Ilustrasi mengemudi di jalan tol (dok: Unsplash/Samuele Errico Piccarini)

Tips Aman dari Kantuk Saat Mengemudi dari Pengemudi Bus AKAP: Jangan Cuma Cuci Muka

04 November 2021   |   18:27 WIB
Image
Rezha Hadyan Hypeabis.id

Dalam kurun waktu yang relatif singkat, terjadi tiga kecelakaan lalu lintas di jalan Tol Trans Jawa yang mengakibatkan korban meninggal dunia. Semuanya merupakan kecelakaan tunggal yang diduga terjadi karena kelalaian pengemudi yang mengantuk.

Terakhir, sebuah Mitsubishi Pajero mengalami kecelakaan tunggal di ruas Tol Ngawi-Kertosono, Jawa Timur KM 672 arah Surabaya atau tak jauh dari pintu keluar Bandar Kedungmulyo, Jombang. Kecelakaan yang terjadi pada Kamis (4/11/2021) pukul 12.36 WIB itu menewaskan dua orang yang tak lain adalah pasangan selebritas Febri Ardiansyah dan Vannesa Angel.

Kecelakaan serupa juga terjadi di ruas Tol Cikopo-Palimanan KM 113 arah Jakarta pada hari yang sama sekitar pukul 02.30 WIB. Kecelakaan yang melibatkan sebuah Toyota Kijang Innova itu menewaskan satu orang, yakni Dekan Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) I Gede Suparta Budisatria.

Sebelumnya, pada Rabu (3/11/2021) pukul 23.00 WIB sebuah Toyota Avanza menabrak bagian belakang truk tronton di ruas Tol Solo-Ngawi arah Solo atau Jakarta. Kecelakaan itu menewaskan satu orang dan mengakibatkan lima lainnya luka berat.

Ketiga kecelakaan yang terjadi berurutan itu punya kesamaan, yakni kecelekaan tunggal dan diduga kuat terjadi karena pengemudi mengantuk.

Mengemudi di jalan tol, apalagi dengan durasi dan jarak yang cukup panjang memang berpotensi membuat pengemudi hilang kewaspadaan hingga mengantuk. Kondisi jalan yang cenderung lurus dan monoton membuat banyak pengemudi terlena, bahkan tak sedikit yang mengalami microsleep atau terlelap sesaat.

Tentu saja, hal tersebut sangat berbahaya, terlebih saat mobil melaju dalam kecepatan tinggi. Mobil bisa hilang kendali hingga menabrak apapun yang ada di sekitarnya.

Bicara soal jalan Tol Trans Jawa dan kantuk yang menyerang saat mengemudi dan bagaimana mengatasinya, kita bisa belajar dari pengemudi bus antarkota antarprovinsi (AKAP) berpengalaman. Sebagai seorang yang menghabiskan banyak waktunya di jalanan antarkota tentu saja mereka punya cara tersendiri.
 

Pajero Sport putih nomor polisi B 1284 BJU yang ditumpangi Vanessa Angel dan suaminya Bibi Andriansyah mengalami kecelakaan di tol Jakarta menuju Surabaya, Kamis (4/11/2021)./Istimewa

Pajero Sport putih nomor polisi B 1284 BJU yang ditumpangi Vanessa Angel dan suaminya Bibi Andriansyah mengalami kecelakaan di tol Jakarta menuju Surabaya, Kamis (4/11/2021)./Istimewa

Aris, pengemudi bus (AKAP) salah satu perusahaan otobus (PO) asal Jakarta punya cara tersendiri untuk mengatasi kantuk saat bekerja. Sehari-harinya, dia harus melintasi Tol Trans Jawa membawa penumpang dari Jakarta ke Surabaya, Jakarta ke Malang, atau Jakarta ke Denpasar pulang pergi (PP).

Pria yang sudah menjadi pengemudi bus AKAP sejak 1990 itu menyebut mengemudi di jalan tol, terutama saat kondisi sepi sebenarnya lebih berbahaya. 

"Karena kita jadi kurang awas, keenakan lurus-lurus saja, enggak sadar tahu-tahu lari kencang, mengantuk. Enggak awas sama keadaan di depan, misalnya ada mobil tiba-tiba pindah jalur atau halangan lainnya," katanya kepada Hypeabis.

Menurut Aris, di Tol Trans Jawa kerap kali ditemukan mobil yang pindah jalur mendadak tanpa menyalakan lampu sein. Selain itu, tak sedikit juga truk-truk besar yang lampu belakangnya redup atau cenderung tak terlihat dari jauh.

Kemudian soal kecepatan, harga mati bagi dirinya untuk mematuhi batas maksimal kecepatan yang tertera di rambu lalu lintas. 

"Jalanan kosong maksimal 100 [km/jam] ya sudah segitu saja. Angin juga kencang di beberapa titik, makin kencang mudah oleng, apalagi mobil kecil. Kencang-kencang bahaya, apalagi saya ini bawa banyak nyawa penumpang, tanggung jawab semua ada di saya," tegasnya.

Untuk menghindari kantuk, sebisa mungkin Aris tidur sebelum dirinya mendapatkan jatah mengemudi. Adapun, saat mengemudi dirinya memilih makan permen atau mengunyah camilan agar tetap terjaga.

"Biasanya kan merokok, di tempat kita enggak boleh ya jadinya permen atau jajanan saja. Tetapi ya jangan jajanan yang bikin sibuk tangan macam kacang kulit atau kuaci ya," tuturnya.

Aris juga minum kopi tanpa gula untuk sekadar menyegarkan diri ketika bus berhenti untuk waktu istirahat penumpang. Untuk rute Jakarta- Surabaya PP bus berhenti sebanyak dua kali di rumah makan di wilayah Subang, Jawa Barat dan Madiun, Jawa Timur.

Dia menghindari minuman yang diklaim mampu menambah stamina atau membuat tubuh tetap terjaga. Sebabnya, dia tidak ingin mengikuti jejak rekan-rekannya yang mengalami penyakit kronis lantaran rutin mengonsumsinya.

Setiap bus di perusahaan Aris bekerja diawaki oleh dua orang pengemudi dan satu orang asisten pengemudi. Pergantian pengemudi biasanya dilakukan di rumah makan.

Walaupun demikian, pergantian pengemudi bisa saja dilakukan di mana saja sesuai dengan kesepakatan kedua pengemudi atau melihat bagaimana kondisi pengemudi yang bertugas.

"Bisa sistem tengah pinggir, pinggir ini Jakarta ke rumah makan, terus istirahat di belakang, bawa mobil lagi nanti dari rumah makan ke tujuan akhir Surabaya atau Malang misalnya. Tetapi bisa sesuai kesepakatan kita," paparnya.

Aris mengaku memanfaatkan betul waktu istirahat tersebut untuk tidur, termasuk ketika berada di terminal atau pool keberangkatan. Paling tidak, dia tidur selama satu jam agar mata tetap terjaga saat bertugas mengemudi.

Terakhir, yang tak kalah penting adalah memahami titik rawan dimana pengemudi merasa lelah. Berdasarkan pengalamannya, terdapat tiga titik rawan sepanjang Tol Trans Jawa yang harus diwaspadai.

"Titik ini harus diwaspadai, karena bisa saja kita segar enggak ngantuk tetapi ada kendaraan lain yang pengemudinya jalan jarak jauh mengantuk. Bisa saja itu membahayakan kita kan. Itu juga bisa jadi patokan buat istirahat kalau saya sedang bawa kendaraan sendirian," katanya.

Titik pertama yang dimaksud Aris adalah sepanjang ruas Tol Kertosono-Ngawi ke arah Surabaya. Pengemudi, khususnya yang mengemudi dari Jakarta atau Jawa Tengah biasanya mencapai titik lelahnya sepanjang ruas tol ini.

"Makanya disitu sampai dibuat marka jalan yang bisa mengeluarkan suara macam lagu. Buat jaga-jaga itu biar yang mengantuk sadar," ujarnya.

Titik kedua adalah ruas Tol Cikopo-Palimanan arah Jakarta, terutama di wilayah Subang. Kondisi jalan aspal mulus tanpa kelokan berpotensi membuat pengemudi mengantuk, apalagi yang sudah menghabiskan waktunya cukup lama di belakang kemudi.

"Disini juga banyak truk-truk besar, jalannya agak lambat dan lajurnya cuma ada dua. Penerangan juga minim, teman-teman saya banyak yang kecelakaan disini, biasanya mengantuk," paparnya.

Ketiga atau terakhir adalah ruas Tol Semarang-Solo, khususnya sepanjang Salatiga-Semarang arah Jakarta. Kondisi jalan yang menurun seperti halnya Tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang (Cipularang) arah Jakarta kerap membuat pengemudi tak sadar kendaraannya melaju dalam kecepatan tinggi.

"Turunan panjang, kalau kendaraan besar seperti bus ini yang ngeri ya remnya. Kendaraan kecil bisa saja tapi risikonya enggak begitu besar, biasanya hilang kendali. Kecelakaan sering [terjadi] disini, apalagi sering hujan juga dan kadang berkabut," jelasnya.

Terakhir, Aris berpesan kepada pengemudi yang melintas di Tol Trans Jawa agar jangan memaksakan diri saat mengantuk. Salah satu kekeliruan yang kerap dilakukan adalah  berhenti sekadar untuk membasuh muka agar tetap terjaga tanpa tidur sejenak.

"Ini bahaya, apalagi buat yang mobilnya pakai AC seperti bus saya. Cuci muka awalnya segar, tapi nanti enggak lama kena hembusan AC dingin malah tambah mengantuk, itu yang tidak banyak disadari," tegasnya.

Editor: M R Purboyo

SEBELUMNYA

Pengusaha Ini Sukses Gandakan Penjualan dengan Pasukan Reseller. Ini Kuncinya

BERIKUTNYA

Agensi HYBE Akan Gunakan NFT dalam Produk Merchandise Artisnya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: