8 Tips Ini Bantu Atasi Kecemasan Anak Saat Sekolah
19 October 2021 |
21:02 WIB
Pembelajaran daring selama lebih dari setahun ini membuat kesehatan anak-anak terganggu. Berdasarkan survei dari Ikatan Psikologis Klinik (IPK), pembelajaran daring atau jarak jauh menimbulkan keluhan stres umum sebesar 23,9 persen dan 18,9 persen anak mengeluhkan kecemasan.
Irma Gustiana A, psikolog anak, self-growth dan parenting coach, menyebut survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menunjukkan bahwa 1.244 siswa dari 1.700 responden mengaku terbebani dengan tugas yang diberikan serta 1.323 siswa mengaku kesulitan mengumpulkan tugas akibat singkatnya waktu pengerjaan yang diberikan.
Tentunya, kondisi ini patut mendapatkan perhatian khusus dari para orang tua, selain itu, pembelajaran tatap muka memang perlu diberlakukan.
“Secara mental, tidak semua anak-anak cocok pembelajaran online,” ujarnya dalam diskusi virtual yang digelar Wings Care, Selasa, (19/10/2021).
Kendati demikian, ketika pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas mulai diterapkan, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan apakah dia mau kembali belajar di sekolah selama pandemi Covid-19 atau tidak.
Sementara itu, Irma mengatakan orang tua harus melakukan langkah ‘ADAPTASI’ kepada anak mereka dalam mengatasi kecemasan atau masalah yang muncul baik saat PTM terbatas maupun belajar online. Berikut langkah yang dimaksud :
1. Amati
Amati kesiapan anak, mulai dari fisik, kemandirian, dan literasinya mengenai Covid-19 dan cara pencegahannya. Apakah anak sudah memakai masker dengan benar atau menerapkan protokol kesehatan dalam kesehariannya.
”Kita amati, kalau belum bisa, belum mahir, kita ada tanggung jawab berikan stimulasi dengan latihan berkelanjutan setiap hari. Bisa dengan main-mainan sekolah. Dengan main, anak lebih mudah bergerak mencoba sendiri.
Amati sejauh mana kemampuan anak kita ketika kita beri keleluasaan untuk PTM,” tutur Irma.
2. Dengarkan
Orang tua harus mengamati perilaku dan mendengarkan hal apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan oleh anak. Jangan sampai memaksa anak ke sekolah padahal anak belum siap ya, Bun.
3. Alihkan
Ketika anak ke sekolah, itu akan mengalihkan kebiasaan terbesar mereka selama pandemi, yakni bermain gadget. Buat anak yang masih sekolah online, maksimalkan penggunaan gadget hanya untuk belajar, alihkan dengan kegiatan fisik setelahnya.
“Anak-anak maksimal 2 jam harus aktivitas fisik. Motorik anak harus didapatkan untuk seimbangkan kemampuan lain,” tegas Irma.
4. Pahami
Pahami pola maupun sikap anak saat kembali ke sekolah. Misal, ketika belajar online nilainya bagus namun saat PTM justru rapornya anjlok. Tentu, metode belajar yang berubah-ubah membuat kebingungan sendiri bagi anak. Ibu harus memahami kondisi ini.
5. Tanyakan
Alih-alih marah dengan nilai ana yang menurun, sebaiknya tanyakan bagaimana rasanya kembali ke sekolah dan apakah ada hal yang bisa dibantu.
6. Apresiasi.
Proses pembelajaran yang tidak pasti selama Covid-19, terutama saat belajar online tentu membuat anak merasa tidak nyaman dan butuh perjuangan lebih keras memahami materi pelajaran. Apresiasi sikap dan usaha anak yang mampu bertahan sejauh ini.
“Itu bisa aktivasi hormon bahagia. Kita harus cari cara aktivasi hormon bahagianya,” tuturnya.
7. Sentuhan
Misal setelah belajar online atau pulang dari sekolah kita kasih pelukan. Jangan langsung bertanya bagaimana tugasnya tetapi bertanya rasanya bagaimana belajar di tengah pandemi ini.
8. Ingatkan diri
Sebagai orang tua, kita harus menjadi pendamping yang baik sebagai proses pembelajaran. Buat hal-hal positif sehingga ketika pandemi berakhir, ini bisa menjadi kenangan yang indah bagi si kecil.
Editor: M R Purboyo
Irma Gustiana A, psikolog anak, self-growth dan parenting coach, menyebut survei Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menunjukkan bahwa 1.244 siswa dari 1.700 responden mengaku terbebani dengan tugas yang diberikan serta 1.323 siswa mengaku kesulitan mengumpulkan tugas akibat singkatnya waktu pengerjaan yang diberikan.
Tentunya, kondisi ini patut mendapatkan perhatian khusus dari para orang tua, selain itu, pembelajaran tatap muka memang perlu diberlakukan.
“Secara mental, tidak semua anak-anak cocok pembelajaran online,” ujarnya dalam diskusi virtual yang digelar Wings Care, Selasa, (19/10/2021).
Kendati demikian, ketika pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas mulai diterapkan, melibatkan anak dalam pengambilan keputusan apakah dia mau kembali belajar di sekolah selama pandemi Covid-19 atau tidak.
Sementara itu, Irma mengatakan orang tua harus melakukan langkah ‘ADAPTASI’ kepada anak mereka dalam mengatasi kecemasan atau masalah yang muncul baik saat PTM terbatas maupun belajar online. Berikut langkah yang dimaksud :
1. Amati
Amati kesiapan anak, mulai dari fisik, kemandirian, dan literasinya mengenai Covid-19 dan cara pencegahannya. Apakah anak sudah memakai masker dengan benar atau menerapkan protokol kesehatan dalam kesehariannya.
”Kita amati, kalau belum bisa, belum mahir, kita ada tanggung jawab berikan stimulasi dengan latihan berkelanjutan setiap hari. Bisa dengan main-mainan sekolah. Dengan main, anak lebih mudah bergerak mencoba sendiri.
Amati sejauh mana kemampuan anak kita ketika kita beri keleluasaan untuk PTM,” tutur Irma.
2. Dengarkan
Orang tua harus mengamati perilaku dan mendengarkan hal apa saja yang dibutuhkan dan diinginkan oleh anak. Jangan sampai memaksa anak ke sekolah padahal anak belum siap ya, Bun.
3. Alihkan
Ketika anak ke sekolah, itu akan mengalihkan kebiasaan terbesar mereka selama pandemi, yakni bermain gadget. Buat anak yang masih sekolah online, maksimalkan penggunaan gadget hanya untuk belajar, alihkan dengan kegiatan fisik setelahnya.
“Anak-anak maksimal 2 jam harus aktivitas fisik. Motorik anak harus didapatkan untuk seimbangkan kemampuan lain,” tegas Irma.
4. Pahami
Pahami pola maupun sikap anak saat kembali ke sekolah. Misal, ketika belajar online nilainya bagus namun saat PTM justru rapornya anjlok. Tentu, metode belajar yang berubah-ubah membuat kebingungan sendiri bagi anak. Ibu harus memahami kondisi ini.
5. Tanyakan
Alih-alih marah dengan nilai ana yang menurun, sebaiknya tanyakan bagaimana rasanya kembali ke sekolah dan apakah ada hal yang bisa dibantu.
6. Apresiasi.
Proses pembelajaran yang tidak pasti selama Covid-19, terutama saat belajar online tentu membuat anak merasa tidak nyaman dan butuh perjuangan lebih keras memahami materi pelajaran. Apresiasi sikap dan usaha anak yang mampu bertahan sejauh ini.
“Itu bisa aktivasi hormon bahagia. Kita harus cari cara aktivasi hormon bahagianya,” tuturnya.
7. Sentuhan
Misal setelah belajar online atau pulang dari sekolah kita kasih pelukan. Jangan langsung bertanya bagaimana tugasnya tetapi bertanya rasanya bagaimana belajar di tengah pandemi ini.
8. Ingatkan diri
Sebagai orang tua, kita harus menjadi pendamping yang baik sebagai proses pembelajaran. Buat hal-hal positif sehingga ketika pandemi berakhir, ini bisa menjadi kenangan yang indah bagi si kecil.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.