Suplemen vitamin C (dok. Pexels)

Jangan Asal Minum Vitamin C, Ini Risikonya!

18 October 2021   |   15:52 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Vitamin C sangat penting untuk mendukung sistem imunitas kita pada masa sekarang ini. Namun, bagi penderita gangguan asam lambung, meminum vitamin C kerap kali memicu ketidaknyamanan dalam sistem pencernaan. Nah biar enggak salah dalam mengonsumsi vitamin C, kita perlu memerhatikan beberapa aspek penting terkait kesehatan.

Nutrisionis Rita Ramayulis menjelaskan selain berperan sebagai antioksidan dan meningkatkan penyerapan mineral seperti kalsium dan zat besi, vitamin C memiliki lima peran spesifik terhadap imunitas. 

Pertama, memindahkan neutrofil (sel darah putih yang membantu melawan infeksi) ke jaringan yang terinfeksi sehingga infeksi segera bisa diatasi. Kedua, mempercepat produksi sitokin sebagai bahan pesan utama untuk tubuh terinfeksi atau tidak. 

Ketiga, mengaktivasi kerja sel darah putih dalam memakan bakteri atau antigen lainnya. Keempat dan kelima yakni mempercepat pertambahan jumlah sel B dan sel T (imunoglobulin) yang bertugas mengingat struktur virus tertentu. 

“Jadi intinya, di masa pandemi atau bukan, vitamin C berperan dalam pertahanan tubuh dan kita tidak boleh berada dalam kondisi defisiensi vitamin C,” ujar Rita Ramayulis, Senin (18/10/2021).
 
Kendati demikian, mengonsumsi vitamin C harus tepat dan tidak boleh sembarangan. Alih-alih memperkuat imunitas, ternyata pada orang tertentu justru bisa memicu permasalahan lain, khususnya jika memiliki lambung yang sensitif. 

Tak sedikit penderita gangguan asam lambung mengeluhkan lambungnya perih sesudah minum vitamin C, menunjukan gejala sendawa berkepanjangan atau gejala-gejala tidak nyaman lainnya. 

Vitamin C diketahui memiliki nama lain asam askorbat. Sesuai namanya, maka sifatnya asam dan pada orang tertentu bisa mempengaruhi kondisi asam lambung.
 
Rita menyebut suplementasi vitamin C yang beredar di pasaran berbeda-beda ikatannya. Ada yang bentuknya asam askorbat murni dan biasanya cenderung bereaksi meningkatkan produksi asam lambung. 

Tetapi pada beberapa suplemen lain, kata Rita, asam askorbat itu diikat dengan dengan mineral yang bersifat basa. “Jadi, ketika sampai di lambung tidak membuat situasi sangat asam, karena sifat mineral itu membasakan, sehingga terjadi keseimbangan asam basa di dalam lambung,” tuturnya.

Dia menjelaskan hal ini dimungkinkan berkat kecanggihan teknologi di bidang farmasi. Salah satunya sodium askorbat yang sering disebut buffered vitamin C. “Jadi, walaupun sifat vitamin C sesungguhnya memang asam, namun vitamin C yang dihasilkan lebih bisa diterima oleh orang-orang dengan gangguan asam lambung,” jelas Rita.
 
Selain kandungan pengikat asam askorbat ini, Rita juga menganjurkan untuk mewaspadai kandungan soda di beberapa suplemen vitamin C dalam kemasan. Dia menuturkan penggunaan soda di vitamin C terjadi karena beberapa alasan, misalnya agar ada sensasi rasa, serta mengawetkan kandungan vitamin C itu agar lebih stabil.
 
Adapun zat yang biasa ditambahkan dalam suplemen vitamin C adalah sodium bicarbonate, sodium sitrat, atau disodium fosfat. Memang zat ini bisa mengawetkan kandungan vitamin C, tetapi jika dikonsumsi dalam jumlah tertentu oleh orang tertentu, beberapa jurnal kesehatan mengatakan dapat mempengaruhi kesehatan pencernaan. 

Rita menyebutkan gejala yang muncul mulai dari sembelit, perut tidak nyaman, bahkan diare. Dari perspektif keseimbangan gizi, fosfat berlebih akan mendorong kalsium keluar, dalam waktu tertentu. “Ini berpengaruh pada kepadatan tulang, jadi perlu hati-hati mengonsumsinya,” tegasnya.
 
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) sejatinya sudah menentukan dosis aman, tetapi kadang-kadang masyarakat mengonsumsi lebih dari keperluan, baik frekuensi maupun dosisnya. Padahal kandungan zat-zat tersebut juga kita dapat dari makanan lain. 

Intinya, lanjut Rita, konsumsi zat-zat seperti larutan soda dan pengawet tadi dalam waktu tertentu akan mempengaruhi kesehatan pencernaan dengan manifestasi klinis.

“Tak heran ada yang sampai mengalami keluhan seperti orang keracunan, setelah konsumsi merasa mual, pusing, bisa ada yang sampai muntah, nafsu makan berkurang, hingga iritasi pada kerongkongan. Jadi tidak hanya di lambung,” papar Rita.

Editor Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Eunhyuk Rilis Single Be untuk Comeback Super Junior D&E

BERIKUTNYA

Limbah Barang Elektronik Menggunung, Apa yang Harus Dilakukan?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: