dok, bubur.boetjin.official

Pilot Jadi Tukang Bubur, Sukses Buka 60 Cabang & Tawarkan Kemitraan Rp5 juta

02 November 2021   |   21:40 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Siapa yang dulu bercita-cita menjadi pilot? Memang ya pilot menjadi salah satu cita-cita yang sangat diimpikan oleh anak-anak. Namun, siapa sangka ada seorang pilot yang justru banting setir menjadi tukang bubur ayam.
Ya, pandemi yang terjadi sejak 2020 lalu telah menghantam berbagai sektor, tak terkecuali industri penerbangan.

Pilot yang biasanya harus terbang setiap hari menjadi lebih banyak menghabiskan waktu di rumah karena adanya berbagai pembatasan.
Termasuk Ronald Darmadi, pria yang berprofesi sebagai pilot di salah satu maskapai swasta ini banting setir berjualan bubur ayam. Ketika itu, saat diirnya banyak menghabiskan waktu di rumah selama masa Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dia terpikir untuk membuka usaha.

Setelah melakukan inovasi, mendapatkan rasa dan racikan bumbu buburr yang pas, Ronald bersama istri mulai menjajakannya di pinggir jalan. Meski profesi utamanya memang pilot, tetapi dia tidak gengsi ketika harus berjualan bubur di pinggir jalan.

“Modal saya waktu itu Rp1 juta dipakai untuk jualan bubur. Kenapa bubur? Ya karena bubur itu makanan sehari-hari. Kami memulainya dengan jualan di pinggir jalan tapi karena lagi PSBB jadinya sepi pembeli karena orang jarang ke luar rumah,” kisahnya.

Namun kondisi itu tak lantas membuatnya berputus asa. Ronald beralih jualan dari rumah dengan mengandalkan layanan pesan antar ojek online seperti GoFood ataupun GrabFood yang memang tengah naik daun di masa pandemi.

Tak disangka ternyata bubur yang memiliki brand Bubur Boetjin ini disukai oleh konsumen.Penjualan yang awalnya hanya sekitar 5 hingga 10 mangkok per hari saat ini bisa mencapai 50 mangkok per hari bahkan ketika ramai bisa tembus 200 mangkok dalam satu hari.

Bubur Boetjin memang berbeda dibandingkan dengan bubur ayam pada umumnya. Selain menggunakan resep warisan keluarga yang membuat buburnya lebih gurih meski tanpa mecin, bubur Boetjin juga menggunakan bahan premium yang memadukan antara resep tradisional dan modern.

Tidak hanya premium dari sisi rasa, Bubur Boetjin juga memiliki kemasan yang elegan dan kekinian  yaitu menggunakan bowl yang juga akan memudahkan konsumen saat akan mengonsumsinya. Cocok pula dijadikan menu konsumsi dalam momen atau event tertentu.

Dengan kemasan yang lebih premium dan rasa yang lebih nikmat, Bubur Boetjin memang memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan bubur ayam pada umumnya yakni mulai Rp20ribu. Namun, harga tesebut akan terbayarkan dengan rasa yang nikmat dan premium.

TAWARKAN KEMITRAAN
Setelah satu tahun berjalan, dengan kesukesan yang diraihnya tersebut, Ronald memberi kesempatan bagi masyarakat yang ingin memulai usaha dengan menawarkan sistem kemitraan.  Dia lantas membuat SOP sehingga bubur yang dihasilkan oleh para mitra tetap memiliki rasa dan kualitas yang sama dengan pusat.

“Saat ini kami sudah memiliki tim yang menghandle paket kemitraan ini. Karena ini kemitraan, ngga ada royalti fee sehingga semua keuntungan untuk mitra,” ujarnya.

Saat awal membuka paket kemitraan dia menawarkan paket sekitar Rp2 juta hingga Rp3 juta karena adanya subsidi dari pusat. Saat ini paket kemitraan Bubur Boetjin sekitar Rp5 juta dan sudah mendapatkan lisensi penggunaan merek 1 tahun, SOP, resep, pelatihan, berbagai peralatan dan perlengkapan, serta bahan-bahan untuk 150 porsi. Termasuk di daftarkan ke GrabFood, GoFood, ShopeeFood, maupun Traveloka.

“Ada biaya deposito kemitraan Rp1 juta yang dibayarkan sekali di awal kemitraan untuk jaminan bahan baku dan kualitas bubur, kalau melanggar SOP atau melakukan kecurangan yang disengaja,” ujarnya.

Untuk menjadi mitra juga sangat mudah, tidak perlu menyewa tempat karena bisa dijalankan dari rumah. Selain itu harus mempunya HP android untuk aplikasi pesan antar dan kulkas 2 pintu, serta berkomitmen mengikuti SOP dan menjaga kualitas.

Dengan modal awal Rp5 juta para mitra bisa mendapatkan omzet mulai Rp7 juta hingga Rp24 juta sebulan dengan keuntungan mulai Rp3 juta hingga Rp11 juta. Dengan demikian balik modalnya terbilang sangat cepat maksimal hanya 1,5 bulan.

“Saat ini kami sudah memiliki 60 cabang yang tersebar di berbagai kota di Indonesia,” ujarnya.

Editor Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Catat! Deretan Brand Lokal Ini Tumbuh Pesat saat Pandemi

BERIKUTNYA

Perajin Tenun Batak Adu Kreativitas dalam Ajang Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: