Begini Tantangan Pengembangan Ekosistem Halal
15 December 2021 |
17:51 WIB
Industri halal nasional memiliki potensi pasar yang sangat besar. Namun, penggarapannya masih belum optimal lantaran menghadapi berbagai kendala mulai dari sertifikasi yang belum merata, masih rendahnya tingkat literasi industri halal, hingga integrasi ekosistem halal dengan keuangan syariah belum menyeluruh.
Padahal dari sisi pasar ada tren peningkatan kesadaran masyarakat menggunakan produk halal, di mana Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dituntut untuk mengakselerasi pertumbuhan industri produk halal dalam negeri.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi, menjelaskan bahwa industri halal nasional sebenarnya memiliki potensi ekonomi lebih dari Rp4.300 triliun yang mencakup kuliner halal (halalfood), fesyen halal, kosmetik halal, dan sebagainya.
Adapun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai perdagangan industri halal di Indonesia pada 2020 mencapai US$3 miliar dengan tren yang terus meningkat.
Namun, sebagian produsen masih menghadapi banyak kendala terkait sertifikasi halal yang prosesnya belum mulus. Padahal industri halal ini sangat membutuhkan dukungan sertifikasi halal yang lebih mudah dan terjangkau.
(Baca juga: Gairah Baru Ekosistem Seni di Makassar International Writers Festival)
Selain itu, ekosistem halal juga belum bisa dimaksimalkan lantaran literasi keuangan syariah belum terlalu bagus, sehingga pemahaman calon nasabah dan debitur masih terbatas. OJK menyebutkan literasi keuangan syariah masih sangat rendah hanya sebesar 8,93 persen, dan indeks inklusi keuangan syariah sebesar 9,1 persen.
Angka itu masih sangat kecil jika dibandingkan dengan populasi penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa di mana mayoritasnya merupakan warga muslim.
Padahal, menurut Hery, kesiapan dukungan pembiayaan syariah saat ini sudah cukup besar untuk mendorong pertumbuhan industri halal nasional menjadi sektor ekonomi unggulan.
"Kami punya tugas menghubungkan antara rantai nilai industri dengan ekosistem halal. Nanti akan ada pilot untuk dibiayai yang akan kita seleksi," ucapnya.
Dia berharap kehadiran BSI dengan kekuatan layanan dan produk syariah yang lengkap diharapkan dapat tercipta koneksi dan integrasi yang lebih baik dalam ekosistem industri halal dengan industri keuangan syariah.
Sebelumnya, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebutkan bahwa salah satu tantangan dalam mengembangan ekosistem industri halal nasional adalah terkait tingkat literasi.
Berdasarkan data Bank Indonesia, literasi ekonomi dan keuangan syariah nasional tahun 2021 memang meningkat menjadi 20,1 persen dari tahun sebelumnya sebesar 16,3 persen.
Namun, wapres menilai tingkat literasi ini masih tergolong rendah bagi Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia, sehingga dibutuhkan upaya yang lebih maksimal.
Editor: Avicenna
Padahal dari sisi pasar ada tren peningkatan kesadaran masyarakat menggunakan produk halal, di mana Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia dituntut untuk mengakselerasi pertumbuhan industri produk halal dalam negeri.
Direktur Utama Bank Syariah Indonesia, Hery Gunardi, menjelaskan bahwa industri halal nasional sebenarnya memiliki potensi ekonomi lebih dari Rp4.300 triliun yang mencakup kuliner halal (halalfood), fesyen halal, kosmetik halal, dan sebagainya.
Adapun berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), nilai perdagangan industri halal di Indonesia pada 2020 mencapai US$3 miliar dengan tren yang terus meningkat.
Namun, sebagian produsen masih menghadapi banyak kendala terkait sertifikasi halal yang prosesnya belum mulus. Padahal industri halal ini sangat membutuhkan dukungan sertifikasi halal yang lebih mudah dan terjangkau.
(Baca juga: Gairah Baru Ekosistem Seni di Makassar International Writers Festival)
Selain itu, ekosistem halal juga belum bisa dimaksimalkan lantaran literasi keuangan syariah belum terlalu bagus, sehingga pemahaman calon nasabah dan debitur masih terbatas. OJK menyebutkan literasi keuangan syariah masih sangat rendah hanya sebesar 8,93 persen, dan indeks inklusi keuangan syariah sebesar 9,1 persen.
Angka itu masih sangat kecil jika dibandingkan dengan populasi penduduk Indonesia yang mencapai 270 juta jiwa di mana mayoritasnya merupakan warga muslim.
Padahal, menurut Hery, kesiapan dukungan pembiayaan syariah saat ini sudah cukup besar untuk mendorong pertumbuhan industri halal nasional menjadi sektor ekonomi unggulan.
"Kami punya tugas menghubungkan antara rantai nilai industri dengan ekosistem halal. Nanti akan ada pilot untuk dibiayai yang akan kita seleksi," ucapnya.
Dia berharap kehadiran BSI dengan kekuatan layanan dan produk syariah yang lengkap diharapkan dapat tercipta koneksi dan integrasi yang lebih baik dalam ekosistem industri halal dengan industri keuangan syariah.
Sebelumnya, Wakil Presiden Ma’ruf Amin menyebutkan bahwa salah satu tantangan dalam mengembangan ekosistem industri halal nasional adalah terkait tingkat literasi.
Berdasarkan data Bank Indonesia, literasi ekonomi dan keuangan syariah nasional tahun 2021 memang meningkat menjadi 20,1 persen dari tahun sebelumnya sebesar 16,3 persen.
Namun, wapres menilai tingkat literasi ini masih tergolong rendah bagi Indonesia sebagai negara dengan populasi penduduk muslim terbesar di dunia, sehingga dibutuhkan upaya yang lebih maksimal.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.