Ilustrasi obat herbal (Sumber gambar: Freepik)

Gaya Hidup Sehat dengan Produk Herbal Semakin Digemari

10 February 2023   |   20:30 WIB
Image
Chelsea Venda Jurnalis Hypeabis.id

Indonesia telah dikenal luas sebagai mega-center keanekaragaman hayati terbesar kedua di dunia, setelah Brazil. Kekayaan tersebut adalah aset jangka panjang yang mesti dijaga, diteliti, dan menjadi pemicu munculnya produk-produk yang bermanfaat untuk masyarakat.

Kepala Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) Kementerian Pertanian, Evi Savitri Iriani, mengatakan terdapat 40.000 jenis tumbuhan yang ada di Indonesia. Sebanyak 2.500 di antaranya memiliki khasiat sebagai obat. 

Dengan potensi yang dimiliki tersebut, Indonesia mempunyai prospek cerah melakukan pengembangan tanaman herbal untuk kepentingan kesehatan, produk industri, maupun pariwisata. Evi melihat industri herbal ke depan akan makin diminati oleh masyarakat.

Munculnya tren back to nature telah membuat masyarakat makin menyadari pentingnya penggunaan bahan alami dalam keseharian mereka. Tren tersebut telah memancing masyarakat untuk kembali melirik produk herbal, mencari tahu manfaat dan efek sampingnya, hingga memilih memakainya sebagai bagian dari gaya hidup baru. 

Baca juga: Marak Bisnis Produk Herbal dengan Modal Terjangkau, Tapi Ada Syaratnya
 

Ilustrasi herbal (Sumber gambar: Freepik)

Ilustrasi herbal (Sumber gambar: Freepik)

Di Indonesia, fenomena tersebut tidaklah rumit. Pasalnya, sebagian besar masyarakat Indonesia sebenarnya sudah bersentuhan dengan berbagai produk herbal semasa kecilnya. Oleh karena itu, saat ada tren tersebut, ingatan lama mereka dibawa kembali. Kebiasaan yang sudah turun temurun pun kembali mereka lakukan. 
 

“Manfaat tanaman herbal sangat beragam, baik untuk industri kesehatan, kecantikan, hingga pangan. Namun, sejauh ini yang paling banyak tergali ialah tanaman herbal untuk kesehatan,” ujar Evi kepada Hypeabis.id. 


Evi beralasan pemanfaatan herbal untuk kesehatan lebih banyak dilakukan di Indonesia karena faktor kebiasaan. Banyak orang tua yang memanfaatkan herbal untuk menjaga kesehatan keluarganya secara turun temurun. Hal itu membuat manfaat herbal untuk kesehatan lebih familiar dan berkembang di Indonesia.

Adanya peningkatan penggunaan herbal untuk kesehatan juga terjadi karena munculnya industri-industri besar yang bermain di ranah ini. Beruntungnya, di tengah peningkatan itu, bahan baku pembuatannya masih bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri. Secara umum, produksi komoditas herbal di dalam negeri mengalami kenaikan dalam rentang waktu 2019-2021.

Evi menjelaskan produksi jahe nasional mencapai 300.000 ton, lengkuas 76.000 ton, kencur 54.000 ton, kunyit 184.000 ton, dan temulawak 32.000 ton. Semua bahan baku herbal tersebut didapatkan dari beberapa sentra pertanian herbal, seperti di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. 

Meskipun demikian, ada beberapa tantangan yang masih menyelimuti industri ini. industri herbal pada umumnya mewajibkan kontinuitas dengan jumlah minimal pasokan yang telah ditentukan, serta persyaratan mutu khusus komoditas herbal. Hal itu terkadang cukup menyulitkan para petani, terutama petani herbal tradisional yang belum menerapkan teknologi budidaya serta varietas unggulan.

Untuk mengatasi hal tersebut, umumnya industri herbal membangun skema kerja sama dengan beberapa petani herbal agar semuanya sesuai dengan standar yang berlaku, seperti pemberian benih unggul, akses permodalan, dan lainnya.
 

Penelitian & Pengembangan

Evi menyadari untuk membuat tanaman herbal berkembang, maka perlu ada serangkaian penelitian ilmiah untuk mengetahui kandungan asli dari bahan-bahan tersebut. Sampai saat ini, pemerintah terus melakukan berbagai penelitian terhadap tanaman-tanaman herbal. Pengembangan obat tradisional di Indonesia digolongkan menjadi tiga.

Pertama adalah jamu, yang keamanan dan khasiatnya dibuktikan secara uji klinis. Hingga kini sudah lebih dari 12.000 jenis jamu ada di Indonesia. Kedua, Obat Herbal Terstandar (OHT) yang telah melalui uji praklinik (pada hewan percobaan) dan bahan bakunya yang telah terstandarisasi. Saat ini, terdapat sekitar 86 OHT di Indonesia. 

Ketiga, adalah obat yang masuk dalam pengobatan esensial yang lebih lengkap yaitu fitofarmaka. Fitofarmaka adalah bagian OHT yang sudah melalui uji praklinik (pada hewan percobaan) dan uji klinik (pada manusia) di mana bahan baku dan produk jadinya sudah distandarisasi.

Saat ini, terdapat 24 jenis obat fitofarmaka di Indonesia yang sudah diproduksi, antara lain obat imunomodulator, obat tukak lambung, obat anti diabetes untuk menurunkan gula darah, obat antihipertensi untuk menurunkan tekanan darah, obat untuk melancarkan sirkulasi darah supaya tidak terjadi sumbatan di pembuluh darah, dan obat untuk meningkatkan albumin bagi pasien yang membutuhkan protein seperti pasien hemodialisa/cuci darah.

Baca juga: Resep Ramuan Herbal Atasi Perut Kembung, Gampang Diracik

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 

SEBELUMNYA

Rekomendasi Villa di Canggu Bali dengan Private Pool, Bikin Betah Staycation

BERIKUTNYA

Panduan Mempersiapkan Perpisahan Tayang 24 Februari, Kisah Hubungan Asmara yang Bikin Ambyar

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: