Pil Kuno Buatan Pfizer Diklaim 90% Ampuh Atasi Covid-19
08 November 2021 |
08:11 WIB
Mengatasi Covid-19 saat ini tidak hanya mengandalkan vaksin. Ada pil buatan farmasi asal Amerika Serikat, Pfizer Inc. yang diklaim ampuh 90% memangkas tingkat rawat inap dan kematian pada orang dewasa yang berisiko tinggi terinfeksi Covid-19. Badan pengawas obat dan makanan di Inggris sudah menyetujui pengunaan Pil Covid-19 ini loh.
Pfizer juga sudah meminta badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) dan regulator internasional lainnya untuk mengesahkan pil ini sesegera mungkin agar bisa dipakai dalam beberapa minggu atau bulan depan.
Menurut Dr. John Mellors, kepala penyakit menular di University of Pittsburgh, pil Covid-19 ini menunjukkan kemajuan penting dalam dunia kesehatan.
"Jika seseorang mengembangkan gejala dan dites positif Covid-19, kami dapat meminta resep ke apotek lokal seperti yang kami lakukan untuk banyak penyakit menular," katanya dikutip dari Medical Xpress, Senin (8/11/2021).
Adapun pada hasil studi yang diumumkan Pfizer Jumat pekan lalu, pasien yang menerima obat buatannya bersama dengan antivirus lain, menunjukkan penurunan gejala Covid-19 sebanyak 89 persen dalam tingkat gabungan rawat inap atau kematian setelah sebulan, dibandingkan dengan pasien yang menggunakan pil kosong (plasebo).
Sedangkan kurang dari 1 persen pasien yang memakai pil ini perlu dirawat di rumah sakit namun tidak ada yang meninggal. Pada kelompok pembanding, 7 persen pasien dirawat di rumah sakit dan ada tujuh kematian. Studi ini dilakukan terhadap 775 orang dewasa.
"Kami berharap bahwa kami memiliki sesuatu yang luar biasa, tetapi jarang Anda melihat obat-obatan hebat datang dengan kemanjuran hampir 90 persen dan perlindungan 100 persen untuk kematian," kata Dr. Mikael Dolsten, kepala studi ilmiah Pfizer.
Dalam penelitian ini, peserta merupakan pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang, serta belum mendapat vaksinasi. Mereka juga dianggap berisiko tinggi untuk dirawat di rumah sakit karena masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, atau penyakit jantung.
Pengobatan dimulai dalam tiga sampai lima hari dari gejala awal, dan berlangsung selama lima hari. Pasien yang menerima obat lebih awal menunjukkan hasil yang sedikit lebih baik.
Obat Pfizer adalah bagian dari keluarga obat antivirus berusia puluhan tahun yang dikenal sebagai protease inhibitor, yang merevolusi pengobatan HIV dan hepatitis C. Obat-obatan tersebut memblokir enzim kunci yang dibutuhkan virus untuk berkembang biak di dalam tubuh manusia.
Obat itu pertama kali diidentifikasi selama wabah SARS yang berasal dari Asia pada 2003. Tahun lalu, peneliti perusahaan Pfizer memutuskan untuk menghidupkan kembali obat tersebut dan mempelajarinya untuk Covid-19, mengingat kesamaan antara kedua virus corona.
Editor: Fajar Sidik
Pfizer juga sudah meminta badan pengawas obat dan makanan Amerika Serikat (FDA) dan regulator internasional lainnya untuk mengesahkan pil ini sesegera mungkin agar bisa dipakai dalam beberapa minggu atau bulan depan.
Menurut Dr. John Mellors, kepala penyakit menular di University of Pittsburgh, pil Covid-19 ini menunjukkan kemajuan penting dalam dunia kesehatan.
"Jika seseorang mengembangkan gejala dan dites positif Covid-19, kami dapat meminta resep ke apotek lokal seperti yang kami lakukan untuk banyak penyakit menular," katanya dikutip dari Medical Xpress, Senin (8/11/2021).
Adapun pada hasil studi yang diumumkan Pfizer Jumat pekan lalu, pasien yang menerima obat buatannya bersama dengan antivirus lain, menunjukkan penurunan gejala Covid-19 sebanyak 89 persen dalam tingkat gabungan rawat inap atau kematian setelah sebulan, dibandingkan dengan pasien yang menggunakan pil kosong (plasebo).
Sedangkan kurang dari 1 persen pasien yang memakai pil ini perlu dirawat di rumah sakit namun tidak ada yang meninggal. Pada kelompok pembanding, 7 persen pasien dirawat di rumah sakit dan ada tujuh kematian. Studi ini dilakukan terhadap 775 orang dewasa.
"Kami berharap bahwa kami memiliki sesuatu yang luar biasa, tetapi jarang Anda melihat obat-obatan hebat datang dengan kemanjuran hampir 90 persen dan perlindungan 100 persen untuk kematian," kata Dr. Mikael Dolsten, kepala studi ilmiah Pfizer.
Dalam penelitian ini, peserta merupakan pasien Covid-19 dengan gejala ringan hingga sedang, serta belum mendapat vaksinasi. Mereka juga dianggap berisiko tinggi untuk dirawat di rumah sakit karena masalah kesehatan seperti obesitas, diabetes, atau penyakit jantung.
Pengobatan dimulai dalam tiga sampai lima hari dari gejala awal, dan berlangsung selama lima hari. Pasien yang menerima obat lebih awal menunjukkan hasil yang sedikit lebih baik.
Obat Pfizer adalah bagian dari keluarga obat antivirus berusia puluhan tahun yang dikenal sebagai protease inhibitor, yang merevolusi pengobatan HIV dan hepatitis C. Obat-obatan tersebut memblokir enzim kunci yang dibutuhkan virus untuk berkembang biak di dalam tubuh manusia.
Obat itu pertama kali diidentifikasi selama wabah SARS yang berasal dari Asia pada 2003. Tahun lalu, peneliti perusahaan Pfizer memutuskan untuk menghidupkan kembali obat tersebut dan mempelajarinya untuk Covid-19, mengingat kesamaan antara kedua virus corona.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.