Lydia Angelina Rinaldi (kiri), Arlin Chondro (tengah), dan Anisa Azizah (kanan)-Dok. Wismilak Foundation

Berinovasi Kala Pandemi, Yuk Contek Kiat Berbisnis Tiga Pengusaha Perempuan Ini!

18 August 2021   |   15:05 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Perempuan adalah sosok kreator yang andal. Setidaknya hal itu terbukti melalui kisah tiga srikandi pelaku UMKM masa kini yang berani membuat gebrakan dan mengembangkan usahanya di tengah situasi pandemi. Mengambil momentum Hari Kemerdekaan Indonesia, Diplomat Success Challenge (DSC) 12, kompetisi dan ekosistem persembahan Wismilak Foundation, membagikan cerita inspiratif dari tiga srikandi pelaku UMKM masa kini. 

Mereka adalah Arlin Chondro, Lidya Angelina Rinaldi dan Anisa Azizah yang merintis bisnis sekaligus sosok entrepreneur perempuan masa kini yang terbukti tangguh, resilient, bahkan berinovasi  mengembangkan usaha di tengah pandemi lewat strategi adaptif dan pemanfaatan jejaring sebagai support system dalam mengembangkan bisnis.

Ketiganya adalah sama-sama pemenang DSC XI dan berhak mendapatkan hibah modal usaha sebesar Rp 300 juta untuk masing-masing pemenang dari total keseluruhan hibah modal usaha sebesar Rp 2 miliar.

Merangkum dari keterangan resmi yang diterima Hypeabis.id, berikut ini adalah kisah sukses ketiga pebisnis perempuan tersebut.
 
Arlin Chondro, Inovasi Produk yang Relevan dengan Kebutuhan Masyarakat
 

Arlin Chondro (Dok. Arlin Chondro/Instagram)

Arlin Chondro (Dok. Arlin Chondro/Instagram)

Mulanya Arlin merintis bisnisnya berangkat dari niatnya sebagai Ibu yang mencari alternatif lebih alami untuk anaknya yang mengalami asma dan alergi. Singkat cerita, lahirlah Peek Me Natural sebagai bentuk terapi alternatif dalam bentuk aromaterapi dengan memanfaatkan khasiat essential oils. Namun saat pandemi menerjang, performa bisnisnya sempat turun. Hal ini tidak membuat Arlin berhenti dan mendorong dirinya untuk cepat beradaptasi dengan buat gebrakan pengembangan produk baru. 

Melalui  Peek Me Naturals, brand yang menawarkan produk kesehatan hingga skincare berbahan alami,  meluncurkan produk baru yaitu terapi anosmia yaitu produk aromaterapi yang membantu mengembalikan indera penciuman yang hilang. Produk berupa satu set inhaler ini diciptakan untuk menstimulasi saraf olfaktori supaya dapat membantu indera berfungsi kembali.

“Inovasi di tengah PPKM  ini mendapat respon positif dan telah membantu banyak konsumen di tengah situasi pandemi," ungkapnya.
 
Lydia Angelina Rinaldi, Fokus Bidik Market Yang Potensial
 

Lydia Angelina Rinaldi (Dok. BliBli)

Lydia Angelina Rinaldi (Dok. BliBli)


Lydia, founder La Dame In Vanilla, melakukan upaya perubahan strategi yaitu fokus pada spesifik market yang punya potensi besar di tengah situasi pandemi. Setelah melalui riset perilaku konsumen di tengah pandemi  dan berbekal insight yang didapatkan saat ikuti mentoring Diplomat Entrepreneur Network, Lydia melahirkan produk baru bernama Vanilla Pound Cake Mist.

Produk vanila yang diklaim sehat dan bebas gluten yang dirancang membantu masyarakat urban yang akhir-akhir ini gemar baking saat menghabiskan di rumah saja.

“Dengan cara penggunaan yang mudah, produk ini membantu masyarakat menyalurkan hobi ‘baking’ di rumah. Tidak saja di Indonesia, produk ini pun meraih respon positif dari luar negeri.” ujarnya.

Langkah jitu Lydia ini pun menegaskan pentingnya pelaku bisnis untuk tidak takut bikin gebrakan dengan fokus pada inovasi produk yang lebih relevan sesuai kebutuhan masyarakat.
 
Anisa Azizah, Ubah Strategi Penjualan Bahan Baku Bangunan ke Online
 

Anisa Azizah (Dok. Situs resmi ITB)

Anisa Azizah (Dok. Situs resmi ITB)

Apabila bisnis konstruksi banyak didominasi pria, Anisa Azizah tak ragu bermain di sektor tersebut. Co-founder & CEO Tech Prom Lab yang merupakan bisnis rintisan berfokus pada inovasi material bangunan, langsung cepat beradaptasi hadapi ketidakpastian pandemi. Setelah fokus pengembangan hasil riset di lab, bersama timnya Anisa merilis produk beton berpori untuk dikomersilkan.

Namun di tahun kedua bisnis berjalan, pandemi memaksa kami untuk memutar otak dalam memasarkan beton berpori pada masyarakat umum. Anisa pun mengubah channel pemasaran dari sebagian besar melalui offline ke online

“Memang awalnya sulit. Tidak familiar menjual bahan baku bangunan melalui online. Namun dengan riset mengetahui lebih jauh siapa target marketnya, menganalisa perilaku mereka mencari sumber informasi, akhirnya kami bisa ketahui platform digital apa yang cocok menjual bahan bangunan. Bahkan terbukti penjualan terdongkrak naik melalui lead dari digital.” ungkapnya.

Lebih lanjut alumni Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung ini pun optimistis, lewat gebrakan Tech Prom Lab memasarkan material konstruksi seperti beton berpori melalui online, bisnisnya menjadi pionir bahwa industri konstruksi pun bisa agile memasarkan produk lewat kanal digital.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Tinder Bakal Verifikasi Identitas untuk Semua Pengguna

BERIKUTNYA

Progresnya Cepat, Tak Lama Lagi Vaksin Merah Putih Diuji Coba ke Manusia

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: