Heboh Joki Vaksin Covid-19 hingga 17 Kali Suntik, Bagaimana Efek Sampingnya?
22 December 2021 |
10:44 WIB
Abdul Rahim (49), warga Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan menghebohkan jagat maya. Dalam video yang beredar di Instagram, dia mengaku menjadi joki vaksin Covid-19 untuk 14 orang dan telah disuntik vaksin sebanyak 16 kali. Dalam video tersebut, Abdul menyebut dia menerima upah Rp100.000-Rp800.000 saat menjadi joki vaksin Covid.
Pernyataan itu langsung ditindaklanjuti pihak Kepolisian dan Dinas Kesehatan setempat. Dalam pengakuan terbarunya di Kepolisian, Abdul ternyata sudah 17 kali disuntik vaksin Covid-19, dengan perincian 15 suntikan dosis pertama dan 2 dosis suntikan kedua. Adapun vaksin yang diterimanya adalah jenis Sinovac dan AstraZeneca.
Abdul mengatakan tidak ada efek berat yang dirasakan setelah menjalani vaksin. Hanya saja dia terkadang merasa pusing dan penglihatannya menjadi gelap. Namun gejala tersebut mereda setelah duduk dan menghela napas.
Bicara soal bagaimana efek tubuh ketika kita disuntik vaksin dengan jenis yang sama berkali-kali, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Prof Hiky Hindra Irawan Satari mengatakan tidak ada dampak atau efek samping serius yang akan ditimbulkan.
“Seperti yang terlihat pada orang yang disuntikkan tersebut, sehat walafiat, jadi tidak berbahaya, namun tidak perlu,” tegasnya kepada wartawan, Rabu (22/12/2021).
Lantas bagaimana dengan respon antibodi? Hindra menjelaskan antibodi yang terbentuk sesuai dengan respons tubuh. Apabila kadarnya masih tinggi, maka suntikan vaksin berikutnya akan dinetralkan oleh antibodi yang masih ada, hasil dari vaksinasi sebelumnya.
Dia menyebut ada laporan yang memperlihatkan bahwa setelah dua kali disuntik Sinovac dan dibooster dengan AstraZeneca, kekebalan terhadap Covid-19 akan terbentuk. “Namun berapa lama antibodi bertahan, masih harus diamati. Pada yang bersangkutan, jadwal vaskinasi tidak sesuai dengan uji klinik, maka kekebalan yang didapat tidak dapat kita ramalkan,” tutur Hindra.
Mengenai fenomena ini, Hindra menilai joki vaksin terjadi karena belum pahamnya masyarakat terhadap manfaat imunisasi dan kebiasaan untuk menyelesaikan masalah dengan cara melanggar peraturan.
Namun yang pasti ketika kita melanggar peraturan, akan ada konsekuensi hukum yang harus dihadapi. Dia berharap aparat hukum dapat menyelesaikannya secara hukum sehingga masyarakat teredukasi dan paham bahwa vaksin itu tidak berbahaya. “Bahkan bila sampai 16 kalipun tidak berbahaya, jadi jangan takut terhadap vaksin, namun harus takut kepada Covid,” tegas Hindra.
Di sisi lain, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan diketahui telah mengambil sampel darah dan urine Abdul Rahim untuk menelusuri kebenaran mengenai 17 kali suntikan vaksin Covid-19 dan efek yang ditimbulkan. Hasilnya diprediksi akan keluar dalam beberapa hari ke depan.
Editor: Fajar Sidik
Pernyataan itu langsung ditindaklanjuti pihak Kepolisian dan Dinas Kesehatan setempat. Dalam pengakuan terbarunya di Kepolisian, Abdul ternyata sudah 17 kali disuntik vaksin Covid-19, dengan perincian 15 suntikan dosis pertama dan 2 dosis suntikan kedua. Adapun vaksin yang diterimanya adalah jenis Sinovac dan AstraZeneca.
Abdul mengatakan tidak ada efek berat yang dirasakan setelah menjalani vaksin. Hanya saja dia terkadang merasa pusing dan penglihatannya menjadi gelap. Namun gejala tersebut mereda setelah duduk dan menghela napas.
Bicara soal bagaimana efek tubuh ketika kita disuntik vaksin dengan jenis yang sama berkali-kali, Ketua Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI) Prof Hiky Hindra Irawan Satari mengatakan tidak ada dampak atau efek samping serius yang akan ditimbulkan.
“Seperti yang terlihat pada orang yang disuntikkan tersebut, sehat walafiat, jadi tidak berbahaya, namun tidak perlu,” tegasnya kepada wartawan, Rabu (22/12/2021).
Lantas bagaimana dengan respon antibodi? Hindra menjelaskan antibodi yang terbentuk sesuai dengan respons tubuh. Apabila kadarnya masih tinggi, maka suntikan vaksin berikutnya akan dinetralkan oleh antibodi yang masih ada, hasil dari vaksinasi sebelumnya.
Dia menyebut ada laporan yang memperlihatkan bahwa setelah dua kali disuntik Sinovac dan dibooster dengan AstraZeneca, kekebalan terhadap Covid-19 akan terbentuk. “Namun berapa lama antibodi bertahan, masih harus diamati. Pada yang bersangkutan, jadwal vaskinasi tidak sesuai dengan uji klinik, maka kekebalan yang didapat tidak dapat kita ramalkan,” tutur Hindra.
Mengenai fenomena ini, Hindra menilai joki vaksin terjadi karena belum pahamnya masyarakat terhadap manfaat imunisasi dan kebiasaan untuk menyelesaikan masalah dengan cara melanggar peraturan.
Namun yang pasti ketika kita melanggar peraturan, akan ada konsekuensi hukum yang harus dihadapi. Dia berharap aparat hukum dapat menyelesaikannya secara hukum sehingga masyarakat teredukasi dan paham bahwa vaksin itu tidak berbahaya. “Bahkan bila sampai 16 kalipun tidak berbahaya, jadi jangan takut terhadap vaksin, namun harus takut kepada Covid,” tegas Hindra.
Di sisi lain, Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan diketahui telah mengambil sampel darah dan urine Abdul Rahim untuk menelusuri kebenaran mengenai 17 kali suntikan vaksin Covid-19 dan efek yang ditimbulkan. Hasilnya diprediksi akan keluar dalam beberapa hari ke depan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.