Ilustrasi ibu hamil (dok. Pexels)

Hati-Hati, Ada Risiko Serius di Balik Persalinan Sesar

27 October 2021   |   19:45 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Jumlah persalinan sesar terus meningkat setiap tahunnnya. Menurut riset kesehatan dasar (Riskesdas) 2018, angka prevalensinya hampir 18 persen. Banyak ibu yang memilih metode persalinan ini karena merasa lebih aman dan jadwalnya bisa diketahui. Alasan lain, biasanya para ibu muda cemas hingga takut melahirkan secara normal. 

Walaupun mengalami pemulihan lebih cepat, persalinan sesar memiliki risiko yang tidak boleh diabaikan. Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal, dr. Rima Irwinda, mengatakan risiko kematian sesar lebih tinggi dari persalinan normal atau pervaginam. 

“Risiko kematiannya 13 per 100.000, sementara pervaginam 3,5 per 100.000,” ujarnya dalam diskusi online, Rabu (27/10/2021). 

Kemudian, ibu yang melahirkan sesar bisa mengalami infeksi luka operasi, pendarahan, hingga melukai organ sekitar seperti kandung kemih maupun usus saat tindakan operasi. Ini bisa menyebabkan pendarahan lebih banyak.

Kemungkinann risiko lain yaitu perlekatan setelah operasi dan ini berisiko pada kehamilan berikutnya. Selanjutnya, ibu yang melahirkan sesar juga berisiko tinggi mengalami depresi post natal, komplikasi akibat anestesi, hingga bekuan darah yang menyumbat paru (emboli paru) sehingga ibunya mengalami gejala sesak sehingga membutuhkan perawatan ICU. 

“Komplikasi lain, ibu yang melahirkan sesar memiliki angka kehamilan lebih rendah 9 persen dibandingkan persalinan normal, dan angka kelahiran lebih rendah 11 persen,” tuturnya. 

(Baca juga: Beberapa Jenis Makanan Ini Perlu Dihindari Ibu Hamil, Apa Saja Ya?)

Penyembuhan luka operasi rahimnya pun tidak terlalu baik. Hal ini bisa menyebabkan keluhan flek hingga 12 bulan pascaoperasi, nyeri panggul kronik, hingga nyeri saat berhubungan seksual.

Pada kehamilan berikutnya, risiko plasenta menutupi jalan lahir lebih besar, begitu pula dengan risiko keguguran, kehamilan di luar kandungan, bayi lahir mati, dan pengangkatan rahim, serta pendarahan. 

Bukan hanya pada ibu, persalinan sesar juga berisiko pada bayi yang dilahirkan. Spesialis Anak Konsultan Alergi Imunologi, dr. Molly D. Oktarina, menjelaskan salah satu risiko metode kelahiran sesar adalah menyebabkan gangguan keseimbangan kolonisasi mikrobiota di saluran pencernaan bayi, padahal kolonosisasi mikrobiota saluran cerna yang didominasi oleh mikrobiota sehat merupakan aspek penting dalam menjaga daya tahan tubuh si kecil. 

Untuk mengoptimalkan sistem daya tahan tubuh anak yang dilahirkan secara sesar, orang tua perlu mengembalikan kesimbangan kolonisasi mikrobiota di saluran cernanya. Salah satu upayanya yakni memberi air susu ibu (ASI) eksklusif.

Kata Molly ASI merupakan makanan terbaik bagi anak usia 0-6 bulan yang mengandung nutrisi lengkap seperti karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan kandungan lain yang sangat bermanfaat bagi kesehatan bayi. 

“Karena itu, pastikan ibu menyusui mengonsumsi makanan yang bergizi lengkap dan seimbang,” tegasnya. 

SEBELUMNYA

Kenalan dengan Toyota Corolla DX, Sedan Tua yang Tak Hilang Pesonanya

BERIKUTNYA

Any Song, Lagu Pertama ZICO dengan Video Klip 100 Juta Views

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: