Pembina Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe (Maramowe Foundation) Luluk Intarti. (Dok. Bisnis/Himawan L. Nugraha)

Membangun Semangat Pelestarian Budaya Suku Kamoro

29 October 2021   |   20:35 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Pembina Yayasan Maramowe Weaiku Kamorowe (Maramowe Foundation) Luluk Intarti menyampaikan bahwa membangun semangat generasi penerus untuk melanjutkan warisan budaya nenek moyang bukan perihal mudah. Namun hal itu sangat penting untuk memastikan pelestarian budaya Nusantara. 

Butuh waktu setidaknya 10 tahun bagi pengrajin seni ukir di suku Kamoro, pesisir selatan Papua, untuk memperkenalkan kembali warisan budaya mereka yang sempat mengalami degenerasi. Upaya para generasi muda Kamoro ternyata tidak sia-sia dan disambut antusias oleh masyarakat.

Lewat kegiatan pameran dan promosi lainnya, Maramowe Foundation mencoba membangun semangat pelestarian budaya suku Kamoro.

“Selain itu, upaya yang terus kami lakukan adalah preservasi dan pembedayaan. Ini dua kunci utama yang dapat menjamin keberlangsungan budaya suku Kamoro agar terhindar dari kepunahan dan dapat dikenal oleh lebih banyak orang,” ujarnya dalam pada Dialog Seni Kamoro Art Exhibition & Sale 2021, Jumat (29/10).

Seni ukir suku Kamoro sempat mengalami degradasi  1960-1990, di mana budaya leluhur ini hampir mengalami kepunahan dan kehilangan maknanya. 

Maramowe Foundation melihat potensi nilai budaya dan kearifan lokal yang sangat kaya dari karya-karya terdahulu seniman suku Kamoro sehingga mereka mencoba meyakinkan para generasi penerus untuk melanjutkan warisan itu.

“Yang dikhawatirkan adalah jika preservasi budaya tidak dilakukan sekarang, kita berisiko kehilangan satu lagi budaya Nusantara,” ujar Luluk.

Penghargaan yang ditunjukkan oleh pegiat seni dan masyarakat setelah melihat karya seniman suku Kamoro, kemudian mendorong mereka untuk bangkit kembali dan aktif memproduksi seni ukir, di antara warisan budaya mereka lainnya. 

“Kita coba bangkitkan lagi seni ukir Kamoro yang sempat kehilangan maknanya dengan mengajak masyarakat suku Kamoro dan generasi penerus untuk membuat lagi ragam seni ukir khas mereka. Kami selektif memilih pasar, bukan sekadar dibeli untuk digantung tapi kami ingin penikmat seni dapat benar-benar menghargai seni ukir Kamoro,” kata Luluk.

Seni ukir hanya satu dari sekian kearifan lokal dan warisan budaya suku Kamoro yang bisa diperkenalkan secara lebih luas. Harapannya juga dapat menggugah lebih banyak ide dan inovasi untuk memperkenalkan warisan budaya suku Kamoro

Setelah preservas,  pemberdayaan juga secara berkala dilakukan kepada sekitar 500 pengukir suku Kamoro, lewat berbagai program peningkatan keterampilan dan menghasilkan produk kesenian yang memiliki nilai  ekonomi.

Keinginan pasar yang berbeda-beda kami coba komunikasikan agar hasil karya mereka dapat menghasilkan nilai tambah.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Perajin Wastra Nusantara Harus Perhatikan Ini untuk Menembus Ekspor

BERIKUTNYA

Kolaborasi Perajin & Perancang Jadi Kunci Keberlanjutan Warisan Budaya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: