Ilustrasi sosis, salah satu contoh makanan ultraproses (dok: Unsplash/Branimir Petakov)

Memenuhi Nutrisi Harian Tak Hanya soal Kalori

28 December 2021   |   15:22 WIB
Image
Rezha Hadyan Hypeabis.id

Menjelang tahun yang baru, mungkin banyak dari kita sudah menyiapkan sejumlah resolusi. Bicara soal resolusi, tentu saja tak selalu identik dengan hal-hal yang sulit untuk dilakukan. Salah satu hal kecil yang dapat dijadikan sebagai resolusi tahun baru adalah mewujudkan gaya hidup sehat.

Tidak bisa dimungkiri gaya hidup sehat telah terbukti memberikan banyak keuntungan bagi kesehatan fisik maupun mental. Terlebih pada masa pandemi Covid-19 seperti saat ini yang mana menjaga daya tahan tubuh menjadi sebuah keharusan.

Satu-satunya cara yang dapat dilakukan untuk menjaga daya tahan tubuh tentu saja menerapkan gaya hidup sehat. Selain aktif bergerak lewat serangkaian aktivitas dan latihan fisik, gaya hidup sehat tentunya perlu ditunjang oleh asupan gizi seimbang.

Asupan gizi seimbang yang dimaksud adalah konsumsi makanan pokok, lauk pauk, sayuran, dan buah-buahan dengan porsi yang tepat sesuai dengan kebutuhan masing-masing, bergantung pada usia, aktivitas yang dilakukan, hingga kondisi fisiologis.
 
Menurut Dokter Ahli Gizi dari dr.Tan & Remanlay Institute, dr. Tan Shot Yen, untuk memenuhi asupan gizi seimbang Anda dapat menerapkan panduan piring makan.

Panduan tersebut merupakan bagian dari Pedoman Gizi Seimbang yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan RI untuk menyempurnakan prinsip empat sehat lima sempurna yang dinilai sudah tidak relevan. 

"Secara mudah panduan piring makan atau isi piringku dapat dijadikan acuan oleh orang awam untuk pembagian proposional bahan pangan. Makanan pokok, sayuran, buah-buahan, lauk-pauk," katanya kepada Hypeabis belum lama ini.

(Baca juga: Ini 4 Diet yang Paling Efektif pada 2021 Menurut Ahli Gizi)

Namun, ternyata masih ada saja yang keliru mengartikan asupan gizi seimbang. Asupan gizi seimbang dianggap sebagai asupan kalori harian yang asupannya tidak boleh melebihi kebutuhan per harinya.

Anggapan tersebut menurut Tan menimbulkan kekhawatiran lantaran dapat mendorong konsumsi produk pangan kemasan atau ultraproses. Terlebih di kota-kota besar yang mana banyak orang sibuk hingga tidak punya waktu untuk memasak atau menyiapkan makanan sehat.

"Begini ya, jika hanya terpaku pada perhitungan kuantitas atau kalori. Saya khawatir kita akan terjebak dengan masalah kualitas. Sebabnya, banyak produk yang juga diberi daftar komposisi dan mencantumkan kalori serta kandungan lainnya. Tetapi itu bukanlah produk pangan sehat," tuturnya.

Kemudian untuk produk pangan ultraproses, menurut Tan berdampak tidak baik bagi tubuh, lantaran mengandung zat aditif dengan berbagai efek samping bagi tubuh, khususnya untuk jangka panjang. Selain itu, produk tersebut biasanya tinggi kandungan gula, garam, dan lemak.

Adapun, konsumsi gula, garam, dan lemak bisa mengacu pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 30/2013 tentang Pencantuman Informasi Kandungan Gula, Garam, dan Lemak Serta Pesan Kesehatan pada Pangan Olahan dan Pangan Siap Saji.

Jumlah gula yang boleh dikonsumsi setiap harinya tak boleh lebih dari 50 gram atau setara dengan empat sendok makan. Kemudian untuk garam dan lemak masing-masing setiap harinya maksimal dikonsumsi  5 gram (satu sendok teh) dan 67 gram (lima sendok makan).

Untuk jenis makanan atau menu yang dihidangkan, Tan menyebut bisa disesuaikan dengan ketersediaan di sekitar atau menu lokal. Dia menegaskan makanan sehat bukan berarti makanan yang dibuat dari bahan baku impor dengan harga mahal seperti anggapan banyak orang.

"Kita bisa sesuaikan dengan ketersediaan pangan lokal dan menu setempat," tegasnya.


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

Ini 4 Diet yang Paling Efektif pada 2021 Menurut Ahli Gizi

BERIKUTNYA

Traveller Wajib Tahu 3 Tren Wisata 2022

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: