Overthinking Bisa Ganggu Kesehatan hingga Turunkan Performa
25 December 2021 |
12:38 WIB
Hidup memang tak pernah lepas dari masalah. Namun terus-menerus berpikir secara berlebihan (overthinking) juga tidak baik untuk dilakukan, karena akan berdampak pada kesehatan mental seperti stress, cemas, takut hingga berakibat terhadap kesehatan fisik.
Iis Anthea, seorang life transformation coach mengatakan dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa manusia berpikir kurang lebih 70.000 kali setiap harinya.
"Bahkan pada saat memiliki masalah, otak akan terus ‘loncat-loncat’ like jumping monkey,” ujarnya dalam sharing session gerakan #akuberdaya yang digagas desainer Nina Nugroho bekerja sama dengan Asosiasi Trainers Guild (TTG).
Overthinking sendiri sebetulnya merupakan sebuah gejala dan bukan penyakit yang sesungguhnya. Menurutnya, seseorang dikatakan overthinking ketika berpikir terlalu berlebihan. Misalnya saja memikirkan masa lalu yang sudah berlalu atau masa depan yang belum terjadi.
Saat sedang overthinking, otak akan terdistraksi oleh berbagai macam masalah. Nah, distraksi ini kini didominasi oleh keterikatan dengan social media, seperti WhatsApp, Instagram, FB bahkan sudah tercampur pula dengan deadline kerja, ekspektasi, masalah hidup dan lain sebagainya.
Ketika seseorang tidak mampu memilah-milah masalah yang harus dipikirkan, maka hidupnya akan terasa penuh tekanan sehingga tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada kesehatan mental dan kestabilan jiwa.
Dalam sebuah penelitian, seseorang yang overthinking melihat kebiasaan ini sebagai sikap kehati-hatian. Namun, jika terlalu berlebihanoverthinking justru membawa beberapa dampak negatif di antaranya:
Iis Anthea, seorang life transformation coach mengatakan dalam beberapa penelitian disebutkan bahwa manusia berpikir kurang lebih 70.000 kali setiap harinya.
"Bahkan pada saat memiliki masalah, otak akan terus ‘loncat-loncat’ like jumping monkey,” ujarnya dalam sharing session gerakan #akuberdaya yang digagas desainer Nina Nugroho bekerja sama dengan Asosiasi Trainers Guild (TTG).
Overthinking sendiri sebetulnya merupakan sebuah gejala dan bukan penyakit yang sesungguhnya. Menurutnya, seseorang dikatakan overthinking ketika berpikir terlalu berlebihan. Misalnya saja memikirkan masa lalu yang sudah berlalu atau masa depan yang belum terjadi.
Saat sedang overthinking, otak akan terdistraksi oleh berbagai macam masalah. Nah, distraksi ini kini didominasi oleh keterikatan dengan social media, seperti WhatsApp, Instagram, FB bahkan sudah tercampur pula dengan deadline kerja, ekspektasi, masalah hidup dan lain sebagainya.
Ketika seseorang tidak mampu memilah-milah masalah yang harus dipikirkan, maka hidupnya akan terasa penuh tekanan sehingga tidak menutup kemungkinan akan berdampak pada kesehatan mental dan kestabilan jiwa.
Dalam sebuah penelitian, seseorang yang overthinking melihat kebiasaan ini sebagai sikap kehati-hatian. Namun, jika terlalu berlebihanoverthinking justru membawa beberapa dampak negatif di antaranya:
1.Performa kerja menurun
Seseorang yang overthinking akan menjadi sulit untuk berkonsentrasi, tidak fokus dalam memecahkan masalah, bahkan kesulitan berkomunikasi dengan orang lain.
Pada seorang atlet, kebiasaan overthinking ini bahkan seringkali menjadi boomerang sehingga busa menyebabkan penurunan performa terhadap atlet yang overthinking.
2. Aktivitas sehari-hari menjadi terhambat
Salah satu dampak overthinking adalah menurunnya kemampuan mengatur waktu sehingga banyak waktu terbuang percuma karena kerap memikirkan sesuatu terus menerus.
Akibatnya energi jadi turut terkuras, tubuh terasa lelah dan mengidap insomnia. Bahkan orang-orang overthinking juga mengalami anxiety dreams atau sering terbangun di malam hari yang dipicu oleh kekhawatiran berlebihan yang dirasakan.
(Baca juga: Sering Overthinking? Berikut 4 Cara Menenangkan Hati dan Pikiran)
3. Emosi tidak terkontrol
Overthinking juga mendorong seseorang tidak mampu mengendalikan emosi, emosinya meledak-ledak, panikan, dan insecure.
Hasil sebuah penelitian disebutkan overthinking menyebabkan tekanan emosi yang berlebihan hingga mendorong seseorang untuk melampiaskan emosi dengan cara yang tidak sehat, seperti konsumsi makanan tidak sehat dan minuman beralkohol.
4. Gangguan kesehatan
Overthinking ternyata tidak hanya menyerang secara mental, tapi juga fisik. Sakit kepala, demam, nyeri dada, jantung berdebar, sesak napas, hingga tekanan darah tinggi, biasa menyerang orang yang overthinking.
Pada beberapa kasus berat, overthinking berisiko seseorang terserang stroke, jantung, diabetes dan depresi.
Karena itulah dia menyarankan aga seseoang dapat memberi batasan waktu kapan harus berhenti memikirkan sesuatu dan segeralah mengambil keputusan. Menulis menjadi salah satu solusi, supaya beban yang ada dipikiran bisa terasa lebih ringan.
Selain itu, kakukan aktivitas yang menyenangkan, seperti menonton film, dengerin musik, olahraga atau membaca, juga bisa menjadi pilihan. Apabila masih mengalami kesulitan untuk menghilangkan kebiasaan overthinking, jangan ragu berkonsultasi dengan pakar.
“Bersama coaching, seseorang akan dibantu mencari solusi yang sesuai dengan kondisinya,” tutur Iis.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.