Begini Mekanisme Covid-19 Memperburuk Kondisi Pasien Diabetes
10 October 2021 |
19:52 WIB
Diabetes melitus atau tipe 2 menjadi salah satu komorbid yang memicu perburukan kondisi saat terinfeksi Covid-19. Tanpa infeksi pun, penyakit ini bisa menimbulkan komplikasi hingga kematian apabila tidak ditangani dengan tepat.
Spesialis penyakit dalam konsultan endokrinologi, metabolik, diabetes RS Pondok Indah dr. Wismandari menerangkan diabetes adalah kondisi di mana kadar gula dalam darah meningkat.
Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan diabetes antara lain pola hidup sedentari atau kurang aktif bergerak, genetik, perempuan yang memilik riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg, hipertensi, riwayat penyakit kardiovaskular, dan paling utama adalah obesitas.
Gejala penyakit ini seperti sering lelah, sering buang air kecil, berat badan turun drastis tanpa sebab yang jelas, luka yang sembuh lama, sering merasa lapar, pandangan mata kabur, kaki yang sering kesemutan atau mati rasa, sering merasa haus, infeksi vagina, hingga menurunnya gairah seksual.
Nah, pasien diabetes yang ‘nakal’ dengan tidak menerapkan hidup sehat dan minum obat sesuai anjuran dokter hingga kadar gula darahnya melebihi batas normal (hiperglikemia), kata Wismandari akan mengalami perburukan gejala lebih cepat saat terinfeksi Covid-19. Intervensi medis pun meningkat.
Selain itu, peningkatan kematiannya mencapai 86 persen, kemudian peningkatan kejadian sindrom gawat darurat napas akut (ADRS) 53 persen, peningkatan cedera ginjal akut 88 persen, dan peningkatan cedera jantung akut sampai 76 persen.
“Pasien diabetes dengan kadar HbA1c tinggi memiliki dua kali risiko lebih tinggi terkena Covid-19 dengan gejala berat hingga kematian,” tegas Wismandari.
Adapun dalam mekanismenya, Covid-19 menyebabkan kerusakan sel beta pankreas dan akhirnya menyebabkan sekresi insulin hingga terjadi peningkatan gula darah dan peradangan. Berlanjut pada kerusakan sel endotel kemudian trombosis atau penggumpalan darah yang memicu kerusakan berbagai organ.
Mekanisme lainnya yakni Covid-19 menyebabkan badai sitokin hingga menimbulkan resistensi insulin dan peningkatan gula darah hingga memicu peradangan. Peningkatan gula darah juga memicu trombosis kemudian kerusakan berbagai organ.
Oleh karena itu, penting bagi pasien diabetes untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dan mengontrol kadar gula darahnya. Menurut Wismandari, penderita diabetes juga penting untuk diberi vaksin Covid-19 dengan catatan gula darah yang terkendali dan tidak dalam kondisi metabolik akut.
Sejauh ini, vaksin terbukti 59 persen mencegah Covid-19 yang bergejala, 70 persen mencegah gejala sedang, dan 100 persen mencegah gejala berat.
“Vaksinasi bukan mencegah infeksi virus tetapi apabila terinfeksi idak jatuh ke dalam kondisi berat,” sebut Wismandari.
Editor: Indyah Sutriningrum
Spesialis penyakit dalam konsultan endokrinologi, metabolik, diabetes RS Pondok Indah dr. Wismandari menerangkan diabetes adalah kondisi di mana kadar gula dalam darah meningkat.
Ada beberapa faktor risiko yang menyebabkan diabetes antara lain pola hidup sedentari atau kurang aktif bergerak, genetik, perempuan yang memilik riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lebih dari 4 kg, hipertensi, riwayat penyakit kardiovaskular, dan paling utama adalah obesitas.
Gejala penyakit ini seperti sering lelah, sering buang air kecil, berat badan turun drastis tanpa sebab yang jelas, luka yang sembuh lama, sering merasa lapar, pandangan mata kabur, kaki yang sering kesemutan atau mati rasa, sering merasa haus, infeksi vagina, hingga menurunnya gairah seksual.
Nah, pasien diabetes yang ‘nakal’ dengan tidak menerapkan hidup sehat dan minum obat sesuai anjuran dokter hingga kadar gula darahnya melebihi batas normal (hiperglikemia), kata Wismandari akan mengalami perburukan gejala lebih cepat saat terinfeksi Covid-19. Intervensi medis pun meningkat.
Selain itu, peningkatan kematiannya mencapai 86 persen, kemudian peningkatan kejadian sindrom gawat darurat napas akut (ADRS) 53 persen, peningkatan cedera ginjal akut 88 persen, dan peningkatan cedera jantung akut sampai 76 persen.
“Pasien diabetes dengan kadar HbA1c tinggi memiliki dua kali risiko lebih tinggi terkena Covid-19 dengan gejala berat hingga kematian,” tegas Wismandari.
Adapun dalam mekanismenya, Covid-19 menyebabkan kerusakan sel beta pankreas dan akhirnya menyebabkan sekresi insulin hingga terjadi peningkatan gula darah dan peradangan. Berlanjut pada kerusakan sel endotel kemudian trombosis atau penggumpalan darah yang memicu kerusakan berbagai organ.
Mekanisme lainnya yakni Covid-19 menyebabkan badai sitokin hingga menimbulkan resistensi insulin dan peningkatan gula darah hingga memicu peradangan. Peningkatan gula darah juga memicu trombosis kemudian kerusakan berbagai organ.
Oleh karena itu, penting bagi pasien diabetes untuk selalu menerapkan protokol kesehatan dan mengontrol kadar gula darahnya. Menurut Wismandari, penderita diabetes juga penting untuk diberi vaksin Covid-19 dengan catatan gula darah yang terkendali dan tidak dalam kondisi metabolik akut.
Sejauh ini, vaksin terbukti 59 persen mencegah Covid-19 yang bergejala, 70 persen mencegah gejala sedang, dan 100 persen mencegah gejala berat.
“Vaksinasi bukan mencegah infeksi virus tetapi apabila terinfeksi idak jatuh ke dalam kondisi berat,” sebut Wismandari.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.