Owner Coklat nDalem Meika Hazim (dok. Coklat nDalem)

5 Rahasia Bisnis Sukses dari Pemilik Usaha Coklat nDalem

14 December 2021   |   12:42 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Siapa yang tak suka coklat? Camilan yang satu ini digemari di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Rasanya yang manis dan lumer di mulut membuat siapa saja senang mencicipinya. Bahkan coklat juga menjadi salah satu oleh-oleh yang paling banyak dibeli saat sedang berada di luar kota.

Melihat potensi tersebut, Meika Hazim bersama sang suami, Wednes Aria Yuda, ikut mengembangkan bisnis coklat yang bisa dijadikan sebagai oleh-oleh khas Yogyakarta dengan merek Coklat nDalem pada 2013 lalu.

Agar sukses mengembangkan bisnis coklat sebagai oleh-oleh khas daerah, ada beberapa strategi yang dilakukan oleh Meika dan Yuda.


1. Buat Konsep dan Target Market yang Jelas
 

Coklat nDalem memang dibuat sebagai produk oleh-oleh dengan konsep cita rasa dan cerita khas budaya ke dalam sebuah coklat bar. Apalagi Yogyakarta dikenal sebagai salah satu kota budaya dan pariwisata yang ada di Indonesia.

Saat membangun brand coklat, wanita yang pernah berprofesi sebagai penyiar radio dan televisi ini benar-benar memikirkan konsep bisnis, target market, hingga nama dan branding yang ingin dikembangkan.


2. Bangun Story Telling


Dia lantas fokus membuat story telling dari setiap coklat yang diproduksi memiliki konsep yang erat dengan budaya Jawa sehingga menjadikan produk ini berbeda dan memiliki nilai lebih dibandingkan dengan brand coklat yang ada di pasaran.

Story telling tersebut juga terlihat dari packaging produk yang memiliki desain khas dengan budaya yang kuat. Misalnya untuk coklat Liniasa Klasik seperti Extra Dark, Dark dan Less Sugar Dark diilustrasikan dengan packaging yang klasik seperti batik-batik pernikahan khas Yogya yang memang klasik secara nilai filosofis.

(Baca juga: PHK Membuka Hoki Pria Ini dalam Berbisnis, Ini 3 Kiat Suksesnya!)


3. Tentukan Positioning


Sebelum meluncurkan produk, positioning-nya juga harus jelas dan kuat sehingga dia melakukan riset ngga Cuma pada rasa tetapi juga sentuhan budaya yang cocok dan ingin dimasukkan ke dalam setiap produk coklat.


4. Urus Legalitas


Selain itu, karena ini merupakan produk makanan maka proses legalitas dan ijin edar juga benar-benar diurus semuanya. Bahkan mereka langsung membuat CV sehingga dapat menjalin kerjasama dengan pihak-pihak eksternal.


5. Berpartner


Saat awal memulai, Meika mengaku hanya mengeluarkan modal sekitar Rp1,5 juta yang diputar untuk produksi awal dan mengurus berbagai kebutuhan. Untuk coklatnya sendiri, dia menjalin kerjasama dengan supplier dan memulainya dengan membeli sekitar 12 kg coklat yang kemudian terus diputar.

“Penjualan kami lakukan secara offline dari rumah, kemudian coba menawarkan ke toko oleh-oleh dengan sistem konsinyasi bermula dari 1 toko, lalu ada 3 hingga 4 partner, sampai akhirnya kami bisa menjalin kerjasama dengan 40-an partner,” ungkapnya.

Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

Mompreneur Bisa Gabung Kedai Kreatif Nih Bareng Komunitas Ibu Profesional

BERIKUTNYA

Rayakan HUT ke-36, Bisnis Indonesia Siap Hadapi Tantangan Transformasi Digital

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: