Bandara Juanda Jadi Pintu Masuk WNI dari Luar Negeri, Tes PCR Digencarkan
21 December 2021 |
06:43 WIB
Pintu masuk Indonesia makin diperketat. Selain menambah 3 negara dalam daftar yang dilarang masuk, tes Covid-19 bagi WNI pun digencarkan, serta tempat karantina ditambah. Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan saat ini terjadi peningkatan pelaku perjalanan luar negeri (PPLN) dari berbagai negara.
Untuk mengantisipasi peningkatan PPLN yang tiba di Indonesia, pemerintah menyiapkan tempat-tempat wisma karantina baru untuk menjaga kepulangan tetap kondusif dan sesuai protokol kesehatan. Selain itu, pintu masuk kedatangan juga ditambah.
“Jenderal Suharyanto sudah menyiapkan Bandara Juanda di Surabaya, Jawa Timur sebagai pintu masuk baru bagi PPLN yang baru pulang ke Tanah Air,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (20/12/2021).
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut peningkatan kepulangan WNI ke Tanah Air bukan hanya terjadi di pintu masuk udara alias bandara. “Sudah kita amati, ternyata pintu masuk laut dan darat jauh lebih tinggi positivity rate-nya dibandingkan pintu masuk udara,” ungkapnya.
Oleh karenanya, Kemenkes sudah meminta bantuan TNI-Polri untuk memperkuat surveilans dan karantina di pintu masuk laut dan darat. Tes whole genome sequencing (WGS) juga ditingkatkan.
Bahkan, tes PCR diganti metodenya dengan fokus kepada S gene target failure (SGTF), dimana gen S tidak akan terdeteksi dengan PCR. Budi menyebut PCR SGTF ini dapat mendeteksi Omicron dengan cepat.
“Selain tes WGS, kita gunakan tes PCR dengan SGTF yang jauh lebih cepat mendeteksi. Tes PCR dengan SGF bisa menjadi marker, tidak seperti WGS tapi kemungkinan bisa mendeteksi Omicron dalam waktu 4-6 jam. Sedangkan WGS butuh 3-5 hari,” bebernya.
Di sisi lain, Budi menjabarkan bahwa kasus Omicron meningkat dalam 2 minggu terakhir. Tercatat 2 minggu lalu terdapat 7.900 kasus Omicron di seluruh dunia. Namun pekan lalu kasus meningkat menjadi 62.342 di dunia. “Kenaikan lebih dari 8 kali lipat,” sebutnya.
Terjadi pula pergeseran jumlah kasus infeksi. Semula kasus Omicron paling banyak di Afrika Selatan namun saat ini Inggris mencatatkan rekor tertinggi dengan 37.000 kasus. Diikuti Denmark 15.000 kasus, Norwegia 2.000 kasus, Afrika Selatan 1.300 kasus, dan Amerika Serikat 1.000 kasus.
“Sudah mulai terjadi pergeseran populasi, paling banyak di Eropa,” imbuhnya.
Budi juga menyebut bahwa kemampuan netralisasi virus pasca infeksi dan imunisasi menurun terhadap Omicron dibandingkan varian lain. “Ada kemungkinan besar beberapa orang yang divaksinasi lengkap maupun booster tetap tertular Omicron,” ungkap Budi.
Editor: Fajar Sidik
Untuk mengantisipasi peningkatan PPLN yang tiba di Indonesia, pemerintah menyiapkan tempat-tempat wisma karantina baru untuk menjaga kepulangan tetap kondusif dan sesuai protokol kesehatan. Selain itu, pintu masuk kedatangan juga ditambah.
“Jenderal Suharyanto sudah menyiapkan Bandara Juanda di Surabaya, Jawa Timur sebagai pintu masuk baru bagi PPLN yang baru pulang ke Tanah Air,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (20/12/2021).
Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut peningkatan kepulangan WNI ke Tanah Air bukan hanya terjadi di pintu masuk udara alias bandara. “Sudah kita amati, ternyata pintu masuk laut dan darat jauh lebih tinggi positivity rate-nya dibandingkan pintu masuk udara,” ungkapnya.
Oleh karenanya, Kemenkes sudah meminta bantuan TNI-Polri untuk memperkuat surveilans dan karantina di pintu masuk laut dan darat. Tes whole genome sequencing (WGS) juga ditingkatkan.
Bahkan, tes PCR diganti metodenya dengan fokus kepada S gene target failure (SGTF), dimana gen S tidak akan terdeteksi dengan PCR. Budi menyebut PCR SGTF ini dapat mendeteksi Omicron dengan cepat.
“Selain tes WGS, kita gunakan tes PCR dengan SGTF yang jauh lebih cepat mendeteksi. Tes PCR dengan SGF bisa menjadi marker, tidak seperti WGS tapi kemungkinan bisa mendeteksi Omicron dalam waktu 4-6 jam. Sedangkan WGS butuh 3-5 hari,” bebernya.
Di sisi lain, Budi menjabarkan bahwa kasus Omicron meningkat dalam 2 minggu terakhir. Tercatat 2 minggu lalu terdapat 7.900 kasus Omicron di seluruh dunia. Namun pekan lalu kasus meningkat menjadi 62.342 di dunia. “Kenaikan lebih dari 8 kali lipat,” sebutnya.
Terjadi pula pergeseran jumlah kasus infeksi. Semula kasus Omicron paling banyak di Afrika Selatan namun saat ini Inggris mencatatkan rekor tertinggi dengan 37.000 kasus. Diikuti Denmark 15.000 kasus, Norwegia 2.000 kasus, Afrika Selatan 1.300 kasus, dan Amerika Serikat 1.000 kasus.
“Sudah mulai terjadi pergeseran populasi, paling banyak di Eropa,” imbuhnya.
Budi juga menyebut bahwa kemampuan netralisasi virus pasca infeksi dan imunisasi menurun terhadap Omicron dibandingkan varian lain. “Ada kemungkinan besar beberapa orang yang divaksinasi lengkap maupun booster tetap tertular Omicron,” ungkap Budi.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.