Sejarah Pondok Indah, Kawasan Elite yang Dulunya Sawah & Kebun Karet
12 November 2021 |
15:15 WIB
Kawasan Pondok Indah yang terletak di Jakarta Selatan dikenal sebagai salah satu area elite di Ibu Kota. Di kawasan ini berdiri hunian-hunian mewah, pusat perbelanjaan, hingga perkantoran. Para publik figur di negeri ini pun tak ketinggalan untuk memiliki rumah di Pondok Indah.
Namun, sebelum menjadi kawasan elite, Pondok Indah hanyalah sebuah area perkebunan karet di sudut Ibu Kota. Tidak banyak orang yang melirik kawasan ini sebagai hunian, sampai akhirnya pengusaha Ciputra menyulapnya menjadi area berkelas pada 1970-an. Sejak saat itulah, pamor Pondok Indah sebagai kawasan elite tak pernah redup.
Dalam biografinya yang ditulis oleh Alberthiene Endah, Ciputra The Enterpreneur of My Life, Ciputra bercerita banyak tentang pengalamannya membangun kawasan ini. Berikut beberapa informasi yang telah Hypeabis himpun:
Ciputra menuturkan, untuk mencapainya harus melewati Jalan Radio Dalam yang saat itu hanya 6 meter lebarnya. Selain itu, masih jalan berbatu. Orang-orang menyebutnya wilayah itu masuk ke wilayah Pondok Pinang.
(Baca juga: Sejarah TM Ragunan, Berdiri sejak 1964 dan Bemula di Cikini)
Naluri Ciputra sebagai pengusaha melihat area perkebunan ini sangat strategis. Sebab, di sebelah barat berbatasan dengan Ciputat dan mengarah ke Bintaro. Sebelah selatan berbatasan dengan Lebak Bulus dan Pasar Jumat.
Sebelah timur berbatasan dengan Fatmawati. Utara berbatasan dengan Jalan Radio Dalam dan Haji Nawi. Hal penting lainnya, yaitu area ini bertetangga dengan kawasan bagus Jakarta, Kebayoran.
Tanah luas tidak diwarnai banjir dan tidak mengandung garam layaknya tanah di utara Jakarta. Udaranya relatif seduk dengan sumber air bersih.
Namun, Ciputra menilai kawasan yang justru berkembang ada di Jakarta Selatan. Sementara kawasan Sunter kualitas tanah dan udara kurang baik.
Setelah mendengarkan pemaparan Ciputra, Om Liem pun setuju untuk bekerja sama, membiayai proyek Pondok Pinang. Om Liem memberi pinjaman dan sisanya pinjam dari Bank Dagang Negara dengan rekomendasi Liem Sioe Liong dan jaminan proyek.
“Kawasan itu bisa digarap menjadi perumahan mewah yang akan terus bercahaya dari waktu ke waktu. Saya bisa membuat master plan segara. Mengenai izin untuk menggarap proyek di kawasan ini, saya bisa bicara dengan Pak Ali Sadikin segera,” kata Ciputra.
Kawasan tersebut diberi nama Pondok Indah. Ciputra menuturkan, nama pondok merujuk pada nama Pondok Pinang. Secara arti pondok bermakna rumah. Adapun, Indah adalah tentang keindahan. Dengan demikian pondok indah aritnya adalah rumah yang indah. Menurut Ciputra nama tersebut sangat bagus untuk sebuah kawasan yang akan menjadi titik mewah di Jakarta.
“Percayalah tidak akan sia-sia kita membangun kawasan ini. Pondok Indah akan diakui orang sebagai permukiman mahal Jakarta. Hal itu terjadi karena kita sudah membentuk lingkungan yang mewah di sana,” ucapnya.
(Baca juga: Lagi Naik Daun, Ini Dia Sejarah Hadirnya Suzuki Karimun Kotak di Indonesia)
Pada awal pembangunan, hanya beberapa rumah yang dibangun sebagai contoh. Selebihnya Ciputra menjual kavling. Hal ini didasari atas perilaku orang kaya yang ingin membangun rumah sendiri sesuai dengan selera mereka. Meski begitu, Ciputra juga membuka permintaan jika ada pembeli yang hendak dibangunkan rumahnya.
Di sisi lain, kavling-kavling juga diserbu para pembeli. Dia menuturkan hampir tiap akhir pekan kawasan Pondok Indah yang masih berupa kavling dikunjungi peminat. Kebanyakan peminat adalah orang yang sudah kaya sejak dahulu, dan orang-orang kaya baru yang bermunculan akibat geliat bisnis.
Editor: Avicenna
Namun, sebelum menjadi kawasan elite, Pondok Indah hanyalah sebuah area perkebunan karet di sudut Ibu Kota. Tidak banyak orang yang melirik kawasan ini sebagai hunian, sampai akhirnya pengusaha Ciputra menyulapnya menjadi area berkelas pada 1970-an. Sejak saat itulah, pamor Pondok Indah sebagai kawasan elite tak pernah redup.
