Ilustrasi makan di tempat (Photo by Brett Stone on Pexels)

Dine In Belum Maksimal, Berikut 3 Tips Bisnis Kuliner yang Patut Dicoba

04 October 2021   |   11:19 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Pelaksanaan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat yang diberlakukan sejak Juni lalu diperkirakan berakhir hari ini, Senin (4/10). Meski demikian dampaknya terhadap pelaku bisnis di Indonesia masih sangat signifikan. Sepanjang tiga bulan terakhir, pusat perbelanjaan harus menutup operasinya, begitu pula dengan larangan pelanggan makan di tempat (dine in).

Hal ini secara langsung mempengaruhi pemasukan dari beragam industri bisnis, tidak terkecuali restoran. Berdasarkan data dari Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), sepanjang tahun 2020 sebanyak 1.033 restoran resmi tutup secara permanen di Indonesia. 

Jika kita bandingkan dengan kondisi bisnis kuliner sebelum pandemi, masih banyak yang menggantungkan transaksi harian dari dine-in. Sementara untuk pemesanan online, biasanya masih banyak yang hanya mengoptimalkan pemesanan eksklusif melalui layanan pesan singkat seperti Whatsapp atau media sosial. 

Baca jugaMau Bisnis F&B? Simak 3 Hal yang Harus Diperhatikan Produsen Makanan & Minuman Ini

Tentunya dibutuhkan adaptasi yang cepat dengan mengimplementasikan beragam solusi terkini, agar pelaku bisnis bisa mempertahankan usahanya, untuk mengantisipasi kondisi lainnya di masa depan. Nah, langkah-langkah apa saja yang sebaiknya diambil? 

Berikut beberapa tips bisnis kuliner dari tim OttoPoint, penyedia layanan loyalitas pelanggan:
 
 

1. Maksimalkan platform dan media online

Peningkatan tren pemesanan online, mau tidak mau mempengaruhi penyesuaian strategi penjualan dan promosi yang berbeda dari beberapa tahun silam.

Pertama, bisa secara perlahan mengembangkan frozen food. Biayanya lebih efisien, makanan lebih tahan lama, selain itu dapat dijual lebih luas melalui e-commerce. 

Kedua, para pelaku bisnis sebaiknya mulai secara kreatif membuat konten promosi melalui media sosial seperti Instagram, TikTok, Facebook dan lainnya. Pada riset yang dirangkum oleh We Are Social, dari 274,9 juta penduduk di Indonesia, sekitar 170 juta orang adalah pengguna aktif media sosial. 
 

2. Mulai terapkan strategi marketing yang efektif dari sekarang

Pandemi bisa menjadi waktu yang tepat untuk memikirkan kembali strategi marketing yang efektif dan berkelanjutan. Salah satunya mengadakan program reward yang fleksibel dan disesuaikan dengan kebutuhan. 

Selain itu, hal terpenting yaitu pelaku bisnis juga bisa mengumpulkan database pelanggan yang nantinya berguna untuk mengenal perilaku transaksi maupun preferensi mereka terhadap produk tertentu.

 

3. Gunakan database untuk strategi marketing terfokus

Database yang didapatkan dari program reward berguna untuk lebih mengenal kebiasaan pelanggan. Hal ini tentunya berdampak positif untuk membuat strategi marketing yang efisien dan tepat sasaran. 

Kinerja marketing akhirnya bisa diukur dengan lebih efektif juga, serta mencapai hasil yang lebih maksimal. Pelanggan pun lebih nyaman, karena mereka mendapatkan konten marketing yang sesuai dengan kebiasaan dan pilihan personalnya.

Mereka pun tidak lagi merasa terganggu dengan konten atau iklan yang tidak relevan. Harapan akhirnya, mereka tertarik untuk bertransaksi kembali. 

Tentu saja kita menginginkan pandemi segera berlalu. Tetapi karena ini adalah kondisi yang berada di luar kendali kita, maka sebaiknya para pelaku bisnis segera mengadopsi strategi marketing baru yang menguntungkan pada saat ini. 

Terlebih langkah tersebut tak hanya berguna untuk sekarang, tapi juga masa-masa mendatang.


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

Drama Korea Lost Catat Rating Rendah, Ini Kata Penonton

BERIKUTNYA

Molnupiravir, Obat Covid-19 Oral Pertama Buatan AS

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: