Kemenparekraf Sebut Industri Kreatif Fesyen Kian Potensial
09 November 2021 |
23:07 WIB
Peluang ekonomi kreatif masih sangat terbuka di Indonesia. Terlebih, pemerintah juga telah menetapkan bahwa industri kreatif menjadi tulang punggung ekonomi negara. Para pelaku industri kreatif pun harus terus berkreasi dengan inovasi-inovasi baru agar produk mereka bisa bersaing.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan selain inovatif, pelaku industri kreatif, termasuk dari kategori UMKM, harus juga adaptif dengan situasi dan memiliki mental tangguh untuk tetap bisa bertahan. Jika itu semua bisa dimiliki para pelaku industri kreatif, maka ekonomi kreatif akan bisa bertumbuh dan bersaing.
“Saya salut dan hormat bagi pengusaha-pengusaha kreatif di subsektor fesyen yang berhasil mengubah situasi krisis menjadi peluang, bahkan hingga mampu menolong atau mendukung sebanyak-banyaknya bakat dan tenaga kerja untuk bertahan di tengah krisis,” ujarnya dalam acara peluncuran SOVLO Bangga Ilustrator Lokal, Selasa (9/11).
Sandi menjelaskan bahwa hingga Juni 2021, sektor ekonomi kreatif sudah menyumbangkan produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 1.100 triliun dari 17 subsektor ekonomi kreatif (ekraf) yang didominasi fesyen, kuliner, dan kriya.
“Sumbangsih PDB sektor ekonomi kreatif bagi Indonesia ini menjadi nomor tiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dengan Hollywood dan Korea Selatan dengan K-pop,” imbuhnya.
(Baca juga: Kemenparekraf Gandeng Grab Dukung Kampanye Pariwisata Bali)
Selain itu, dia juga menyebutkan bahwa sebanyak 33,4 persen pelaku ekraf di Indonesia berasal dari subsektor fesyen, termasuk dari industri kecil dan menengah, di mana totalnya mencapai 2,5 juta orang. Nilai ekspor subsektor fesyen juga yang terbesar, total mencapai 15 juta dolar AS pada 2019.
Industri Kecil Menengah (IKM) di bidang fesyen sendiri sejak 2019 telah mencatatkan kontribusi besar pada PDB yakni sebesar 19,5 persen yang mengalami peningkatan dari sebelumnya yang bernilai 5,4 persen.
“Oleh karena itu, saya menyatakan apresiasi dan dukungan penuh terhadap rencana SOVLO merangkul sebanyak-banyaknya ilustrator untuk melahirkan karya-karya unik dengan tema-tema positif dan pemberdayaan sehingga bernilai di pasar fesyen domestik bahkan jika perlu ekspor,” tuturnya.
Dengan optimisme bahwa industri fesyen bisa bersaing di kancah ekonomi global, Sandi juga mengatakan Kemenparekraf melakukan pendampingan melalui fasilitas-fasilitas yang bisa mendorong subsektor tersebut menjadi semakin besar.
Kemenparekraf akan mengeluarkan kebijakan untuk mendorong penggunaan karya fashion di dalam negeri, melancarkan ketersediaan bahan baku, sampai pada promosi dan dukungan terhadap produk-produk fashion dalam negeri di pasar domestik dan global.
Editor: Avicenna
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia, Sandiaga Salahuddin Uno, mengatakan selain inovatif, pelaku industri kreatif, termasuk dari kategori UMKM, harus juga adaptif dengan situasi dan memiliki mental tangguh untuk tetap bisa bertahan. Jika itu semua bisa dimiliki para pelaku industri kreatif, maka ekonomi kreatif akan bisa bertumbuh dan bersaing.
“Saya salut dan hormat bagi pengusaha-pengusaha kreatif di subsektor fesyen yang berhasil mengubah situasi krisis menjadi peluang, bahkan hingga mampu menolong atau mendukung sebanyak-banyaknya bakat dan tenaga kerja untuk bertahan di tengah krisis,” ujarnya dalam acara peluncuran SOVLO Bangga Ilustrator Lokal, Selasa (9/11).
Sandi menjelaskan bahwa hingga Juni 2021, sektor ekonomi kreatif sudah menyumbangkan produk domestik bruto (PDB) sebesar Rp 1.100 triliun dari 17 subsektor ekonomi kreatif (ekraf) yang didominasi fesyen, kuliner, dan kriya.
“Sumbangsih PDB sektor ekonomi kreatif bagi Indonesia ini menjadi nomor tiga terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dengan Hollywood dan Korea Selatan dengan K-pop,” imbuhnya.
(Baca juga: Kemenparekraf Gandeng Grab Dukung Kampanye Pariwisata Bali)
Selain itu, dia juga menyebutkan bahwa sebanyak 33,4 persen pelaku ekraf di Indonesia berasal dari subsektor fesyen, termasuk dari industri kecil dan menengah, di mana totalnya mencapai 2,5 juta orang. Nilai ekspor subsektor fesyen juga yang terbesar, total mencapai 15 juta dolar AS pada 2019.
Industri Kecil Menengah (IKM) di bidang fesyen sendiri sejak 2019 telah mencatatkan kontribusi besar pada PDB yakni sebesar 19,5 persen yang mengalami peningkatan dari sebelumnya yang bernilai 5,4 persen.
“Oleh karena itu, saya menyatakan apresiasi dan dukungan penuh terhadap rencana SOVLO merangkul sebanyak-banyaknya ilustrator untuk melahirkan karya-karya unik dengan tema-tema positif dan pemberdayaan sehingga bernilai di pasar fesyen domestik bahkan jika perlu ekspor,” tuturnya.
Dengan optimisme bahwa industri fesyen bisa bersaing di kancah ekonomi global, Sandi juga mengatakan Kemenparekraf melakukan pendampingan melalui fasilitas-fasilitas yang bisa mendorong subsektor tersebut menjadi semakin besar.
Kemenparekraf akan mengeluarkan kebijakan untuk mendorong penggunaan karya fashion di dalam negeri, melancarkan ketersediaan bahan baku, sampai pada promosi dan dukungan terhadap produk-produk fashion dalam negeri di pasar domestik dan global.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.