Kebanyakan Resolusi Tahun Baru Gagal di Tengah Jalan, Kenapa Ya?
15 December 2021 |
21:53 WIB
Tahun segera berganti tapi resolusi yang dipakai masih resolusi lama? Tenang, bukan Genhype saja yang mengalaminya. Nyatanya, banyak orang yang terpaksa copy-paste resolusi lamanya ketika tahun baru tiba. Hal ini karena kebanyakan resolusi memang sulit untuk dicapai.
Josep Luciani, psikolog klinis, menyebut di U.S. News & World Report bahwa 80% resolusi tahun baru tak tercapai. Kebanyakan resolusi tersebut bahkan tak bertahan dan tumbang pada pertengahan Februari.
Pada awalnya, seseorang mungkin akan berapi-api mengejar resolusi tahun barunya. Penelitian IHRSA pada 2017, misalnya, menemukan bahwa angka member baru gym pada Januari melonjak hingga 12%—melebihi bulan-bulan lainnya.
Akan tetapi, bensin dari semangat tahun baru itu tidak bertahan lama. Terbukti, 4% member baru itu segera keluar pada akhir Januari; 14% keluar pada akhir Februari; dan 50% keluar setelah 6 bulan.
Kenyataan tersebut lantas kian membuat orang skeptis dengan konsep resolusi tahun baru. Terlebih, semenjak pandemi belakangan ini, masa depan semakin sulit diprediksi.
(Baca juga: Yuk Kreasikan Tren Warna Cat untuk Ruang Keluarga Sambut Tahun Baru)
Meski begitu, resolusi tidak ada salahnya untuk dibuat. Sebab, yang membuat resolusi itu penting bukan hanya tercapai tidaknya, melainkan juga proses pembuatannya.
“Ingat, yang penting bukanlah seberapa besar perubahan, melainkan kesadaran dan upaya kita untuk mengubah gaya hidup,” ucap psikolog Lynn Bufka, PhD. dalam situs The American Psychological Association (APA).
Dalam hal ini, mungkin memang ada benarnya ungkapan “yang penting niatnya”. Dengan membuat resolusi, setidaknya kita telah melakukan refleksi bahwa ada yang salah dengan apa yang selama ini kita lakukan.
Namun, meski kesadaran dan niat sudah terhitung baik, beberapa orang ingin memperoleh hasil yang lebih nyata. Untuk itu, diperlukan perencanaan dan pembuatan resolusi yang lebih matang. Bagaimana caranya?
Josep Luciani, psikolog klinis, menyebut di U.S. News & World Report bahwa 80% resolusi tahun baru tak tercapai. Kebanyakan resolusi tersebut bahkan tak bertahan dan tumbang pada pertengahan Februari.
Pada awalnya, seseorang mungkin akan berapi-api mengejar resolusi tahun barunya. Penelitian IHRSA pada 2017, misalnya, menemukan bahwa angka member baru gym pada Januari melonjak hingga 12%—melebihi bulan-bulan lainnya.
Akan tetapi, bensin dari semangat tahun baru itu tidak bertahan lama. Terbukti, 4% member baru itu segera keluar pada akhir Januari; 14% keluar pada akhir Februari; dan 50% keluar setelah 6 bulan.
Kenyataan tersebut lantas kian membuat orang skeptis dengan konsep resolusi tahun baru. Terlebih, semenjak pandemi belakangan ini, masa depan semakin sulit diprediksi.
(Baca juga: Yuk Kreasikan Tren Warna Cat untuk Ruang Keluarga Sambut Tahun Baru)
Meski begitu, resolusi tidak ada salahnya untuk dibuat. Sebab, yang membuat resolusi itu penting bukan hanya tercapai tidaknya, melainkan juga proses pembuatannya.
“Ingat, yang penting bukanlah seberapa besar perubahan, melainkan kesadaran dan upaya kita untuk mengubah gaya hidup,” ucap psikolog Lynn Bufka, PhD. dalam situs The American Psychological Association (APA).
Dalam hal ini, mungkin memang ada benarnya ungkapan “yang penting niatnya”. Dengan membuat resolusi, setidaknya kita telah melakukan refleksi bahwa ada yang salah dengan apa yang selama ini kita lakukan.
Namun, meski kesadaran dan niat sudah terhitung baik, beberapa orang ingin memperoleh hasil yang lebih nyata. Untuk itu, diperlukan perencanaan dan pembuatan resolusi yang lebih matang. Bagaimana caranya?
1. Mulai dari hal kecil.
Membuat perubahan kecil lebih mudah dari membuat perubahan besar. Ketimbang membuat resolusi menulis sebuah buku, Genhype bisa sesimpel membuat resolusi menulis satu bab. Bukan tidak mungkin ketika satu bab itu terwujud, bab-bab lainnya menyusul.
Pasalnya, terkadang yang membuat resolusi tak terwujud adalah karena seseorang sudah telanjur kehilangan semangat saat mengingat betapa besarnya resolusi tersebut.
Pasalnya, terkadang yang membuat resolusi tak terwujud adalah karena seseorang sudah telanjur kehilangan semangat saat mengingat betapa besarnya resolusi tersebut.
2. Pilih resolusi yang menyenangkan.
“No pain, no gain,” mungkin ada benarnya. Namun, sebelum bergulat dengan rasa sakit, Genhype harus merasakan dulu kesenangan dalam menjalani perubahan.
Jadi, jangan langsung memaksakan diri melakukan hal yang sulit. Misalnya ingin lebih bugar, tidak usah pusing soal olahraga apa yang paling membakar lemak, tapi pilihlah olahraga yang paling disukai.
Jadi, jangan langsung memaksakan diri melakukan hal yang sulit. Misalnya ingin lebih bugar, tidak usah pusing soal olahraga apa yang paling membakar lemak, tapi pilihlah olahraga yang paling disukai.
3. Minta bantuan teman
Support system sangat diperlukan untuk membantu kita mencapai resolusi. Jika ingin menghindari makan daging, sudah pasti kita butuh teman yang mendukung, dan tidak tiba-tiba mengajak kita ke restoran steak.
Selain itu, teman yang baik juga mungkin malah membantu mengingatkan kita akan resolusi yang telah kita buat, bahkan menyediakan tools yang kita butuhkan.
Tentu cukup tidaknya ketiga hal tersebut akan kembali lagi ke Genhype. Akan tetapi, sekali lagi, yang terpenting dari resolusi bukanlah hasilnya, melainkan niat dan kemauan untuk mencobanya.
Jika ternyata berhasil, itu adalah bonus dan bukti bahwa Genhype adalah orang yang cukup langka—ingat, menurut riset yang disebut di atas, 80% orang gagal.
Editor: Fajar Sidik
Selain itu, teman yang baik juga mungkin malah membantu mengingatkan kita akan resolusi yang telah kita buat, bahkan menyediakan tools yang kita butuhkan.
Tentu cukup tidaknya ketiga hal tersebut akan kembali lagi ke Genhype. Akan tetapi, sekali lagi, yang terpenting dari resolusi bukanlah hasilnya, melainkan niat dan kemauan untuk mencobanya.
Jika ternyata berhasil, itu adalah bonus dan bukti bahwa Genhype adalah orang yang cukup langka—ingat, menurut riset yang disebut di atas, 80% orang gagal.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.