Galeri Nasional Indonesia Adakan Workshop KamiSketsa GalNas Bertajuk Sketsa Gerak Kembang Lambangsari
25 November 2021 |
11:35 WIB
Galeri Nasional Indonesia menggelar workshop KamiSketsa GalNas dengan tajuk Sketsa Gerak Kembang Lambangsari pada Kamis, (25/11). Workshop ini menangkap gerak penari yang membawakan tari Kembang Lembangsari dalam goresan sketsa.
Dalam keterangan tertulis yang diterima, Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto berharap keriangan yang diusung oleh tari Kembang Lembangsari dapat menjadi motivasi para anggota KamiSketsa GalNas untuk tetap optimis menghadapi situasi apapun, terus berkarya, dan mengasah kreativitas.
Tidak hanya itu, acara ini juga diharapkan dapat menyuguhkan variasi dalam aktivitas KamiSketsa GalNas, sehingga dapat tersaji aktivitas sketsa sketsa dengan objek yang tidak bergerak, bergerak dengan sedikit dinamika, dan bergerak dengan dinamika yang sangat variatif.
“Hal tersebut diharapkan mampu memberikan pengalaman yang berbeda bagi para pembuat sketsa, sekaligus untuk mengembangkan keahlian sketsanya,” katanya.
Sketser Yusuf Susilo Hartono menuturkan tantangan terbesar sketsa gerak adalah menangkap objek yang bergerak dengan cepat. Pada tari Kembang Lembangsari juga terdapat dinamika gerak yang sangat variatif seperti gerakan tangan, kaki, kepala, pinggul, dan komponen-komponen perlengkapan kostum.
“Live sketch tipe seperti ini membutuhkan kecepatan dan ketepatan. Insting pembuat sketsa dalam merekam gerak dan ekspresi sangat menentukan hasil sketsa,” katanya.
Tari Kembang Lambangsari merupakan sebuah tari modern karya Wiwiek Widiyastuti yang diilhami dari cerita Bapak Jantuk pada kesenian Topeng Betawi.
Tokoh Bapak Jantuk digambarkan melalui sosok laki-laki yang memakai topeng bermata sipit, kening menonjol ke depan dan pipinya tembam. Jalannya agak membungkuk dan memakai tongkat.
Dia biasanya menggunakan kain ikat kepala (ikat), jas, celana pangsi, sarung, kedok, dan tongkat. Tari Kembang Lambangsari menggambarkan Bapak Jantuk sebagai sosok yang riang. Ceritanya mengungkapkan perasaan senang dan kegembiraan dalam mengasuh anak yang diungkapkan dengan bernyanyi, berbalas pantun, dan menari.
Editor: Dika Irawan
Dalam keterangan tertulis yang diterima, Kepala Galeri Nasional Indonesia Pustanto berharap keriangan yang diusung oleh tari Kembang Lembangsari dapat menjadi motivasi para anggota KamiSketsa GalNas untuk tetap optimis menghadapi situasi apapun, terus berkarya, dan mengasah kreativitas.
Tidak hanya itu, acara ini juga diharapkan dapat menyuguhkan variasi dalam aktivitas KamiSketsa GalNas, sehingga dapat tersaji aktivitas sketsa sketsa dengan objek yang tidak bergerak, bergerak dengan sedikit dinamika, dan bergerak dengan dinamika yang sangat variatif.
“Hal tersebut diharapkan mampu memberikan pengalaman yang berbeda bagi para pembuat sketsa, sekaligus untuk mengembangkan keahlian sketsanya,” katanya.
Sketser Yusuf Susilo Hartono menuturkan tantangan terbesar sketsa gerak adalah menangkap objek yang bergerak dengan cepat. Pada tari Kembang Lembangsari juga terdapat dinamika gerak yang sangat variatif seperti gerakan tangan, kaki, kepala, pinggul, dan komponen-komponen perlengkapan kostum.
“Live sketch tipe seperti ini membutuhkan kecepatan dan ketepatan. Insting pembuat sketsa dalam merekam gerak dan ekspresi sangat menentukan hasil sketsa,” katanya.
Tari Kembang Lambangsari merupakan sebuah tari modern karya Wiwiek Widiyastuti yang diilhami dari cerita Bapak Jantuk pada kesenian Topeng Betawi.
Tokoh Bapak Jantuk digambarkan melalui sosok laki-laki yang memakai topeng bermata sipit, kening menonjol ke depan dan pipinya tembam. Jalannya agak membungkuk dan memakai tongkat.
Dia biasanya menggunakan kain ikat kepala (ikat), jas, celana pangsi, sarung, kedok, dan tongkat. Tari Kembang Lambangsari menggambarkan Bapak Jantuk sebagai sosok yang riang. Ceritanya mengungkapkan perasaan senang dan kegembiraan dalam mengasuh anak yang diungkapkan dengan bernyanyi, berbalas pantun, dan menari.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.