Sekumpulan sapi di peternakan (dok. Pexels)

Daging Sapi Brasil Jadi Momok Akibat Kasus Penyakit Sapi Gila

14 November 2021   |   13:00 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Kasus bovine spongiform encephalopathy (BSE) yang dikenal sebagai penyakit sapi gila di Rio de Janeiro dipastikan tidak ada kaitannya dengan mengonsumsi daging sapi. Hal itu sekaligus menjawab kekhawatiran pemerintah Brasil yang menghentikan ekspor daging sapi ke China.

Dalam catatan yang ditandatangani oleh Wakil Direktur Layanan Klinis di Institut Penyakit Menular Nasional Evandro Chagas (INI) Estevão Portela Nunes, menginformasikan bahwa bentuk sporadis ini tidak terkait dengan konsumsi daging. 

“Kami tegaskan kembali bahwa pasien dirawat di Rumah Sakit Pusat Pandemi Covid-19 di INI dan kedua kasus tersebut tidak memiliki konfirmasi diagnostik,” ujarnya dikutip dari Outbreaknewstoday, Minggu (14/11/2021).

Saat ini, INI sedang mengevaluasi situasi klinis dua pasien dengan dugaan penyakit sapi gila yang dirawat di Rumah Sakit Pusat Pandemi Covid-19 di unit Fiocruz tersebut.

Pada Jumat (12/11/2021), Kementerian Pertanian, Peternakan, dan Pasokan (Mapa) Brasil mengklarifikasi bahwa kasus penyakit neurodegeneratif yang diselidiki oleh Yayasan Oswaldo Cruz (Fiocruz), diduga sebagai Penyakit Creutzfeldt-Jakob (CJD) atau penyakit sapi gila yang berpindah ke manusia akibat mengonsumsi daging.

Insiden tertinggi penyakit ini terjadi secara sporadis dan tidak diketahui penyebab dan sumber infeksinya.

Menurut informasi yang tersedia dalam situs web Kementerian Kesehatan Brasil, antara 2005 dan 2014, terdapat 603 kasus dugaan penyakit CJD dilaporkan di Brasil. Sejak surveilans CJD dilembagakan di Brasil, tidak ada kasus bentuk vCJD yang dikonfirmasi. vCJD adalah varian dari CJD yang terkait dengan konsumsi daging sapi.

Mengutip situs kesehatan Alodokter, ciri-ciri penyakit sapi gila pada tahap awal memengaruhi emosi dan perilaku penderitanya. Penderita penyakit sapi gila seringkali merasa cemas, depresi, dan mengalami gangguan tidur.

Pada 4 bulan berikutnya, penderita akan mengalami gangguan sistem saraf yang memburuk secara bertahap disertai gejala gerakan otot yang idak terkendali, tremor, atraksia atau hilangnya koordinasi antar anggota tubuh, hingga demensia.  

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Duh, Terlalu Banyak Tidur Ternyata Berisiko Stroke

BERIKUTNYA

Waspadai 8 Tanda Gangguan Tidur Penyebab Kematian Mendadak

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: