Education Team Leader Yayasan Wahana Visi Indonesia Marthen Sattu Sambo. (Bisnis/Himawan L. Nugraha)

Pakima Hani Hano, Program Edukasi Berbasis Kearifan Lokal di Papua

28 October 2021   |   22:32 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Eksistensi budaya leluhur yang ada hingga sekarang tak lepas dari peran para pemuda yang menjaga dan melestarikan nilai-nilainya. Selain lewat karya seni, unsur lain yang tidak bisa dilewatkan dalam upaya pelestarian budaya adalah pendidikan. Bagi Yayasan Wahana Visi Indonesia (WVI), pengenalan budaya kepada generasi muda dan anak-anak sangat lekat dengan peran pendidikan

Organisasi ini berkolaborasi dengan komunitas yang paling rentan melalui pengembangan masyarakat lewat media edukasi. Mereka secara spesifik menyusun model pendidikan didasari oleh karakteristik setiap daerah.

Jika di Kalimantan Barat ada Pendidikan Hijau, maka di Papua, Education Team Leader Yayasan Wahana Visi Indonesia Marthen Sattu Sambo mengembangkan pendidikan kontekstual Pakima Hani Hano (Bersekutu Itu Baik dan Indah) yang diselenggarakan di sekolah dasar.

"Pendidikan merupakan intervensi paling dasar bagi anak-anak untuk berkembang semaksimal mungkin. Anak-anak perlu mengenal diri dan identitas budaya mereka dan ini kami sampaikan melalui pendidikan," kata Marthen pada Dialog Seni Kamoro Art Exhibition & Sale 2021, Kamis (28/10).

Salah satu keresahan WVI adalah kemampuan anak-anak usia sekolah yang belum mampu membaca dan memahami tulisan. 

Untuk mengatasi masalah itu WVI melakukan pendekatan budaya di dalam pendidikan yang terstruktur. WVI mengolah materi dari apa yang sudah dipahami oleh anak sebagai media pembelajaran kekhasan budaya, literasi dan numerasi.

"Edukasi yang kami kembangkan selalu berangkat dari apa yang sudah mereka miliki di setiap daerah. Kurikulum pengayaan bisa digunakan oleh guru, siswa bahkan masyarakat awam," ujar Marthen.

Lewat edukasi, pelestarian budaya memang tidak dilakukan secara langsung namun melalui kurikulum berbasis kearifan lokal ini sisipan nilai-nilai adat dan budaya dapat ditanamkan kepada siswa.

WVI tidak bergerak sendiri, setiap materi pengayaan yang mereka sampaikan sudah lebih dulu dikonsultasikan dengan pemuka adat dan budayawan setempat agar nilai-nilai yang disampaikan bersifat utuh dan pada akhirnya dapat terus dilestarikan oleh para generasi muda.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Film Nussa Mendapat Sanjungan dari Gubernur DKI Jakarta

BERIKUTNYA

Antusiasme Tinggi, Masyarakat Borong Karya Ukiran di Ajang Kamoro Art Exhibition & Sale 2021

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: