Jokowi Ajak Generasi Muda Meneliti Warisan Budaya
19 November 2021 |
20:38 WIB
Indonesia kaya akan warisan budaya nenek moyang. Ilmu pengetahuan dan kearifan masa lalu mungkin tidak tertulis dalam buku literatur atau artikel ilmiah, namun semua tertuang dalam bentuk narasi lisan, skrip darma, pewayangan, serta berbagai kebiasaan. Begitu yang disampaikan Presiden Joko Widodo saat membuka Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2021.
Kepala Negara yang akrab disapa Jokowi itu mengatakan, karena warisan kearifan dan ilmu pengetahuan tersebut mungkin tidak terjelaskan secara metodologi modern, sehingga kita sebagai penerus budaya harus bisa menelitinya.
“Justru itu yang menjadi kewajiban kita untuk meneliti dengan bijak semua warisan kebudayaan dalam nalar modern, dalam metodelogi yang kita kembangkan sendiri,” tegasnya.
Jokowi menuturkan banyak tantangan yang dihadap nenek moyang, mulai dari letusan gunung berapi, gempa bumi, hingga wabah penyakit yang memunculkan pandemi. Setiap tantangan yang dihadapi ini selalu ada solusi dan caranya.
“Itulah kebudayawan masyarakat Indonesia yang diwariskan melalui seni budaya, diwariskan melalui jamu, dan berbagai bentuk ilmu pengetahuan lainnya,” tuturnya.
Ya, kebudayaan kita tumbuh dari berbagai kesulitan hidup nenek moyang, kebudayaan juga cara hidup yang tumbuh dalam peradaban. Tidak hanya itu, kata Jokowi kebudayaan dikembangkan dari interaksi nenek moyang antar sesama dan alam.
“Selain melestarikan dan belajar dari kebudayaan nenek moyang, saya meminta kita terus memahami alam yang sangat kaya dan kompleks,” imbuhnya.
Jokowi menilai penting bagi generi penerus mengenal kekayaan yang dimiliki Indonesia dan melestarikannya. Indonesia tercatat sebagai negara dengan keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia. Begitu pula dengan keanekaragaman hayati darat kedua terkaya di dunia setelah Brasil.
“Ini juga perlu dilestarikan. Plasma nutfah alam indonesia harus dilindungi sekaligus kita manfaatkan untuk pembangunan inklusif dan berkelanjutan,” jelas Jokowi.
Selain itu, menurut Jokowi Indonesia memliki peluang besar untuk menumbuhkan ilmu pengetahuan berbasis dari peradaban. Misal Indonesia mempunyai peluang jamu sebagai obat modern yang terbukti ilmiah.
Dia berpendapat metodologi ilmu yang ada harus secara arif menghargai kebudayaan dan peradaban di bumi pertiwi.
“Jangan tergesa menyimpulkan suatu adat atau kebiasaan masyarakat asli kita tidak baik atau buruk. Bisa jadi hanya karena kita belum mampu menjelaskannya secara ilmiah. Pelestarian menjadi kunci yang harus kita lakukan selain pengembangan dan pemanfaatan untuk kemajuan Indonesia,” tutup Jokowi.
Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) adalah perayaan dan ruang interaksi bagi semua dalam pemajuan budaya Indonesia. Dengan misi mengolah inspirasi cemerlang kearifan lokal untuk menjawab tantangan kekinian, PKN berupaya untuk beradaptasi dalam situasi terkini dimana pandemi Covid-19 mengarahkan manusia untuk berdiri di atas dunia dan budaya baru. Maka dari itu, Pekan Kebudayaan Nasional 2021 disajikan secara daring dan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Pembukaan PKN 2021 mengangkat tema “Napas Jiwa”. Tema ini merupakan respons terhadap situasi yang berangsur membaik. Bumi sudah mulai menghembuskan angin segar dan manusia mulai senantiasa bernapas kembali. Di sisi lain kita tetap perlu berhati-hati dalam menghirup udara baru tersebut, khususnya ketika Covid-19 masih berada di antara kita.
Editor Fajar Sidik
Kepala Negara yang akrab disapa Jokowi itu mengatakan, karena warisan kearifan dan ilmu pengetahuan tersebut mungkin tidak terjelaskan secara metodologi modern, sehingga kita sebagai penerus budaya harus bisa menelitinya.
“Justru itu yang menjadi kewajiban kita untuk meneliti dengan bijak semua warisan kebudayaan dalam nalar modern, dalam metodelogi yang kita kembangkan sendiri,” tegasnya.
Jokowi menuturkan banyak tantangan yang dihadap nenek moyang, mulai dari letusan gunung berapi, gempa bumi, hingga wabah penyakit yang memunculkan pandemi. Setiap tantangan yang dihadapi ini selalu ada solusi dan caranya.
“Itulah kebudayawan masyarakat Indonesia yang diwariskan melalui seni budaya, diwariskan melalui jamu, dan berbagai bentuk ilmu pengetahuan lainnya,” tuturnya.
Ya, kebudayaan kita tumbuh dari berbagai kesulitan hidup nenek moyang, kebudayaan juga cara hidup yang tumbuh dalam peradaban. Tidak hanya itu, kata Jokowi kebudayaan dikembangkan dari interaksi nenek moyang antar sesama dan alam.
“Selain melestarikan dan belajar dari kebudayaan nenek moyang, saya meminta kita terus memahami alam yang sangat kaya dan kompleks,” imbuhnya.
Jokowi menilai penting bagi generi penerus mengenal kekayaan yang dimiliki Indonesia dan melestarikannya. Indonesia tercatat sebagai negara dengan keanekaragaman hayati laut terkaya di dunia. Begitu pula dengan keanekaragaman hayati darat kedua terkaya di dunia setelah Brasil.
“Ini juga perlu dilestarikan. Plasma nutfah alam indonesia harus dilindungi sekaligus kita manfaatkan untuk pembangunan inklusif dan berkelanjutan,” jelas Jokowi.
Selain itu, menurut Jokowi Indonesia memliki peluang besar untuk menumbuhkan ilmu pengetahuan berbasis dari peradaban. Misal Indonesia mempunyai peluang jamu sebagai obat modern yang terbukti ilmiah.
Dia berpendapat metodologi ilmu yang ada harus secara arif menghargai kebudayaan dan peradaban di bumi pertiwi.
“Jangan tergesa menyimpulkan suatu adat atau kebiasaan masyarakat asli kita tidak baik atau buruk. Bisa jadi hanya karena kita belum mampu menjelaskannya secara ilmiah. Pelestarian menjadi kunci yang harus kita lakukan selain pengembangan dan pemanfaatan untuk kemajuan Indonesia,” tutup Jokowi.
Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) adalah perayaan dan ruang interaksi bagi semua dalam pemajuan budaya Indonesia. Dengan misi mengolah inspirasi cemerlang kearifan lokal untuk menjawab tantangan kekinian, PKN berupaya untuk beradaptasi dalam situasi terkini dimana pandemi Covid-19 mengarahkan manusia untuk berdiri di atas dunia dan budaya baru. Maka dari itu, Pekan Kebudayaan Nasional 2021 disajikan secara daring dan mengikuti protokol kesehatan yang ketat.
Pembukaan PKN 2021 mengangkat tema “Napas Jiwa”. Tema ini merupakan respons terhadap situasi yang berangsur membaik. Bumi sudah mulai menghembuskan angin segar dan manusia mulai senantiasa bernapas kembali. Di sisi lain kita tetap perlu berhati-hati dalam menghirup udara baru tersebut, khususnya ketika Covid-19 masih berada di antara kita.
Editor Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.