Ilustrasi (dok. Pexels)

Luhut Pastikan Obat Covid-19 Molnupiravir & Paxlovid Diproduksi di Indonesia

08 November 2021   |   12:20 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Pemerintah berencana memproduksi obat Covid-19 Molnupiravir dan Paxlovid di dalam negeri. Adapun kedua obat oral tersebut diklaim ampuh mengurangi tingkat rawat inap dan kematian akibat infeksi SARS-CoV-2. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan mengatakan saat ini pihaknya dalam proses penjajakan kerja sama dengan perusahaan farmasi Merck dan Pfizer agar Pemerintah Indonesia mendapat lisensi untuk memproduksi obat Covid-19 tersebut di dalam negeri.  
 
“Sampai saat ini saya kira respon dari Merck dan Pfizer sangat baik merespon usulan kita. Negosiasi dengan Merck sudah dilakukan dan mereka sangat terbuka untuk memberikan lisensi Molnupiravir di Indonesia,” ujar Luhut dalam Forum Nasional Kemandirian dan Ketahanan Industri Sediaan Farmasi yang disiarkan langsung melalui YouTube Kementerian Kesehatan, Senin (8/11/2021). 

Molnupiravir diketahui obat Covid-19 buatan Merck yang dapat mengacaukan kode genetik virus agar tidak bereplikasi di tubuh inang. Obat ini diklaim efektif melawan varian virus corona termasuk Delta. Sedangkan Paxlovid diklaim efektif 89% mengurangi risiko rawat inap dan perburukan gejala apabila terinfeksi Covid-19.

Luhut menjelaskan bahwa proses penjajakan juga terhadap berbagai obat lainnya agar Indonesia memiliki ketahanan di bidang farmasi dan tidak lagi keteteran ketika menghadapi pandemi. 

“Jangan terjadi seperti PCR, kita tidak punya alatnya atau sangat terbatas, sehingga kita betul-betul kesulitan waktu itu,” tegasnya.

Luhut berpendapat, selama ini Indonesia kurang agresif untuk membuat pabrik atau industri farmasi dalam negeri. Oleh karena itu, pemerintah akan mendorong pertumbuhan industri ini melalui skema insentif yang lebih baik, investasi dalam bidang farmasi, dan tidak hanya BUMN namun juga sektor privat untuk masuk ke dalam industri ini.

Pemerintah katanya juga akan memprioritaskan pembelian barang dan jasa atau produksi farmasi di dalam negeri, memberikan skema insentif seperti tax holiday yang lebih menarik, menyiapkan kawasan industri khusus untuk sektor farmasi  sehingga bisa terbentuk ekosistem industri yang lebih baik. 

“Kita bisa melihat contoh India yang begitu hemat, Bangladesh maju dalam bidang obat-obat-obatan begitu juga Pakistan. Kita tidak boleh ketinggalan seperti ini lagi. Sudah cukup bahwa kita mengalami kesulitan yang parah kemarin,” sebut Luhut. 

Editor Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Mengenal Roehana Koeddoes, Jurnalis Perempuan Pertama Indonesia dalam Google Doodle

BERIKUTNYA

Ini Pemicu Serangan Jantung pada Orang yang Tampak Bugar

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: