Antusiasme Tinggi, Masyarakat Borong Karya Ukiran di Ajang Kamoro Art Exhibition & Sale 2021
28 October 2021 |
22:15 WIB
Ajakan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud Ristek) Nadiem Anwar Makarim untuk membeli karya seniman nusantara tampaknya diamini oleh tamu undangan yang hadir pada malam pembukaan Kamoro Art Exhibition & Sale 2021 yang diadakan di Hutan Kota by Plataran Jakarta.
Pasalnya, pada malam pembukaan saja, puluhan karya ukir yang dipamerkan di area restoran langsung laku terjual. Di antara ukiran yang jadi karya khas suku Kamoro, Wamewa dan Yameti cukup populer dikalangan pegiat seni dan kolektor.
Menurut Luluk, karya ukiran yang dipamerkan dijual pada kisaran harga Rp300.000 hingga Rp29 juta. Harga ini tidak hanya dipengaruhi oleh ukuran, tetapi juga bahan dan nilai artistik yang dapat kita lihat dari ketelitian dan kerapihan pada detil ukiran.
"Dari 250 karya ukir yang dibawa ke Jakarta, sekitar sepertiganya laku terjual pada malam pembukaan pameran. Hari kedua ini saja sudah ada 10 item yang kita display dan dibeli pengunjung," ujarnya kepada Hypeabis.id, Kamis (28/10).
Wemawe memang karya ukir yang paling banyak diproduksi oleh para pemahat suku Kamoro. Patung ini secara khusus merupakan bentuk persembahan pemahat kepada leluhur.
Maka dari itu di banyak patung kayu Wemawe, kita bisa melihat bentuk manusian serta hewan antara lain buaya, ikan dan ular yang menurut legenda setempat adalah nenek moyang mereka.
Lelaki Kamoro terkenal dengan kepiawaian mereka memahat kayu dengan teliti untuk membuat motif indah yang terinspirasi dari alams sekitar seperti sungai, hewan, dan tumbuhan.
Pada kesempatan lain, Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan pihaknya menyambut baik antusiasme masyarakat untuk mengenal keberagaman budaya Indonesia, khususnya kebudayaan suku Kamoro.
"Pada hari pertama pelaksanaan acara, kami mencatat angka penjualan karya-karya seni Kamoro yang dipamerkan sekitar 65 persen dari yang ditampilkan langsung terjual," ujarnya kepada Hypeabis.id.
Dia menambahkan, Freeport Indonesia berharap upaya korporasi melestarikan budaya Kamoro akan terus meningkatkan pengetahuan dan minat masyarakat terhadap kekayaan budaya di Papua, khususnya budaya Kamoro, dengan segala kearifan lokal yang mereka miliki.
Editor: Dika Irawan
Pasalnya, pada malam pembukaan saja, puluhan karya ukir yang dipamerkan di area restoran langsung laku terjual. Di antara ukiran yang jadi karya khas suku Kamoro, Wamewa dan Yameti cukup populer dikalangan pegiat seni dan kolektor.
Menurut Luluk, karya ukiran yang dipamerkan dijual pada kisaran harga Rp300.000 hingga Rp29 juta. Harga ini tidak hanya dipengaruhi oleh ukuran, tetapi juga bahan dan nilai artistik yang dapat kita lihat dari ketelitian dan kerapihan pada detil ukiran.
"Dari 250 karya ukir yang dibawa ke Jakarta, sekitar sepertiganya laku terjual pada malam pembukaan pameran. Hari kedua ini saja sudah ada 10 item yang kita display dan dibeli pengunjung," ujarnya kepada Hypeabis.id, Kamis (28/10).
Selain Wemawe, Mbitoro juga jadi salah satu karya ukiran yang banyak dibeli pengunjung. (Dok. Bisnis/Himawan L. Nugraha)
Maka dari itu di banyak patung kayu Wemawe, kita bisa melihat bentuk manusian serta hewan antara lain buaya, ikan dan ular yang menurut legenda setempat adalah nenek moyang mereka.
Lelaki Kamoro terkenal dengan kepiawaian mereka memahat kayu dengan teliti untuk membuat motif indah yang terinspirasi dari alams sekitar seperti sungai, hewan, dan tumbuhan.
Pada kesempatan lain, Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia Riza Pratama mengatakan pihaknya menyambut baik antusiasme masyarakat untuk mengenal keberagaman budaya Indonesia, khususnya kebudayaan suku Kamoro.
"Pada hari pertama pelaksanaan acara, kami mencatat angka penjualan karya-karya seni Kamoro yang dipamerkan sekitar 65 persen dari yang ditampilkan langsung terjual," ujarnya kepada Hypeabis.id.
Dia menambahkan, Freeport Indonesia berharap upaya korporasi melestarikan budaya Kamoro akan terus meningkatkan pengetahuan dan minat masyarakat terhadap kekayaan budaya di Papua, khususnya budaya Kamoro, dengan segala kearifan lokal yang mereka miliki.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.