Gairah Baru Ekosistem Seni di Makassar International Writers Festival
07 September 2021 |
19:18 WIB
Kekuatan komunitas seni dari berbagai daerah terbukti bisa menjadi penggerak bagi perkembangan lanskap kebudayaan kontemporer sehingga menumbuhkan ekosistem kesenian di Indonesia yang berkelanjutan. Setidaknya hal tersebut terlihat dalam geliat salah satu festival penulis yang rutin diadakan Makassar International Writers Festival (MIWF).
Direktur MIWF Lily Yulianti Farid mengatakan bahwa basis gagasan yang dipegang MIWF adalah sudah tidak lagi berada dalam ketegangan pusat dan daerah. MIWF justru melihat perspektif yang lebih luas antara Makassar dan dunia internasional yang lebih luas.
“Meskipun ada kesadaran secara geopolitik bahwa kami dari luar Jawa, tetapi dalam mengembangkan gagasannya kami sadar bahwa kami adalah warga dunia yang secara leluasa bisa bekerja sama dengan siapa saja, mengadaptasi dan mereplikasi model yang pernah kami pelajari atau alami di pusat-pusat kebudayaan dunia,” terangnya dalam diskusi virtual, belum lama ini.
MIWF dibentuk sejak tahun 2011. Ketika itu Lily membayangkan sebuah peristiwa kebudayaan yang bisa menjadi identitas kota seperti apa yang dia lihat dalam beberapa festival di beberapa negara di antaranya London Book Fair, Jaipur Festival di India, dan Sydney Writers Festival yang menjadi kalender tahunan.
“Saya membayangkan Indonesia sebagai sebuah konsep yang tidak melulu soal pusat-pusat kebudayaan yang sudah established atau mapan. Tetapi justru melihat potensi di tempat-tempat lain untuk bisa melahirkan suatu identitas kebudayaannya yang pada akhirnya memberikan warna pada identitas kebudayaan Indonesia,” imbuhnya.
Lily menegaskan bahwa MIWF bukan sebatas festival sastra dan penulis. Lebih dari itu, MIWF justru bertransformasi menjadi festival of ideas yang selalu berupaya menawarkan suatu gagasan yang menjadi penting untuk menjadi kesadaran kolektif.
Hal itu ditandai dengan line up atau susunan pembicara yang bukan sebatas penulis atau mereka yang bekerja dalam industri perbukuan, tetapi ada juga aktivis dan praktisi seni dari berbagai medium.
“Bahkan di 5 tahun kedua, kami sangat serius membicarakan keadilan dan kesetaraan gender dengan menolak all male panels. Semangat feminisme itu juga sangat terasa dengan komposisi volunteer yang didominasi oleh perempuan,” ujarnya.
Menurutnya, sebuah gagasan yang dipegang oleh suatu komunitas atau lingkaran kolektif menjadi syarat yang sangat penting untuk melihat sebuah keberlanjutan sehingga ekosistem yang dibayangkan akan tumbuh secara sehat.
Dengan jadwal yang telah ditentukan pada setiap gelaran, Lily menyebut bahwa MIWF telah bekerja secara rapi dan sistematis dalam mempersiapkan sumber daya serta menentukan metode efektif agar festival bisa menjangkau banyak pihak untuk ikut terlibat. Hal itu terbukti pada tahun 2017, sebagai komunitas independen, MIWF berhasil mendatangkan sebanyak 20.000 partisipan dan terus bertambah di tahun berikutnya.
Selain itu, pada tahun 2020, MIWF juga berhasil memenangkan International Excellence Award dari London Book Fair 2020 untuk kategori Best Literature Festival berkat kebaruan dan keberanian MIWF dalam memperkenalkan sebuah nilai atau gagasan.
“Kami ingin membuka sebuah ruang di mana warga lokal bisa mencicipi dan menjadi bagian dari peristiwa kebudayaan yang dikurasi dengan baik dan sungguh-sungguh,” ungkapnya.
Editor: Fajar Sidik
Direktur MIWF Lily Yulianti Farid mengatakan bahwa basis gagasan yang dipegang MIWF adalah sudah tidak lagi berada dalam ketegangan pusat dan daerah. MIWF justru melihat perspektif yang lebih luas antara Makassar dan dunia internasional yang lebih luas.
“Meskipun ada kesadaran secara geopolitik bahwa kami dari luar Jawa, tetapi dalam mengembangkan gagasannya kami sadar bahwa kami adalah warga dunia yang secara leluasa bisa bekerja sama dengan siapa saja, mengadaptasi dan mereplikasi model yang pernah kami pelajari atau alami di pusat-pusat kebudayaan dunia,” terangnya dalam diskusi virtual, belum lama ini.
Cuplikan diskusi virtual "Siasat Ekosistem Seni yang Berkelanjutan" (Dok. Dewan Kesenian Jakarta)
“Saya membayangkan Indonesia sebagai sebuah konsep yang tidak melulu soal pusat-pusat kebudayaan yang sudah established atau mapan. Tetapi justru melihat potensi di tempat-tempat lain untuk bisa melahirkan suatu identitas kebudayaannya yang pada akhirnya memberikan warna pada identitas kebudayaan Indonesia,” imbuhnya.
Lily menegaskan bahwa MIWF bukan sebatas festival sastra dan penulis. Lebih dari itu, MIWF justru bertransformasi menjadi festival of ideas yang selalu berupaya menawarkan suatu gagasan yang menjadi penting untuk menjadi kesadaran kolektif.
Hal itu ditandai dengan line up atau susunan pembicara yang bukan sebatas penulis atau mereka yang bekerja dalam industri perbukuan, tetapi ada juga aktivis dan praktisi seni dari berbagai medium.
“Bahkan di 5 tahun kedua, kami sangat serius membicarakan keadilan dan kesetaraan gender dengan menolak all male panels. Semangat feminisme itu juga sangat terasa dengan komposisi volunteer yang didominasi oleh perempuan,” ujarnya.
Menurutnya, sebuah gagasan yang dipegang oleh suatu komunitas atau lingkaran kolektif menjadi syarat yang sangat penting untuk melihat sebuah keberlanjutan sehingga ekosistem yang dibayangkan akan tumbuh secara sehat.
Dengan jadwal yang telah ditentukan pada setiap gelaran, Lily menyebut bahwa MIWF telah bekerja secara rapi dan sistematis dalam mempersiapkan sumber daya serta menentukan metode efektif agar festival bisa menjangkau banyak pihak untuk ikut terlibat. Hal itu terbukti pada tahun 2017, sebagai komunitas independen, MIWF berhasil mendatangkan sebanyak 20.000 partisipan dan terus bertambah di tahun berikutnya.
Selain itu, pada tahun 2020, MIWF juga berhasil memenangkan International Excellence Award dari London Book Fair 2020 untuk kategori Best Literature Festival berkat kebaruan dan keberanian MIWF dalam memperkenalkan sebuah nilai atau gagasan.
“Kami ingin membuka sebuah ruang di mana warga lokal bisa mencicipi dan menjadi bagian dari peristiwa kebudayaan yang dikurasi dengan baik dan sungguh-sungguh,” ungkapnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.