Keren, Ini 4 Inovasi Bisnis dari Limbah Makanan
17 September 2021 |
12:03 WIB
Sampah makanan menjadi salah satu penyumbang terbesar permasalahan sampah di Indonesia. Badan Perencana Pembangunan Nasional (Bappenas) mengungkapkan limbah sampah makanan di Indonesia sebesar 23 juta hingga 48 juta ton per tahun pada 2000 hingga 2019. Data tersebut didapatkan dari analisis kolaborasi pemerintah Indonesia dengan Foreign Commonwealth Office Inggris selama 20 tahun terakhir.
Limbah sampah tersebut telah menyebabkan dampak multidimensi. Dari segi lingkungan, timbunan sampah telah menimbulkan 1.702,9 megaton emisi karbon dioksida. Secara ekonomis, hal itu juga menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp 213 triliun hingga Rp 551 triliun per tahun.
Meskipun begitu, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi sampah makanan. Mulai dari serat kain dari jeruk hingga pembersih dari limbah makanan, berikut ini beberapa inovasi bisnis sampah makanan dari berbagai dunia seperti disebutkan oleh Sustaination, Jumat (17/9/2021).
1. Cairan pembersih
Amanda Weeks adalah CEO dan salah satu pendiri dari Ambrosia, sebuah perusahaan berbasis di New York yang membuat cairan pembersih serbaguna dari sisa makanan. Ambrosia mencatat bahwa komponen terbesar dari limbah makanan adalah air, dan di dalam 1,3 miliar ton makanan yang terbuang secara global setiap tahunnya terdapat 45 triliun galon air. Dengan proses bio-refining, mereka mengambil sisa makanan tersebut dan menjadikannya produk pembersih.
2. Aplikasi sumbang sisa makanan
Maen Mahfoud merupakan pendiri dari Replate yang berbasis di California, AS. Replate adalah organisasi nirlaba teknologi dengan misi mengurangi limbah makanan melalui sistem aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk menyumbang maupun menerima makanan. Dengan aplikasi Replate, Maen dan timnya sejauh ini berhasil menyelamatkan sekitar 625.000 ton makanan.
3. Tepung dari limbah roti
Toko roti di Prancis membuang banyak makanan setiap tahunnya. Kondisi tersebut disiasati oleh pendiri Crumbler, Franck Wallet, untuk menciptakan mesin yang mampu menggiling roti tua menjadi bubuk yang dapat didaur ulang menjadi tepung. Berkat usahanya itu, dia sudah berhasil menyelamatkan 150.000 ton limbah roti.
4. Serat kain dari limbah jeruk
Jeruk adalah salah satu buah populer yang disukai banyak orang karena kandungan manfaatnya untuk kesehatan. Namun, siapa yang menyangka jika limbah dari buah berwarna jingga itu bisa menjadi serat tekstil berkualitas.
Orange Fiber adalah perusahaan berbasis di Italia yang menciptakan kain ramah lingkungan dari limbah jus jeruk yang seharusnya dibuang. Hingga saat ini, Orange Fiber setidaknya sudah berhasil mengolah sekitar 700.000 ton limbah jeruk untuk dijadikan serat kain dan pakaian.
Editor: Avicenna
Limbah sampah tersebut telah menyebabkan dampak multidimensi. Dari segi lingkungan, timbunan sampah telah menimbulkan 1.702,9 megaton emisi karbon dioksida. Secara ekonomis, hal itu juga menimbulkan kerugian ekonomi sebesar Rp 213 triliun hingga Rp 551 triliun per tahun.
Meskipun begitu, berbagai upaya telah dilakukan untuk mengurangi sampah makanan. Mulai dari serat kain dari jeruk hingga pembersih dari limbah makanan, berikut ini beberapa inovasi bisnis sampah makanan dari berbagai dunia seperti disebutkan oleh Sustaination, Jumat (17/9/2021).
1. Cairan pembersih
Amanda Weeks adalah CEO dan salah satu pendiri dari Ambrosia, sebuah perusahaan berbasis di New York yang membuat cairan pembersih serbaguna dari sisa makanan. Ambrosia mencatat bahwa komponen terbesar dari limbah makanan adalah air, dan di dalam 1,3 miliar ton makanan yang terbuang secara global setiap tahunnya terdapat 45 triliun galon air. Dengan proses bio-refining, mereka mengambil sisa makanan tersebut dan menjadikannya produk pembersih.
Ilustrasi serat kain dari limbah jeruk (Dok. Orange Fiber)
2. Aplikasi sumbang sisa makanan
Maen Mahfoud merupakan pendiri dari Replate yang berbasis di California, AS. Replate adalah organisasi nirlaba teknologi dengan misi mengurangi limbah makanan melalui sistem aplikasi yang memudahkan masyarakat untuk menyumbang maupun menerima makanan. Dengan aplikasi Replate, Maen dan timnya sejauh ini berhasil menyelamatkan sekitar 625.000 ton makanan.
3. Tepung dari limbah roti
Toko roti di Prancis membuang banyak makanan setiap tahunnya. Kondisi tersebut disiasati oleh pendiri Crumbler, Franck Wallet, untuk menciptakan mesin yang mampu menggiling roti tua menjadi bubuk yang dapat didaur ulang menjadi tepung. Berkat usahanya itu, dia sudah berhasil menyelamatkan 150.000 ton limbah roti.
4. Serat kain dari limbah jeruk
Jeruk adalah salah satu buah populer yang disukai banyak orang karena kandungan manfaatnya untuk kesehatan. Namun, siapa yang menyangka jika limbah dari buah berwarna jingga itu bisa menjadi serat tekstil berkualitas.
Orange Fiber adalah perusahaan berbasis di Italia yang menciptakan kain ramah lingkungan dari limbah jus jeruk yang seharusnya dibuang. Hingga saat ini, Orange Fiber setidaknya sudah berhasil mengolah sekitar 700.000 ton limbah jeruk untuk dijadikan serat kain dan pakaian.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.