Pengaturan Kualitas Udara di Sekolah Bantu Tangkal Covid-19
27 September 2021 |
12:56 WIB
Sekolah-sekolah kini menerapkan kembali pembelajaran tatap muka (PTM) setelah lebih dari 1 tahun proses pembelajaran dilakukan secara jarak jauh melalui daring. Agar anak dapat aman dari Covid-19, menerapkan protokol kesehatan dan menjaga kualitas udara sangatlah penting.
Dalam rilis yang Hypeabis.id terima, Budi Haryanto, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sekaligus Fellow of Occupational and Environmental Health di Collegium Ramazzini, Italy, menuturkan pembukaan sekolah adalah langkah penting yang pada akhirnya memang harus dilakukan jika melihat potensi dampak belajar dari rumah terhadap perkembangan kognitif dan psikologis anak dalam jangka panjang.
“Di sisi lain, kita juga harus memastikan lingkungan belajar yang aman,” katanya.
Dia mengungkapkan Covid-19 dapat menular melalui udara atau airbone sehingga strategi manajemen kualitas udara memiliki peran krusial dalam memastikan keamanan anak-anak saat belajar di dalam ruangan kelas.
Sebelumnya, dalam rilis yang sama, disebutkan bahwa para peneliti juga telah melaporkan bahwa ruang kelas dengan ventilasi udara yang buruk menjadi salah satu sumber penyebaran virus yang sangat cepat, sehingga perlu ventilasi dan pengukuran kualitas udara yang baik sebagai langkah pencegahan.
Peneliti kualitas udara terkemuka dunia sekaligus penulis The Lancet Report on Airborne Transmission of SARS CoV-2 dan laporan Exhaled CO2 as a Covid-19 Infection Risk Proxy, yakni Jose-Luis Jimenez menuturkan berbagai studi menunjukkan peran penting mitigasi risiko berlapis, atau dikenal dengan istilah Swiss Cheese Model dalam menurunkan risiko penularan Covid-19 secara signifikan di berbagai sekolah di belahan dunia.
Manajemen kualitas udara dalam ruangan termasuk pengukuran kadar CO2, ventilasi udara, serta air filtration merupakan komponen kunci dalam menurunkan risiko penularan, sehingga meningkatkan keamanan anak-anak kita bersekolah tatap muka di tengah periode new normal.
Pendekatan Swiss Cheese Model menekankan tidak adanya solusi tunggal yang dapat secara efektif memerangi penularan virus yang menyerang saluran pernafasan seseorang. Untuk itu, diperlukan strategi mitigasi yang berlapis-lapis.
Dalam Swiss Cheese model, ventilasi dan penyaringan udara menjadi kunci untuk memitigasi risiko penularan virus, dikombinasikan dengan upaya-upaya pencegahan individu seperti memakai masker dan mencuci tangan.
Editor: Fajar Sidik
Dalam rilis yang Hypeabis.id terima, Budi Haryanto, Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia sekaligus Fellow of Occupational and Environmental Health di Collegium Ramazzini, Italy, menuturkan pembukaan sekolah adalah langkah penting yang pada akhirnya memang harus dilakukan jika melihat potensi dampak belajar dari rumah terhadap perkembangan kognitif dan psikologis anak dalam jangka panjang.
“Di sisi lain, kita juga harus memastikan lingkungan belajar yang aman,” katanya.
Dia mengungkapkan Covid-19 dapat menular melalui udara atau airbone sehingga strategi manajemen kualitas udara memiliki peran krusial dalam memastikan keamanan anak-anak saat belajar di dalam ruangan kelas.
Sebelumnya, dalam rilis yang sama, disebutkan bahwa para peneliti juga telah melaporkan bahwa ruang kelas dengan ventilasi udara yang buruk menjadi salah satu sumber penyebaran virus yang sangat cepat, sehingga perlu ventilasi dan pengukuran kualitas udara yang baik sebagai langkah pencegahan.
Peneliti kualitas udara terkemuka dunia sekaligus penulis The Lancet Report on Airborne Transmission of SARS CoV-2 dan laporan Exhaled CO2 as a Covid-19 Infection Risk Proxy, yakni Jose-Luis Jimenez menuturkan berbagai studi menunjukkan peran penting mitigasi risiko berlapis, atau dikenal dengan istilah Swiss Cheese Model dalam menurunkan risiko penularan Covid-19 secara signifikan di berbagai sekolah di belahan dunia.
Manajemen kualitas udara dalam ruangan termasuk pengukuran kadar CO2, ventilasi udara, serta air filtration merupakan komponen kunci dalam menurunkan risiko penularan, sehingga meningkatkan keamanan anak-anak kita bersekolah tatap muka di tengah periode new normal.
Pendekatan Swiss Cheese Model menekankan tidak adanya solusi tunggal yang dapat secara efektif memerangi penularan virus yang menyerang saluran pernafasan seseorang. Untuk itu, diperlukan strategi mitigasi yang berlapis-lapis.
Dalam Swiss Cheese model, ventilasi dan penyaringan udara menjadi kunci untuk memitigasi risiko penularan virus, dikombinasikan dengan upaya-upaya pencegahan individu seperti memakai masker dan mencuci tangan.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.