Waspadai 8 Tanda Gangguan Tidur Penyebab Kematian Mendadak
14 November 2021 |
14:55 WIB
Kamu suka mendengkur saat tidur? Walaupun mendengkur sebagai kondisi umum yang dialami oleh banyak orang, akan tetapi ada satu kondisi patut diwaspadai lantaran dengkuran yang satu ini berisiko memicu kematian mendadak pada seseorang.
Spesialis tidur dari Harvard Medical School Rebecca Robbins, mengatakan kondisi yang mengancam jiwa ini disebut apnea tidur obstruktif, gangguan tidur serius yang menyebabkan penderitanya berhenti bernapas selama 10 detik atau lebih pada suatu waktu dan kemudian mendengkur.
"Ketika suara mendengkur keras, parau, atau terganggu oleh jeda napas, di situlah perlu khawatir. Ini bisa sangat menakutkan," kata Robbins dilansir dari Tucson, Minggu (14/11/2021).
Tidak seperti apnea tidur sentral, di mana otak kadang-kadang melewatkan memberi tahu tubuh untuk bernapas, apnea tidur obstruktif disebabkan oleh penyumbatan saluran udara oleh jaringan lunak yang lemah, berat, atau rileks.
Menurut American Academy of Sleep Medicine, jika tidak diobati, apnea tidur obstruktif berisiko tinggi mengalami hipertensi, penyakit jantung, diabetes tipe 2 atau depresi, bahkan kematian mendadak.
Berikut 8 tanda kamu mengalami apnea tidur obstruktif.
Spesialis tidur dari Harvard Medical School Rebecca Robbins, mengatakan kondisi yang mengancam jiwa ini disebut apnea tidur obstruktif, gangguan tidur serius yang menyebabkan penderitanya berhenti bernapas selama 10 detik atau lebih pada suatu waktu dan kemudian mendengkur.
"Ketika suara mendengkur keras, parau, atau terganggu oleh jeda napas, di situlah perlu khawatir. Ini bisa sangat menakutkan," kata Robbins dilansir dari Tucson, Minggu (14/11/2021).
Tidak seperti apnea tidur sentral, di mana otak kadang-kadang melewatkan memberi tahu tubuh untuk bernapas, apnea tidur obstruktif disebabkan oleh penyumbatan saluran udara oleh jaringan lunak yang lemah, berat, atau rileks.
Menurut American Academy of Sleep Medicine, jika tidak diobati, apnea tidur obstruktif berisiko tinggi mengalami hipertensi, penyakit jantung, diabetes tipe 2 atau depresi, bahkan kematian mendadak.
Berikut 8 tanda kamu mengalami apnea tidur obstruktif.
1. Mendengkur keras
Mendengkur adalah indikator utama. Penderita apnea tidur obstruktif mendengkur dengan suara yang keras bahkan terdengar dari luar kamar dengan pintu tertutup.
2. Lelah
Menjadi sangat lelah di siang hari adalah indikator utama dari kurang tidur. Dikombinasikan dengan mendengkur, itu bisa menjadi gejala apnea tidur. "Kantuk di siang hari adalah salah satu prediktor kuat dari sleep apnea," kata Robbins.
Penderita apnea tidur obstruktif bisa tertidur kapan saja, bahkan saat duduk untuk istirahat setelah makan siang. Biasanya gejala kantuk itu datang dengan rasa lelah.
Penderita apnea tidur obstruktif bisa tertidur kapan saja, bahkan saat duduk untuk istirahat setelah makan siang. Biasanya gejala kantuk itu datang dengan rasa lelah.
3. Berhenti napas hingga terengah-engah
Penderita apnea tidur obstruktif biasanya tidak sadar mereka mendengkur dan berhenti bernapas saat tidur, kecuali jika penyumbatannya sangat parah sehingga mereka terbangun dengan terengah-engah dan tersedak.
Robbins menjelaskan apnea berarti tidak ada aliran udara, tidak ada udara yang masuk, tidak ada udara yang keluar alias tidak bernapas. Untuk itu, penting bagi pasangan kamu mengamati apakah kamu berhenti bernapas, mendengkur, batuk, atau terengah-engah saat tidur.
