Perajin Tenun Batak Adu Kreativitas dalam Ajang Ini
02 November 2021 |
21:50 WIB
Kain Batak merupakan salah satu wastra Indonesia yang sarat akan nilai budaya. Walaupun kaya akan nilai budaya, eksistensinya terbilang masih di bawah kain Songket atau Batik. Butuh upaya revitalisasi agar kain Batak tidak punah. Untuk itulah, Tobatenun berupaya melakukan berbagai program kerja seperti pelatihan dan pendidikan perajin kain Batak, serta pengembangan komunitas penenun yang didominasi oleh perempuan.
Kerri na Basaria CEO & Founder PT Toba Tenun SejahtraTobatenun mengatakan sejak tahun 2015, pemerintah telah menetapkan Hari Ulos Nasional setiap bulan Oktober. Berangkat dari hal tersebut, Tobatenun telah melaksanakan Lomba Selendang Tenun bagi para penenun di Sumatera Utara.
Hasil karya pemenang akan dijual ke donatur Yayasan Del kemudian untuk umum, di mana hasil penjualan akan didonasikan ke komunitas Jabu Bonang dalam memeriahkan Acara Ulang Tahun ke-20 Yayasan Del.
“Untuk itu, Tobatenun berkomitmen menciptakan produk berkualitas dan ramah lingkungan, yang memberikan nilai lebih kepada konsumen serta mendatangkan keuntungan bagi mitra penenun. Hal ini sejalan dengan tema besar acara ulang tahun ke-20 Yayasan Del yaitu Warisan untuk Bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, Tobatenun hadir untuk melestarikan kain Batak dan penenunnya. Karena itu mereka sangat puas melihat karya dari penenun asal Sumatra Utara yang mengikuti lomba Selendang Tenun.
“Kami juga melihat perkembangan kreativitas penenun yang terlihat pada motif, kemampuan, dan kerapian bertenun dengan material serat alam,” ujar Kerri yang juga Ketua Panitia Acara Ulang Tahun ke-20 Yayasan.
Tiga orang pemenang dari daerah Samosir telah ditentukan, yaitu Dormauli Nainggolan, Anna Dahlia Silaban, dan Denita Manihuruk.
Kualitas tenun yang dihasilkan dari lomba ini lebih bermutu karena menggunakan benang dan serat alami daripada serat sintetis serta pewarna kimia yang biasanya dipakai.
Denita Manihuruk, salah satu pemenang Lomba Selendang Tenun 2021 mengaku cukup tertantang dengan lomba ini karena bahan yang digunakan lebih berkualitas dan memiliki keunikan tersendiri.
“Kami juga turut senang berkat lomba ini kami jadi lebih terlatih, sehingga dapat memproduksi kain Batak dengan kualitas yang lebih bagus serta mampu membantu komunitas penenun. Kami harap warisan dari leluhur kami dapat selalu terjaga sebagai warisan untuk Bangsa,” ujarnya.
Tobatenun juga akan menggelar charity sales dari selendang tenun yang dibuat oleh peserta lomba pada bulan November 2021. Selendang tenun hasil lomba nantinya akan dijual ke donatur Yayasan Del pada 9 November 2021 dan kemudian dibuka untuk umum melalui website Tobatenun.com pada 15 November 2021.
Kisaran harga kain handmade para penenun mulai dari Rp2,5 juta sesuai tingkat kreativitas motif tenun, kerumitan dan kerapihan dari setiap selendang.
Hasil penjualan selendang tenun ini akan dialokasikan untuk bantuan dan pendampingan Jabu Bonang, sebuah komunitas perajin di Sumatera Utara dengan misi pemberdayaan perajin serta edukasi tentang wastra Sumatra Utara. Hasil penjualan juga akan dialokasikan untuk tes Pap Smear gratis bagi 50 penenun sebagai bentuk screening awal pencegahan kanker serviks.
Editor Fajar Sidik
Kerri na Basaria CEO & Founder PT Toba Tenun SejahtraTobatenun mengatakan sejak tahun 2015, pemerintah telah menetapkan Hari Ulos Nasional setiap bulan Oktober. Berangkat dari hal tersebut, Tobatenun telah melaksanakan Lomba Selendang Tenun bagi para penenun di Sumatera Utara.
Hasil karya pemenang akan dijual ke donatur Yayasan Del kemudian untuk umum, di mana hasil penjualan akan didonasikan ke komunitas Jabu Bonang dalam memeriahkan Acara Ulang Tahun ke-20 Yayasan Del.
“Untuk itu, Tobatenun berkomitmen menciptakan produk berkualitas dan ramah lingkungan, yang memberikan nilai lebih kepada konsumen serta mendatangkan keuntungan bagi mitra penenun. Hal ini sejalan dengan tema besar acara ulang tahun ke-20 Yayasan Del yaitu Warisan untuk Bangsa,” ujarnya.
Menurutnya, Tobatenun hadir untuk melestarikan kain Batak dan penenunnya. Karena itu mereka sangat puas melihat karya dari penenun asal Sumatra Utara yang mengikuti lomba Selendang Tenun.
“Kami juga melihat perkembangan kreativitas penenun yang terlihat pada motif, kemampuan, dan kerapian bertenun dengan material serat alam,” ujar Kerri yang juga Ketua Panitia Acara Ulang Tahun ke-20 Yayasan.
Tiga orang pemenang dari daerah Samosir telah ditentukan, yaitu Dormauli Nainggolan, Anna Dahlia Silaban, dan Denita Manihuruk.
Kualitas tenun yang dihasilkan dari lomba ini lebih bermutu karena menggunakan benang dan serat alami daripada serat sintetis serta pewarna kimia yang biasanya dipakai.
Denita Manihuruk, salah satu pemenang Lomba Selendang Tenun 2021 mengaku cukup tertantang dengan lomba ini karena bahan yang digunakan lebih berkualitas dan memiliki keunikan tersendiri.
“Kami juga turut senang berkat lomba ini kami jadi lebih terlatih, sehingga dapat memproduksi kain Batak dengan kualitas yang lebih bagus serta mampu membantu komunitas penenun. Kami harap warisan dari leluhur kami dapat selalu terjaga sebagai warisan untuk Bangsa,” ujarnya.
Tobatenun juga akan menggelar charity sales dari selendang tenun yang dibuat oleh peserta lomba pada bulan November 2021. Selendang tenun hasil lomba nantinya akan dijual ke donatur Yayasan Del pada 9 November 2021 dan kemudian dibuka untuk umum melalui website Tobatenun.com pada 15 November 2021.
Kisaran harga kain handmade para penenun mulai dari Rp2,5 juta sesuai tingkat kreativitas motif tenun, kerumitan dan kerapihan dari setiap selendang.
Hasil penjualan selendang tenun ini akan dialokasikan untuk bantuan dan pendampingan Jabu Bonang, sebuah komunitas perajin di Sumatera Utara dengan misi pemberdayaan perajin serta edukasi tentang wastra Sumatra Utara. Hasil penjualan juga akan dialokasikan untuk tes Pap Smear gratis bagi 50 penenun sebagai bentuk screening awal pencegahan kanker serviks.
Editor Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.