Ilustrasi (dok. Pexels)

Risiko Gangguan Kesehatan Tinggi, Begini Cara Merawat Anak Prematur

18 November 2021   |   07:48 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Genhype, merawat anak lahir prematur penuh dengan tantangan. Pasalnya, anak lahir prematur mempunyai kesulitan untuk beradaptasi dengan kehidupan di luar rahim akibat ketidakmatangan sistem organ tubuhnya seperti paru-paru, jantung, ginjal, hati, dan sistem pencernaannya. 

Spesialis Anak Konsultan Neonatalogi dr. Putri Maharani menjelaskan bayi prematur juga berisiko mengalami gangguan belajar, konsentrasi, gangguan tingkah laku, tantrum, hingga kesulitan makan. 

Oleh karena itu, orang tua yang memiliki bayi prematur harus rutin mengontrol tumbuh kembang anaknya. “Seandainya ada masalah di perkembangannya, kita bisa deteksi awal dan intervensinya lebih awal,” tuturnya dalam webinar yang digelar Danone Nutrition Indonesia, Rabu (17/11/2021).

Dalam melakukan kontrol ini, ibu wajib menanyakan dua hal. Pertama apakah bayi sudah tumbuh sesuai kurva pertumbuhannya dan apakah perkembangan sudah dicapai sesuai usianya. 

Putri melanjutkan bahwa dalam upaya untuk meminimalkan dampak negatif selama perawatan bayi prematur adalah menjaga agar berat badan lahir rendah (BBLR) berada dalam kondisi yang optimal untuk tumbuh dan berkembang, salah satunya dengan menerapkan developmental care.
”Prinsip developmental care meliputi keterlibatan keluarga, meminimalkan stres, dan mengoptimalkan pemberian ASI, sebagai nutrisi yang terbaik bagi bayi. Pemantauan berkala, perawatan, dan penanganan khusus menjadi faktor penting bagi tumbuh kembang anak kelahiran prematur,” sebutnya.

Selain itu, perlu diperhatikan faktor kenyamanan. Banyak hal yang bisa menurunkan metabolisme tubuh dan pada akhirnya meningkatkan saturasi oksigen. Anak lahir prematur yang mendapatkan intervensi kenyamanan yang kondusif dapat memaksimalkan energi yang dimiliki untuk mendukung tumbuh kembangnya sehingga lebih cepat dalam mencapai kondisi kesehatan yang optimal. 

“Faktor kenyamanan dapat dilakukan dengan membangun ikatan yang kuat (bonding time) antara orang tua dan si kecil dan mempertahankannya sesuai usia pertumbuhan anak,” sebut Putri. 

Dia menambahkan stimulasi sejak dini merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak baru lahir. Stimulasi dapat merangsang hubungan antar sel otak (sinaps). Dengan sering memberikan rangsangan, dapat menguatkan hubungan sinaps. 

Adanya variasi rangsangan kata Putri akan membentuk hubungan yang semakin luas dan kompleks sehingga menstimulasi terbentuknya multiple intelligence atau kecerdasan majemuk pada anak. 

Nah, pemberian stimulasi ini harus diimbangi dengan pemeriksaan deteksi dini tumbuh kembang oleh tenaga medis dan orang tua. Hal ini dapat membantu menemukan penyimpangan tumbuh kembang anak secara dini, sehingga intervensi atau rencana tindakan akan lebih mudah dilakukan.

Sementara itu, Corporate Communications Director Danone Indonesia Arif Mujahidin mengatakan bahwa pertumbuhan anak dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu, selain memastikan pertumbuhan biologis anak dalam keadaan baik, memastikan status gizi baik dengan pemberian ASI, dan meningkatkan bonding time perlu digiatkan agar tumbuh kembang si Kecil optimal. 

“Kami berharap kegiatan ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat khususnya para orangtua tentang pentingnya pencegahan dan penanganan secara tepat kelahiran prematur bagi Ibu dan si Kecil,” sebutnya. 




Editor: Roni Yunianto 
 

SEBELUMNYA

Ini Keunggulan Telemedicine yang Kian Populer Selama Pandemi

BERIKUTNYA

'Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas' Tayang 2 Desember di Bioskop Indonesia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: