleh dilewatkan adalah melakukan evaluasi dan menyusun rencana investasi pada 2022. 

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, pandemi Covid-19 yang masih belum usai membuat perencanaan investasi pada 2022 cukup menantang. Namun, perencanaan tersebut tentunya tak begitu sulit lantaran apa yang terjadi sepanjang 2021 bisa dijadikan sebagai pembelajaran.

Selain profil risiko, pendapatan, atau faktor internal lainnya, faktor eksternal yang akan mempengaruhi investasi, khususnya imball hasil 

Ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira, menyebut instrumen investasi berbasis bunga layak dijadikan pilihan pada 2022. Sebab, tingkat suku bunga acuan diperkirakan akan mengalami kenaikan yang tentunya berpengaruh pada imbal hasil dari instrumen investasi tersebut.

"Investasi berbasis bunga seperti SUN [Surat Utang Negara], reksadana pendapatan tetap itu layak jadi pilihan karena kedepannya suku bunga akan mengalami kenaikan atau penyesuaian kembali," katanya kepada Hypeabis belum lama ini.

Adapun, bagi masyarakat yang ingin berinvestasi di pasar modal, Bhima menyebut emiten berbasis teknologi informasi, makanan dan minuman, perkebunan, dan pertambangan layak dipertimbangkan. Demikian halnya dengan emiten perbankan yang sejak 2021 ketiban berkah pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19.

"Perbankan masih sangat potensial karena pemulihan ekonomi. Penyaluran kredit bank meningkat, dana pihak ketiga yang ada di perbankan juga relatif masih gemuk," ungkapnya.

(Baca juga: Simak Tips Investasi Saham ala 'Warren Buffet Indonesia' Lo Kheng Hong)

Kemudian untuk emas menurut Bhima pada 2022 kemungkinan tak semoncer dua tahun sebelumnya. Walaupun demikian, instrumen investasi yang satu ini tetap layak dijadikan pilihan karena dianggap paling aman atau stabil, terlebih di tengah kondisi yang belum sepenuhnya normal atau pasti.

"Emas, khususnya emas batangan ini cenderung stabil walaupun kenaikan [harganya] terbatas. Tetapi, perlu dicatat kenaikan harga emas ini tergantung pada kondisi pandemi Covid-19 juga. Kalau 2022 tidak ada lonjakan [kasus] harganya bisa saja terkoreksi. Emas ini juga tentunya terpengaruh oleh [nilai tukar] Dollar," tuturnya.

Lantas, bagaimana dengan investasi di sektor riil? Menurut Bhima, investasi di sektor tersebut yang cukup potensial pada 2022 adalah investasi properti, khususnya rumah tapak.

"Disarankan investasi rumah tapak yang lokasinya mendekati kawasan industri baru dan berkembang seperti Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di sana masih banyak pekerja yang membutuhkan dan mencari tempat tinggal," ujarnya.

Selain properti, investasi waralaba ritel modern toko kelontong (minimarket) serta makanan dan minuman juga layak dijadikan pilihan. Sejalan dengan pulihnya konsumsi rumah tangga dan perubahan kebiasaan masyarakat yang mulai enggan berbelanja di pusat perbelanjaan atau pusat grosir seperti sebelumnya.

"Untuk membeli waralaba makanan dan minuman ini harus selektif karena sekarang trennya ini sangat singkat hanya sembilan bulan, makin pendek. Pilihlah yang potensi bisnisnya jangka panjang, setidaknya minim tiga tahunan," paparnya.

Untuk pertumbuhan ekonomi nasional pada 2022, Bhima memproyeksi berada di kisaran 4-5% dibandingkan tahun sebelumnya (year on year/YoY). Pertumbuhan tersebut didorong oleh membaiknya kinerja ekspor, kenaikan harga komoditas, pulihnya konsumsi rumah tangga domestik, dan realisasi investasi yang sempat tertunda.

"Konsumsi rumah tangga domestik ini meningkat mendorong pemulihan ekonomi, terutama di Sumatra dan Kalimantan yang basis [perekonomiannya] pertambangan dan perkebunan. Pemulihannya lebih cepat dari Jawa," tambahnya.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut pertumbuhan ekonomi pada 2022 akan lebih baik dibandingkan dengan 2021. Perbaikan terjadi seiring dengan menurunnya kasus dan pemulihan pandemi Covid-19.

Pemerintah telah memproyeksi ekonomi pada 2022 bisa berada pada kisaran 5-5,5%. Angka ini lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi 2021.

Sementara itu, Bank Indonesia memproyeksi pertumbuhan ekonomi 2022 akan sekitar 4,7-5,5%. BI optimistis bahwa pemulihan akan terjadi pada tahun depan, dari 3,2-4% pada 2021.

Sri Mulyani juga menyebut laju pemulihan ekonomi Indonesia di masa pandemi Covid-19 dinilai lebih pesat jika dibandingkan pada saat krisis keuangan Asia (Asian Financial Crisis) periode 1997-1998 silam. Menurutnya, Indonesia hanya butuh waktu sekitar 18 bulan untuk bisa kembali ke level pertumbuhan ekonomi prapandemi.

"Meskipun dampaknya [pandemi Covid-19] luar biasa, namun sektor keuangan justru relatif resilient, bahkan bullish. Ini karena otoritas fiskal dan moneter melakukan countercyclical luar biasa besar, sehingga melimpah dan suku bunga rendah," ujarnya.


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

4 Cara Jitu Atasi Kecanduan Media Sosial, Coba Yuk!

BERIKUTNYA

Dapat Bersihkan Mesin Kendaraan, Apa Itu Engine Flush?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: