Amerika Teliti Jamur & Herbal China Untuk Obat Covid-19
14 November 2021 |
14:18 WIB
Penelitian obat Covid-19 terus dilakukan. Setelah muncul obat oral yang diciptakan Merck dan Pfizer, kini peneliti dari Amerika Serikat tengah mengeksplorasi jamur obat agarikon dan ramuan China yang dianggap memberikan manfaat terapeutik dalam mengobati kasus virus corona akut.
Menurut Direktur Penelitian Center for Integrative Health di University of California-San Diego Gordon Saxe, jamur dipilih karena sejarah panjang penggunaannya dan bukti terbaru menunjukkan adanya peningkatan kekebalan dan efek antivirus.
Jamur dan herbal China untuk Covid-19 ini disebut MACH-19. Penelitian potensi jamur dan herbal ini dipimpin oleh Fakultas Kedokteran UC San Diego dan UC-Los Angeles, bekerja sama dengan Institut Imunologi La Jolla.
Dalam studi praklinis yang diterbitkan pada 2019, jamur agarikon ditemukan dapat menghambat virus, termasuk influenza (H1N1), influenza A (H5N1), dan herpes. Saxe yakin jamur obat ini menghambat replikasi virus, termasuk SARS-CoV-2 dalam uji coba Fase II.
"Jamur memiliki keuntungan karena mereka berevolusi bersama kita. Jadi bakteri, virus, dan jamur lain memangsa jamur sama seperti mereka memangsa manusia. Jamur mengembangkan pertahanan yang sangat baik terhadap hama tersebut, dan kami yakin mereka dapat memberikan manfaatnya kepada kita ketika memakannya," kata Saxe dikutip dari Business Standard, Minggu (14/11/2021).
Dia menjelaskan uji coba fase ketiga MACH-19 yang sedang berlangsung mengukur apakah jamur obat yang sama dan diberikan dalam kapsul pada saat vaksinasi awal Covid, dapat meningkatkan antibodi dan ukuran respons imun lainnya.
Sementara uji coba keempat akan melihat apakah jamur obat ini dapat dijadikan booster yang meningkatkan respons kekebalan tubuh.
“Jamur mungkin tidak hanya meningkatkan jumlah antibodi ini, tetapi juga meningkatkan kekebalan sel T terhadap sel yang terinfeksi virus. Karena jamur mengikat reseptor pada sel kekebalan manusia, mereka dapat memodulasi kekebalan kita. Sifat jamur ini juga dapat mengurangi efek samping terkait vaksin,” tutur Saxe.
Lebih lanjut dia menyebut terapi alami telah digunakan selama berabad-abad untuk mengobati penyakit menular. Dia menyebut herbal membantu dokter di China mengelola 300 epidemi, sementara ahli farmakologi Yunani Pedanius Dioscorides meresepkan agarikon untuk mengobati infeksi paru 2.300 tahun yang lalu.
Adapun uji coba MACH-19 telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). Penelitian ini melibatkan 66-80 pasien yang telah dites positif SARS-CoV-2 dan yang dikarantina di rumah dengan gejala ringan hingga sedang. Data keamanan awal dari uji coba diharapkan selesai pada akhir tahun i
Editor: Fajar Sidik
Menurut Direktur Penelitian Center for Integrative Health di University of California-San Diego Gordon Saxe, jamur dipilih karena sejarah panjang penggunaannya dan bukti terbaru menunjukkan adanya peningkatan kekebalan dan efek antivirus.
Jamur dan herbal China untuk Covid-19 ini disebut MACH-19. Penelitian potensi jamur dan herbal ini dipimpin oleh Fakultas Kedokteran UC San Diego dan UC-Los Angeles, bekerja sama dengan Institut Imunologi La Jolla.
Dalam studi praklinis yang diterbitkan pada 2019, jamur agarikon ditemukan dapat menghambat virus, termasuk influenza (H1N1), influenza A (H5N1), dan herpes. Saxe yakin jamur obat ini menghambat replikasi virus, termasuk SARS-CoV-2 dalam uji coba Fase II.
"Jamur memiliki keuntungan karena mereka berevolusi bersama kita. Jadi bakteri, virus, dan jamur lain memangsa jamur sama seperti mereka memangsa manusia. Jamur mengembangkan pertahanan yang sangat baik terhadap hama tersebut, dan kami yakin mereka dapat memberikan manfaatnya kepada kita ketika memakannya," kata Saxe dikutip dari Business Standard, Minggu (14/11/2021).
Dia menjelaskan uji coba fase ketiga MACH-19 yang sedang berlangsung mengukur apakah jamur obat yang sama dan diberikan dalam kapsul pada saat vaksinasi awal Covid, dapat meningkatkan antibodi dan ukuran respons imun lainnya.
Sementara uji coba keempat akan melihat apakah jamur obat ini dapat dijadikan booster yang meningkatkan respons kekebalan tubuh.
“Jamur mungkin tidak hanya meningkatkan jumlah antibodi ini, tetapi juga meningkatkan kekebalan sel T terhadap sel yang terinfeksi virus. Karena jamur mengikat reseptor pada sel kekebalan manusia, mereka dapat memodulasi kekebalan kita. Sifat jamur ini juga dapat mengurangi efek samping terkait vaksin,” tutur Saxe.
Lebih lanjut dia menyebut terapi alami telah digunakan selama berabad-abad untuk mengobati penyakit menular. Dia menyebut herbal membantu dokter di China mengelola 300 epidemi, sementara ahli farmakologi Yunani Pedanius Dioscorides meresepkan agarikon untuk mengobati infeksi paru 2.300 tahun yang lalu.
Adapun uji coba MACH-19 telah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA). Penelitian ini melibatkan 66-80 pasien yang telah dites positif SARS-CoV-2 dan yang dikarantina di rumah dengan gejala ringan hingga sedang. Data keamanan awal dari uji coba diharapkan selesai pada akhir tahun i
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.