Penelitian Baru Ini Buktikan Monday Blues Benar Ada
04 October 2021 |
18:20 WIB
Sebuah studi meneliti dua teori tentang bagaimana karyawan memandang hari Senin, dan ternyata karyawan memiliki pandangan yang berbeda terhadap awal dan akhir pekan. Dilansir oleh Forbes, studi tentang kepuasan kerja yang dilakukan oleh peneliti dari sejumlah universitas global itu mencoba untuk mengadu perspektif Monday Blues dengan gagasan bahwa karyawan sudah mendapatkan cukup istirahat dan mampu menghadapi dunia pada hari Senin.
Temuan dari penelitian memiliki dampak terhadap bagaimana pengusaha seharusnya mengelola lima hari kerja dalam sepekan.
Menurut penulis utama studi tersebut, Shani Pindek, asisten profesor di Universitas Haifa, mengatakan Monday Blues menunjukkan bagaimana pekerja tidak senang kembali bekerja setelah istirahat di akhir pekan.
Mereka tidak hanya harus kembali bekerja setelah istirahat dua hari, tetapi mereka masih harus menunggu lima hari lagi untuk liburan akhir pekan berikutnya.
Namun, saat akhir pekan mendekat, suasana hati mereka meningkat dan pada Jumat sore, teori ini menyatakan bahwa pekerja berada di tempat yang lebih baik dan lebih mampu menangani apa pun yang menghadang mereka.
"Pada hari Jumat ... pekerja lebih mampu menangani atau bahkan mengabaikan pemicu stres, mengetahui paparan terhadap stres akan berakhir untuk pekan ini," para peneliti menjelaskan.
Meskipun libur akhir pekan dapat berarti bebas dari pekerjaan (bagi sebagian orang), menghabiskan waktu untuk berlibur, benar-benar terbebas dari pekerjaa, dapat memengaruhi karyawan secara berbeda dari pada libur di akhir pekan.
Setelah liburan, pekerja umumnya melaporkan kesejahteraan yang lebih besar dan lebih sedikit kelelahan. Sayangnya, Pindek mengatakan efek ini biasanya tidak bertahan lama.
Untuk membantu pekerja mengelola Monday Blues mereka, ada beberapa cara yang dapat diterapkan pemilik usaha untuk dapat beradaptasi.
Setiap kegiatan kesehatan, fisik maupun mental, yang diadakan oleh perusahaan sebaiknya dijadwalkan di awal pekan, ketika karyawan sangat membutuhkannya.
Demikian pula, perubahan operasional besar yang mungkin menyebabkan stres harus ditempatkan lebih dekat ke akhir pekan.
Editor: Fajar Sidik
Temuan dari penelitian memiliki dampak terhadap bagaimana pengusaha seharusnya mengelola lima hari kerja dalam sepekan.
Menurut penulis utama studi tersebut, Shani Pindek, asisten profesor di Universitas Haifa, mengatakan Monday Blues menunjukkan bagaimana pekerja tidak senang kembali bekerja setelah istirahat di akhir pekan.
Mereka tidak hanya harus kembali bekerja setelah istirahat dua hari, tetapi mereka masih harus menunggu lima hari lagi untuk liburan akhir pekan berikutnya.
Namun, saat akhir pekan mendekat, suasana hati mereka meningkat dan pada Jumat sore, teori ini menyatakan bahwa pekerja berada di tempat yang lebih baik dan lebih mampu menangani apa pun yang menghadang mereka.
Ilustrasi (Photo by Israel Andrade on Unsplash)
Meskipun libur akhir pekan dapat berarti bebas dari pekerjaan (bagi sebagian orang), menghabiskan waktu untuk berlibur, benar-benar terbebas dari pekerjaa, dapat memengaruhi karyawan secara berbeda dari pada libur di akhir pekan.
Setelah liburan, pekerja umumnya melaporkan kesejahteraan yang lebih besar dan lebih sedikit kelelahan. Sayangnya, Pindek mengatakan efek ini biasanya tidak bertahan lama.
Untuk membantu pekerja mengelola Monday Blues mereka, ada beberapa cara yang dapat diterapkan pemilik usaha untuk dapat beradaptasi.
Setiap kegiatan kesehatan, fisik maupun mental, yang diadakan oleh perusahaan sebaiknya dijadwalkan di awal pekan, ketika karyawan sangat membutuhkannya.
Demikian pula, perubahan operasional besar yang mungkin menyebabkan stres harus ditempatkan lebih dekat ke akhir pekan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.