DKJ Umumkan Pemenang Sayembara Manuskrip Puisi 2021, Ini Hasilnya
19 December 2021 |
18:37 WIB
Sejak diadakan enam tahun silam, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) akhirnya menggelar kembali Sayembara Manuskrip Puisi DKJ 2021. Tahun ini, panitia menerima 457 naskah dari 696 peserta yang mendaftar. Periode sayembara dibuka sejak Mei 2021 sampai Agustus 2021.
Ketua Dewan Kesenian Jakarta Danton Sihombing menuturkan Sayembara Manuskrip Puisi DKJ adalah sebuah kesempatan yang membuka peluang bagi para penyair untuk mendapatkan pengakuan dalam kekaryaannya.
Meskipun baru diselenggarakan yang kedua kali, kata Danton, sayembara ini terbukti melahirkan karya-karya puisi terbaik–seperti karya-karya pemenang sayembara pertama pada 2015– yang mendapat penghargaan dari dalam dan luar negeri.
“Saya berharap kita bisa menemukan dunia yang baru, memesona, dan penuh keajaiban melalui puisi-puisi para pemenang,” ujarnya.
Dalam paparannya, Nezar Patria, salah satu juri Sayembara Manuskrip Puisi DKJ, mengatakan bahwa situasi pandemi telah mengakibatkan ruang gerak puisi menjadi terbatas, terutama ketika sejumlah media cetak yang tadinya memberikan ruang bagi puisi, kini terpaksa melakukan efisiensi.
Lembar sastra yang memuat puisi di koran-koran ternama kini telah hilang. Meski demikian, kata Nezar, banyak penulis mengirimkan manuskrip mereka yang sebelumnya pernah terbit secara terpisah di lembaran-lembaran koran.
“Naskah-naskah seperti itu kebanyakan menjadi semacam kliping yang tidak memperhitungkan keutuhan tematik,” terangnya.
Kondisi tersebut akhirnya membuat puisi terdesak masuk ke ruang-ruang media sosial di dunia siber. Nezar menyebut dengan tidak bermaksud mengatakan karakter media siber telah membuat puisi tampil lebih ngepop dan kehilangan daya meditatif, pihaknya menemukan ratusan naskah dalam sayembara ini tidak menunjukkan kedalaman.
Dalam proses penilaiannya, para dewan juri Sayembara Manuskrip Puisi DKJ menetapkan tiga hal yang menjadi ukuran yakni kebaruan penyair dalam membuat puisi, kekokohan bangunan puisi, serta kemahiran penyair bertuju-bersiasat dan bertangkap-lepas dengan kata.
Dari ratusan naskah yang diterima, Nezar menjelaskan para dewan juri sepakat bahwa naskah-naskah puisi pada sayembara kali ini dinilai tidak memberikan kebaruan, inovasi, dan sesuatu yang layak dicatat sebagai kemajuan penting dari tradisi sastra Indonesia.
“Oleh karena itu, kami memutuskan untuk meniadakan pemenang pertama. Meskipun demikian, ada sejumlah naskah yang secara beririsan dipilih oleh para juri dan didiskusikan lebih lanjut,” katanya.
Editor: Dika Irawan
Ketua Dewan Kesenian Jakarta Danton Sihombing menuturkan Sayembara Manuskrip Puisi DKJ adalah sebuah kesempatan yang membuka peluang bagi para penyair untuk mendapatkan pengakuan dalam kekaryaannya.
Meskipun baru diselenggarakan yang kedua kali, kata Danton, sayembara ini terbukti melahirkan karya-karya puisi terbaik–seperti karya-karya pemenang sayembara pertama pada 2015– yang mendapat penghargaan dari dalam dan luar negeri.
“Saya berharap kita bisa menemukan dunia yang baru, memesona, dan penuh keajaiban melalui puisi-puisi para pemenang,” ujarnya.
Dalam paparannya, Nezar Patria, salah satu juri Sayembara Manuskrip Puisi DKJ, mengatakan bahwa situasi pandemi telah mengakibatkan ruang gerak puisi menjadi terbatas, terutama ketika sejumlah media cetak yang tadinya memberikan ruang bagi puisi, kini terpaksa melakukan efisiensi.
Lembar sastra yang memuat puisi di koran-koran ternama kini telah hilang. Meski demikian, kata Nezar, banyak penulis mengirimkan manuskrip mereka yang sebelumnya pernah terbit secara terpisah di lembaran-lembaran koran.
“Naskah-naskah seperti itu kebanyakan menjadi semacam kliping yang tidak memperhitungkan keutuhan tematik,” terangnya.
Kondisi tersebut akhirnya membuat puisi terdesak masuk ke ruang-ruang media sosial di dunia siber. Nezar menyebut dengan tidak bermaksud mengatakan karakter media siber telah membuat puisi tampil lebih ngepop dan kehilangan daya meditatif, pihaknya menemukan ratusan naskah dalam sayembara ini tidak menunjukkan kedalaman.
Dalam proses penilaiannya, para dewan juri Sayembara Manuskrip Puisi DKJ menetapkan tiga hal yang menjadi ukuran yakni kebaruan penyair dalam membuat puisi, kekokohan bangunan puisi, serta kemahiran penyair bertuju-bersiasat dan bertangkap-lepas dengan kata.
Dari ratusan naskah yang diterima, Nezar menjelaskan para dewan juri sepakat bahwa naskah-naskah puisi pada sayembara kali ini dinilai tidak memberikan kebaruan, inovasi, dan sesuatu yang layak dicatat sebagai kemajuan penting dari tradisi sastra Indonesia.
“Oleh karena itu, kami memutuskan untuk meniadakan pemenang pertama. Meskipun demikian, ada sejumlah naskah yang secara beririsan dipilih oleh para juri dan didiskusikan lebih lanjut,” katanya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.