Hati-Hati, Sariawan Bisa Jadi Kanker Mulut Lho!
19 May 2021 |
13:49 WIB
Genhype, jangan anggap enteng kehadiran benjolan basah di sekitar mulut atau yang biasa kita sebut sebagai sariawan. Bukan tidak mungkin jika munculnya sariawan itu ternyata adalah salah satu gejala dari kanker mulut, terlebih jika tak kunjung menghilang selama lebih dari satu bulan.
Bagaimana membedakan sariawan dan kanker mulut? Demikian pertanyaan yang kerap kali muncul ketika seseorang mengalami sariawan yang berkepanjangan. Sariawan sendiri umumnya didefinisikan sebagai rasa sakit yang tak nyaman pada rongga mulut. Umumnya terdapat bintik kecil atau small pin point yang perih dan sakit pada bibit, area pipi bagian dalam, hingga lidah.
Ada banyak penyebab dari sariawan yang tidak mengacu pada kanker mulut. Menurut dr. Rusmawati, Sp.PM dari RS Mitra Keluarga, Bintaro, sariawan seringkali terjadi akibat adanya trauma pada wilayah mulut dan bibir.
Trauma ini kerap terjadi dari hal-hal mekanis misalnya pemakaian gigi tiruan yang tidak cocok dan menorehkan luka. Atau tepi gigi yang tajam dan membuat gigitan secara tak disengaja, bisa juga karena kebiasaan di tepian bibir.
Nah, jika luka tidak diatasi, inilah yang akan memberikan tampilan tepi sariawan yang keras dan dalam. Ada pula beberapa jenis trauma lain misalnya dari penggunaan bahan kimia yang tidak cocok.
“Kita bisa cek jenis sariawan ini dari tipe ulcer [luka] biasanya diameternya kurang dari 1 cm untuk tipe mayor, dia bisa bertahan 6 minggu dan menimbulkan jaringan paru. Biasanya ada di mukosa pipi, bibir, dan dasar mulut, tak jarang juga di area lidah,” ujar Rusnawati beberapa waktu yang lalu.
Tak hanya tipe mayor, lanjut Rusnawati, ada pula ulcer dengan tipe herpetiform. Ukurannya bisa 2-3mm. Lesi yang terlihat bisa 2-3 da berkerumunan sehingga tampak seperti ulcer tipe mayor.
Dalam mengenal dan mengatasi sariawan, Rusnawati menyebut sangat mudah jika pasien pun mau menyesuaikan dengan faktor penyebab. Bahkan, tak sedikit sariawan yang bisa sembuh dengan sendirinya.
Lantas bagaimana dengan kanker rongga mulut?
Kanker mulut masih terbilang jarang terjadi di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, tercatat kanker mulut memiliki prevalensi 5,6 persen total kasus kanker. Akan tetapi, diperkirakan akan meningkat 21,5 persen pada tahun 2020 akibat kurangnya deteksi dini dan gejala yang kerap diabaikan. Data yang sama juga menyebutkan, angka kematian kanker rongga mulut adalah 2 persen sampai 3 persen, dari total kematian akibat keganasan.
Kanker mulut memang berawal jika pencegahan sariawan dan pengobatan tidak dilakukan dengan cepat dan tepat. Sariawan yang tidak termasuk penyakit mulut serius dan tidak berbahaya, membuat pasien kerap menganggap sebelah mata pengobatan sariawan.
Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat harus bisa membedakan sariawan biasa dengan kanker, yaitu waktu penyembuhan sariawan, tingkat kesakitan, lokasi sariawan, meraba sekitar luka sariawan serta melihat perubahan warna ada bercak putih dan merah atau tidak di rongga mulut.
“Suatu pertumbuhan sel kanker pada rongga mulut bibir, mukosa bibir, lidah, gusi, langit-langit, mukosa pipi, dan dasar mulut,” jelas Rusnawati.
Rusnawati memerinci, ada beberapa hal yang merupakan gejala kanker mulut. Pertama, sariawan lebih dari 1 bulan. Kedua, rasa sakit di rongga mulut yang tidak sembuh. Ketiga, pembengkakan pada dagu akibat pembengkakan kelenjar limfa submandibular.
Keempat, adanya rasa ganjal di tenggorokan yang tidak hilang. Kelima, kesulitan mengunyah dan menelan, gigi goyang atau tanggal di sekitar tumor. Keenam, benjolan pada leher. Terakhir, penurunan berat badan dan bau mulut.
“Nah, jenis kanker yang paling sering terjadi di rongga mulut ini namanya squamous cell carcinoma,” tuturnya.
Ada beberapa faktor penyebab kanker rongga mulut menurut Rusnawati. Meskipun secara umum tidak ada satu faktor pasti, kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol masih menjadi salah satu faktor utama penyakit ini. Faktor lain adalah iritasi kronis akibat restorasi gigi yang buruk, atau tepi gigi yang tajam infeksi virus HPV.
Untuk mengatasi sariawan berkepanjangan, serta untuk menjaga kesehatan mulut, Rusnawati mengimbau pasien bisa melakukan deteksi secara mandiri melalui gerakan Sa-Mu-Ri yakni Periksa Mulut Sendiri.
Gerakan ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu cuci tangan hingga bersih, berdiri di depan cermin, periksa bibir bagian atas dan bawah, periksa gusi atas dan bawah, periksa pipi bagian kanan dan kiri, periksa lidah bagian atas dan bawah, periksa rongga mulut atas dan bawah, periksa lidah sisi kanan dan kiri serta periksa kelincahan, kekakuan dan pergerakan lidah.
Hari Nugroho, Head of External Communication & Stakeholder Relation PT Kalbe Farma Tbk menjelaskan dalam mengantisipasi peningkatan angka kanker mulut, Kalbe berkomitmen dalam meningkatkan kesehatan untuk hidup yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan rutin memberikan edukasi kesehatan.
Salah satunya tentang cara membedakan sariawan biasa dan kanker mulut, serta deteksi dini mencegah sariawan tidak berlanjut menjadi kanker rongga mulut.
Vania Harista Product Manager PT Kalbe Farma Tbk menambahkan, prinsip pengobatan sariawan yang harus diperhatikan adalah kita harus mengatasi gejala dan mengatasi penyebabnya. Oleh sebab itu dalam pengobatan pasien harus memperhatikan obat sariawan yang ideal dan terbuat dari bahan alami.
Dia pun mengambil contoh produk Kalbe yakni Aloclair Plus sebagai salah satu produk obat sariawan yang efektif buat lapisan pelindung untuk mengurangi nyeri dengan efek tahan lama, serta tidak menimbulkan iritasi dan rasa perih.
Vania pun memerinci Aloclair memiliki kandungan Aloe Vera sebagai anti inflamasi, antiseptik, analgesik dan pembalut luka, Sodium Hyaluronate sebagai jaringan ikat, melembabkan, dan mempercepat penyembuhan luka, Glycyrrhetinic Acid mengandung ekstrak akar licorice sebagai antiinflamasi, dan Polyvinylpyrrolidone merupakan zat yang tidak diserap tubuh, disetujui FDA, dan mampu membentuk lapisan pelindung yang tahan lama.
Editor: M R Purboyo
Bagaimana membedakan sariawan dan kanker mulut? Demikian pertanyaan yang kerap kali muncul ketika seseorang mengalami sariawan yang berkepanjangan. Sariawan sendiri umumnya didefinisikan sebagai rasa sakit yang tak nyaman pada rongga mulut. Umumnya terdapat bintik kecil atau small pin point yang perih dan sakit pada bibit, area pipi bagian dalam, hingga lidah.
Ada banyak penyebab dari sariawan yang tidak mengacu pada kanker mulut. Menurut dr. Rusmawati, Sp.PM dari RS Mitra Keluarga, Bintaro, sariawan seringkali terjadi akibat adanya trauma pada wilayah mulut dan bibir.
Trauma ini kerap terjadi dari hal-hal mekanis misalnya pemakaian gigi tiruan yang tidak cocok dan menorehkan luka. Atau tepi gigi yang tajam dan membuat gigitan secara tak disengaja, bisa juga karena kebiasaan di tepian bibir.
Nah, jika luka tidak diatasi, inilah yang akan memberikan tampilan tepi sariawan yang keras dan dalam. Ada pula beberapa jenis trauma lain misalnya dari penggunaan bahan kimia yang tidak cocok.
“Kita bisa cek jenis sariawan ini dari tipe ulcer [luka] biasanya diameternya kurang dari 1 cm untuk tipe mayor, dia bisa bertahan 6 minggu dan menimbulkan jaringan paru. Biasanya ada di mukosa pipi, bibir, dan dasar mulut, tak jarang juga di area lidah,” ujar Rusnawati beberapa waktu yang lalu.
Tak hanya tipe mayor, lanjut Rusnawati, ada pula ulcer dengan tipe herpetiform. Ukurannya bisa 2-3mm. Lesi yang terlihat bisa 2-3 da berkerumunan sehingga tampak seperti ulcer tipe mayor.
Dalam mengenal dan mengatasi sariawan, Rusnawati menyebut sangat mudah jika pasien pun mau menyesuaikan dengan faktor penyebab. Bahkan, tak sedikit sariawan yang bisa sembuh dengan sendirinya.
Lantas bagaimana dengan kanker rongga mulut?
Kanker mulut masih terbilang jarang terjadi di Indonesia. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, tercatat kanker mulut memiliki prevalensi 5,6 persen total kasus kanker. Akan tetapi, diperkirakan akan meningkat 21,5 persen pada tahun 2020 akibat kurangnya deteksi dini dan gejala yang kerap diabaikan. Data yang sama juga menyebutkan, angka kematian kanker rongga mulut adalah 2 persen sampai 3 persen, dari total kematian akibat keganasan.
Kanker mulut memang berawal jika pencegahan sariawan dan pengobatan tidak dilakukan dengan cepat dan tepat. Sariawan yang tidak termasuk penyakit mulut serius dan tidak berbahaya, membuat pasien kerap menganggap sebelah mata pengobatan sariawan.
Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat harus bisa membedakan sariawan biasa dengan kanker, yaitu waktu penyembuhan sariawan, tingkat kesakitan, lokasi sariawan, meraba sekitar luka sariawan serta melihat perubahan warna ada bercak putih dan merah atau tidak di rongga mulut.
“Suatu pertumbuhan sel kanker pada rongga mulut bibir, mukosa bibir, lidah, gusi, langit-langit, mukosa pipi, dan dasar mulut,” jelas Rusnawati.
ilustrasi kanker/ istimewa
Rusnawati memerinci, ada beberapa hal yang merupakan gejala kanker mulut. Pertama, sariawan lebih dari 1 bulan. Kedua, rasa sakit di rongga mulut yang tidak sembuh. Ketiga, pembengkakan pada dagu akibat pembengkakan kelenjar limfa submandibular.
Keempat, adanya rasa ganjal di tenggorokan yang tidak hilang. Kelima, kesulitan mengunyah dan menelan, gigi goyang atau tanggal di sekitar tumor. Keenam, benjolan pada leher. Terakhir, penurunan berat badan dan bau mulut.
“Nah, jenis kanker yang paling sering terjadi di rongga mulut ini namanya squamous cell carcinoma,” tuturnya.
Ada beberapa faktor penyebab kanker rongga mulut menurut Rusnawati. Meskipun secara umum tidak ada satu faktor pasti, kebiasaan merokok dan mengonsumsi minuman beralkohol masih menjadi salah satu faktor utama penyakit ini. Faktor lain adalah iritasi kronis akibat restorasi gigi yang buruk, atau tepi gigi yang tajam infeksi virus HPV.
Untuk mengatasi sariawan berkepanjangan, serta untuk menjaga kesehatan mulut, Rusnawati mengimbau pasien bisa melakukan deteksi secara mandiri melalui gerakan Sa-Mu-Ri yakni Periksa Mulut Sendiri.
Gerakan ini terdiri dari beberapa langkah, yaitu cuci tangan hingga bersih, berdiri di depan cermin, periksa bibir bagian atas dan bawah, periksa gusi atas dan bawah, periksa pipi bagian kanan dan kiri, periksa lidah bagian atas dan bawah, periksa rongga mulut atas dan bawah, periksa lidah sisi kanan dan kiri serta periksa kelincahan, kekakuan dan pergerakan lidah.
Hari Nugroho, Head of External Communication & Stakeholder Relation PT Kalbe Farma Tbk menjelaskan dalam mengantisipasi peningkatan angka kanker mulut, Kalbe berkomitmen dalam meningkatkan kesehatan untuk hidup yang lebih baik bagi seluruh masyarakat Indonesia dengan rutin memberikan edukasi kesehatan.
Salah satunya tentang cara membedakan sariawan biasa dan kanker mulut, serta deteksi dini mencegah sariawan tidak berlanjut menjadi kanker rongga mulut.
Vania Harista Product Manager PT Kalbe Farma Tbk menambahkan, prinsip pengobatan sariawan yang harus diperhatikan adalah kita harus mengatasi gejala dan mengatasi penyebabnya. Oleh sebab itu dalam pengobatan pasien harus memperhatikan obat sariawan yang ideal dan terbuat dari bahan alami.
Dia pun mengambil contoh produk Kalbe yakni Aloclair Plus sebagai salah satu produk obat sariawan yang efektif buat lapisan pelindung untuk mengurangi nyeri dengan efek tahan lama, serta tidak menimbulkan iritasi dan rasa perih.
Vania pun memerinci Aloclair memiliki kandungan Aloe Vera sebagai anti inflamasi, antiseptik, analgesik dan pembalut luka, Sodium Hyaluronate sebagai jaringan ikat, melembabkan, dan mempercepat penyembuhan luka, Glycyrrhetinic Acid mengandung ekstrak akar licorice sebagai antiinflamasi, dan Polyvinylpyrrolidone merupakan zat yang tidak diserap tubuh, disetujui FDA, dan mampu membentuk lapisan pelindung yang tahan lama.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.