Varian Omicron Diprediksi Bisa Mereinfeksi Penyintas Covid-19
28 November 2021 |
18:40 WIB
Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman menilai varian B.1.1.529 atau omicron memiliki potensi lebih besar dari varian Delta. Adapun varian Delta dan mutasinya diketahui telah menyebabkan lonjakan kasus positif sepanjang tahun ini di sejumlah negara, tidak terkecuali Indonesia pada pertengahan tahun lalu.
“Ini cenderung berpotensi menjadi super varian. Dari data, varian ini sangat mengkhawatirkan, harus sangat jadi perhatian. Dari sisi mutasinya melebihi [varian] Delta dan Beta,” tegasnya.
Prediksi Dicky didasarkan atas penyebarannya yang masif di Gauteng, Afrika Selatan. Dicky menjelaskan bahwa dalam 3 minggu terakhir, tes positivity rate-nya meningkat dari 1 persen menjadi 30 persen.
“Ini tanda yang sangat amat serius karena kalau cepat menular akan cepat memberikan beban kepada fasilitas kesehatan,” sebut Dicky.
Dalam 2 minggu saja, kata Dicky varian B.1.1.529 mendominasi 75 persen di Afrika Selatan ketika negara itu tengah menghadapi gelombang Delta. “Khawatirnya, ini bisa mereinfeksi orang yang sudah terpapar Delta ataupun sudah divaksinasi. Ini yang sangat mengkhawatirkan,” tuturnya.
Selain itu, dilihat dari mutasinya, hanya 9 mutasi yang terdeteksi di varian ini sama dengan VoI seperti Allfa, Beta, Gamma, dan Delta. Namun sisanya banyak yang baru. Dari laporan awal, terdapat 32 mutasi B.1.1.529. “Melihat profil mutasinya jadi kabar buruk,” imbuhnya.
Sebagai langkah mitigasi, Dicky meminta agar cakupan vaksinasi wajib ditingkatkan, setidaknya 80 persen. Dosis ketiga vaksin Covid-19 atau booster juga perlu segera dilakukan, khususnya bagi kelompok berisiko seperti tenaga kesehatan, penderita komorbid, dan lansia.
Kemudian, skrining harus diperkuat. Dia menyarankan agar pemerintah sebaiknya menggratiskan tes antigen agar capaian skrining semakin luas di masyarakat. Alat tes antigennya pun harus dipilih yang akurat cepat, tepat, dan mudah.
Dia juga meminta agar masyarakat wajib memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi (5M). “Wajib diberlakukan tidak ada pengecualian. Kalau bisa, pelanggar diberikan sanksi,” pinta Dicky.
Pemerintah juga perlu meningkatkan kualitas masker yang bisa digunakan. Untuk masyarakat kelas bawah, dia meminta agar masker bisa didistribusikan secara gratis.
“Sikap pasif berbahaya bahkan sikap meremehkan membawa celaka, yang celaka bukan 1--2 negara, bisa semua. Respons waspada. Lebih baik lebay daripada abai,” tegasnya.
Di sisi lain, dia mengatakan kolaborasi semua negara penting dalam mengatasi virus corona, terutama terhadap varian yang baru ini. Sebab ada kecenderungan varian ini bisa jadi lebih buruk.
“Data awal bisa jadi lebih buruk, bisa jadi segini saja, tetapi lebih baik tampaknya tidak. Lebih baiknya kecil kemungkinan. Setidaknya ini akan jadi lawannya Delta,” tuturnya.
“Ini cenderung berpotensi menjadi super varian. Dari data, varian ini sangat mengkhawatirkan, harus sangat jadi perhatian. Dari sisi mutasinya melebihi [varian] Delta dan Beta,” tegasnya.
Prediksi Dicky didasarkan atas penyebarannya yang masif di Gauteng, Afrika Selatan. Dicky menjelaskan bahwa dalam 3 minggu terakhir, tes positivity rate-nya meningkat dari 1 persen menjadi 30 persen.
“Ini tanda yang sangat amat serius karena kalau cepat menular akan cepat memberikan beban kepada fasilitas kesehatan,” sebut Dicky.
Dalam 2 minggu saja, kata Dicky varian B.1.1.529 mendominasi 75 persen di Afrika Selatan ketika negara itu tengah menghadapi gelombang Delta. “Khawatirnya, ini bisa mereinfeksi orang yang sudah terpapar Delta ataupun sudah divaksinasi. Ini yang sangat mengkhawatirkan,” tuturnya.
Selain itu, dilihat dari mutasinya, hanya 9 mutasi yang terdeteksi di varian ini sama dengan VoI seperti Allfa, Beta, Gamma, dan Delta. Namun sisanya banyak yang baru. Dari laporan awal, terdapat 32 mutasi B.1.1.529. “Melihat profil mutasinya jadi kabar buruk,” imbuhnya.
Sebagai langkah mitigasi, Dicky meminta agar cakupan vaksinasi wajib ditingkatkan, setidaknya 80 persen. Dosis ketiga vaksin Covid-19 atau booster juga perlu segera dilakukan, khususnya bagi kelompok berisiko seperti tenaga kesehatan, penderita komorbid, dan lansia.
Kemudian, skrining harus diperkuat. Dia menyarankan agar pemerintah sebaiknya menggratiskan tes antigen agar capaian skrining semakin luas di masyarakat. Alat tes antigennya pun harus dipilih yang akurat cepat, tepat, dan mudah.
Dia juga meminta agar masyarakat wajib memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, serta membatasi mobilisasi dan interaksi (5M). “Wajib diberlakukan tidak ada pengecualian. Kalau bisa, pelanggar diberikan sanksi,” pinta Dicky.
Pemerintah juga perlu meningkatkan kualitas masker yang bisa digunakan. Untuk masyarakat kelas bawah, dia meminta agar masker bisa didistribusikan secara gratis.
“Sikap pasif berbahaya bahkan sikap meremehkan membawa celaka, yang celaka bukan 1--2 negara, bisa semua. Respons waspada. Lebih baik lebay daripada abai,” tegasnya.
Di sisi lain, dia mengatakan kolaborasi semua negara penting dalam mengatasi virus corona, terutama terhadap varian yang baru ini. Sebab ada kecenderungan varian ini bisa jadi lebih buruk.
“Data awal bisa jadi lebih buruk, bisa jadi segini saja, tetapi lebih baik tampaknya tidak. Lebih baiknya kecil kemungkinan. Setidaknya ini akan jadi lawannya Delta,” tuturnya.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.