Robbins menjelaskan apnea berarti tidak ada aliran udara, tidak ada udara yang masuk, tidak ada udara yang keluar alias tidak bernapas. Untuk itu, penting bagi pasangan kamu mengamati apakah kamu berhenti bernapas, mendengkur, batuk, atau terengah-engah saat tidur.
4. Tekanan darah tinggi
Apnea tidur obstruktif dapat menyebabkan hipertensi. Setiap kali seseorang berhenti bernapas selama beberapa detik, sistem saraf simpatik tubuh beraksi dan meningkatkan tekanan darah. Selain itu, tubuh melepaskan hormon stres yang disebut katekolamin, yang juga dapat meningkatkan tekanan darah seiring waktu.
5. Indeks massa tubuh (BMI)
Indeks massa tubuh (BMI) adalah skor yang biasa digunakan untuk menunjukkan tingkat berat badan. Untuk mengukur BMI, profesional kesehatan menggunakan data tinggi dan berat badan untuk melacak perubahan berat badan relatif terhadap tinggi badan.
Berat badan dianggap normal jika BMI antara 18,5 dan 24,9. Kamu dianggap kelebihan berat badan ketika BMI antara 25 dan 29,9, dan BMI 30 atau lebih menunjukkan kamu obesitas.
Orang yang mengalami obesitas atau sangat gemuk dengan BMI 35 ke atas sering ditemukan menderita apnea tidur obstruktif karena beban ekstra di mulut, lidah, dan leher membuat jaringan lunak tersebut runtuh, sehingga lebih sulit untuk bernapas dengan mudah mendengkur.
Berat badan dianggap normal jika BMI antara 18,5 dan 24,9. Kamu dianggap kelebihan berat badan ketika BMI antara 25 dan 29,9, dan BMI 30 atau lebih menunjukkan kamu obesitas.
Orang yang mengalami obesitas atau sangat gemuk dengan BMI 35 ke atas sering ditemukan menderita apnea tidur obstruktif karena beban ekstra di mulut, lidah, dan leher membuat jaringan lunak tersebut runtuh, sehingga lebih sulit untuk bernapas dengan mudah mendengkur.
6. Usia rentan.
Tonus otot melemah seiring bertambahnya usia, termasuk di langit-langit lunak dan leher kita. Jadi, berusia di atas 50 tahun adalah sinyal potensial lain bahwa dengkuran mungkin menjadi apnea tidur obstruktif.
Ada beberapa kabar baik karena penelitian mulai menemukan bahwa sleep apnea pada orang tua cenderung ringan hingga sedang, dengan kasus yang lebih parah terjadi pada usia yang lebih muda.
Ada beberapa kabar baik karena penelitian mulai menemukan bahwa sleep apnea pada orang tua cenderung ringan hingga sedang, dengan kasus yang lebih parah terjadi pada usia yang lebih muda.
7. Lingkar leher
Memiliki lingkar leher yang besar, baik karena kelebihan berat badan atau genetik, juga merupakan indikator kunci dari potensi apnea tidur obstruktif.
Ukuran kerah lebih besar dari 17 inci (43 sentimeter) untuk pria dan lebih besar dari 16 inci (40,6 sentimeter) untuk wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan tidur ini.
Ukuran kerah lebih besar dari 17 inci (43 sentimeter) untuk pria dan lebih besar dari 16 inci (40,6 sentimeter) untuk wanita memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan tidur ini.
8. Jenis kelamin
Pria lebih berisiko mengalami apnea tidur obstruktif. Beberapa alasannya mungkin karena pria cenderung memiliki lidah yang lebih gemuk dan membawa lebih banyak lemak di tubuh bagian atas daripada wanita, terutama di bagian leher. Pria juga cenderung memiliki lebih banyak lemak perut yang dapat membuat pernapasan secara umum lebih sulit.
Editor: Fajar Sidik
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.