Dalam biografinya yang ditulis oleh Alberthiene Endah, Ciputra The Enterpreneur of My Life, Ciputra bercerita banyak tentang pengalamannya membangun kawasan ini. Berikut beberapa informasi yang telah Hypeabis himpun:
Berawal dari Perkebunan
Sebelum dibangun, kawasan yang sekarang menjadi perumahan Pondok Indah dahulunya adalah ladang kering sawah, kebun-kebun beserta rumah penduduk, dan bentangan luas kebun karet yang tua padat.Ciputra menuturkan, untuk mencapainya harus melewati Jalan Radio Dalam yang saat itu hanya 6 meter lebarnya. Selain itu, masih jalan berbatu. Orang-orang menyebutnya wilayah itu masuk ke wilayah Pondok Pinang.
(Baca juga: Sejarah TM Ragunan, Berdiri sejak 1964 dan Bemula di Cikini)
Strategis
Naluri Ciputra sebagai pengusaha melihat area perkebunan ini sangat strategis. Sebab, di sebelah barat berbatasan dengan Ciputat dan mengarah ke Bintaro. Sebelah selatan berbatasan dengan Lebak Bulus dan Pasar Jumat. Sebelah timur berbatasan dengan Fatmawati. Utara berbatasan dengan Jalan Radio Dalam dan Haji Nawi. Hal penting lainnya, yaitu area ini bertetangga dengan kawasan bagus Jakarta, Kebayoran.
Tanah luas tidak diwarnai banjir dan tidak mengandung garam layaknya tanah di utara Jakarta. Udaranya relatif seduk dengan sumber air bersih.
Kerja Sama
Untuk mewujudkan mimpinya mengubah area perkebunan ini menjadi kawasan elite, Ciputra menggandeng pengusaha Liem Sioe Liong. Padahal saat itu, Om Liem—sapaan Liem Sioe Liong—ingin mengembangkan kawasan Sunter, Jakarta Utara.Namun, Ciputra menilai kawasan yang justru berkembang ada di Jakarta Selatan. Sementara kawasan Sunter kualitas tanah dan udara kurang baik.
Setelah mendengarkan pemaparan Ciputra, Om Liem pun setuju untuk bekerja sama, membiayai proyek Pondok Pinang. Om Liem memberi pinjaman dan sisanya pinjam dari Bank Dagang Negara dengan rekomendasi Liem Sioe Liong dan jaminan proyek.
“Kawasan itu bisa digarap menjadi perumahan mewah yang akan terus bercahaya dari waktu ke waktu. Saya bisa membuat master plan segara. Mengenai izin untuk menggarap proyek di kawasan ini, saya bisa bicara dengan Pak Ali Sadikin segera,” kata Ciputra.
Nama Pondok Indah
Kawasan perumahan Pondok Indah (Sumber Gambar: JIBI)
Kawasan tersebut diberi nama Pondok Indah. Ciputra menuturkan, nama pondok merujuk pada nama Pondok Pinang. Secara arti pondok bermakna rumah. Adapun, Indah adalah tentang keindahan. Dengan demikian pondok indah aritnya adalah rumah yang indah. Menurut Ciputra nama tersebut sangat bagus untuk sebuah kawasan yang akan menjadi titik mewah di Jakarta.
“Percayalah tidak akan sia-sia kita membangun kawasan ini. Pondok Indah akan diakui orang sebagai permukiman mahal Jakarta. Hal itu terjadi karena kita sudah membentuk lingkungan yang mewah di sana,” ucapnya.
(Baca juga: Lagi Naik Daun, Ini Dia Sejarah Hadirnya Suzuki Karimun Kotak di Indonesia)
Awal Pembangunan
Usai menyiapkan masterplan dan badan hukum, Ciputra bersama rekan-rekannya membangun kawasan itu memasuki dasawarsa 80-an. Proyek pertama yang dibereskan Ciputra adalah membangun jalan sesuai dengan pemetaan kavling yang sudah dibuat, serta saluran air.Pada awal pembangunan, hanya beberapa rumah yang dibangun sebagai contoh. Selebihnya Ciputra menjual kavling. Hal ini didasari atas perilaku orang kaya yang ingin membangun rumah sendiri sesuai dengan selera mereka. Meski begitu, Ciputra juga membuka permintaan jika ada pembeli yang hendak dibangunkan rumahnya.
Ludes Terjual
Ciputra sempat khawatir karena dana yang dihabiskan untuk membebaskan lahan, serta membangun infrastruktur jalan, dan salur air ternyata sangat besar. Untuk menyiasatinya, Ciputra bersama tim membangun rumah-rumah mungil di utara Pondok Indah, tepatnya di Jalan Pinang Perak, Jalan Pinang Emas. Rumah itu ternyata laku dengan cepat.Di sisi lain, kavling-kavling juga diserbu para pembeli. Dia menuturkan hampir tiap akhir pekan kawasan Pondok Indah yang masih berupa kavling dikunjungi peminat. Kebanyakan peminat adalah orang yang sudah kaya sejak dahulu, dan orang-orang kaya baru yang bermunculan akibat geliat bisnis.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.