Upaya Arsitek Yori Antar Mengembalikan Situs Muaro Jambi Jadi Tempat Belajar Dunia
09 June 2025 |
08:00 WIB
Upaya pelestarian Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Muaro Jambi di tepi Sungai Batanghari terus dilakukan. Tidak sekadar pemugaran, mereka yang terlibat ingin mengembalikan esensi dari situs yang pada abad ke-7 itu tercatat sebagai tempat mengajar para guru agama Buddha.
KCBN Muaro Jambi bukan hanya kompleks percandian. Dalam buku I-Tsing, pendeta dari China yang dikenal sebagai penjelajah dan penerjemah teks agama Buddha, dikatakan bahwa jika ingin belajar agama Buddha, Muaro Jambi adalah tempatnya.
Baca juga: Mendorong Candi Jadi Simbol Budaya, Bukan Sekadar Objek Wisata
“Jadi, abad ke-7 itu sudah jadi satu kawasan university yang luar biasa, sehingga I-Tsing bilang kalau mau belajar Buddha, belajarlah ke Muaro Jambi,” ujar Arsitek Yori Antar saat berbincang dengan Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Keagungan Muaro Jambi pun diakui Dalai Lama. Hal tersebut terungkap ketika Yori meminta Dalai Lama menuliskan sambutan untuk bukunya yang mengulas tentang Tibet agar banyak orang Indonesia mengenal keindahan negeri Buddha itu.
Seperti tertampar, Dalai Lama mengatakan kepada Yori bahwa meskipun tidak banyak orang Indonesia mengenal Tibet, tetapi orang-orang Tibet sejak dahulu hingga sekarang selalu mengenal Indonesia. Konon, pendiri Negeri Tibet merupakan guru agama Buddha dari India, Atisha Dipankara.
Atisha diketahui telah berguru hampir 11 tahun pada seorang Lama Serlingpa di Golden Island yang kini dikenal sebagai Sumatra, yakni Serlingpa Dharmakirti. Adapun Golden Island, disematkan kepada Muaro Jambi karena material arsitektur bangunannya terbuat dari terakota, warnanya akan memantulkan keemasan ketika matahari terbit dan terbenam.
“Jadi, ini bukan sekedar membangun situsnya kembali. Kita kembalikan bahwa dulu tempat belajarnya dunia,” tegas Yori.
Tak ayal, museum pun didirikan di KCBN Muaro Jambi. Yori menyebut kawasan ini menjadi laboratorium praktek lapangan dan tempat pembelajaran terbuka bagi para pelajar maupun arkeolog dunia. “Jadi, Kemendikbud memutuskan Muaro Jambi akan dikembalikan sebagai universitas lintas ilmu,” terangnya.
Museum yang dirancang Yori memanfaatkan terakota yang dilapis untuk memberikan kesan bangunan modern. Tentu, bukan terakota kuat yang ditemukan di situs candi.
Adapun bangunan-bangunan baru yang dibuat Yori rata-rata terdiri dari satu lantai dengan mengambil kearifan lokal pada masa lalu, namun fungsinya modern. Dia menyebut rata-rata bangungan tersebut mengambil model Pradaksina, tradisi meditasi dengan berjalan kaki mengelilingi stupa candi sebanyak tiga kali searah jarum jam. Kemudian, ada pula model Mandala yang mengarah timur-barat dan utara-selatan.
Menggunakan drone LiDAR, terpantau ada seratus lebih kumpulan situs yang terpendam di bawah tanah. Terbagi menjadi dua kawasan, Yori menyebut salah satu situs dalam kondisi yang menyedihkan karena berhimpitan dengan tempat penyimpanan batu-bara di tepi sungai Batanghari.
“Jadi ada pengusaha-pengusaha di seberang itu menimbun batu baranya di daerah situs. Nah, ini kan sangat mengganggu, ya. Belum kapal-kapal besarnya bikin polusi, yang membuat situsnya jadi rusak,” jelasnya.
Oleh karena itu, sedang diupayakan agar lokasi penimbunan batu bara dari aktivitas pertambangan dipindah. Ya, selain melakukan perbaikan pada bangunan bersejarah, upaya yang dilakukan juga mengembalikan fungsi kawasan.
Yori diminta untuk melakukan penataan kawasan dengan metode seminimalis mungkin agar tidak merusak situs yang ada. Semua material memakai resapan, kendaraaan yang diperbolehkan lewat pun berbahan dasar listrik.
Polusi udara dan polusi suara diminimalisir demi menjaga kelestarian pohon hingga hewan endemik di KCBN Muaro Jambi. Transportasi utama pun dengan menggunakan perahu kayu yang memanfaatkan kanal-kanal purba yang dihidupkan kembali.
“Di dalam metode kita melestarikan situs bersejarah, selain ini akan menjadi sumber ilmu pengetahuan, bukan hanya buat para antropolog dan arkeolog, tapi buat arsitek, buat botanical garden, buat kebudayaan, dan sebagainya,” tutur Yori.
Kanal yang ada di sekitar situs diketahui juga memiliki sejarah mendalam. Dahulu, air sungai Batanghari selalu meluap ketika musim hujan dan membanjiri KCBN Muaro Jambi yang ada di tepinya. Tak ayal, kala itu dibangunlah kanal untuk mengendalikan banjir.
Pemerintah pun memutuskan untuk membangkitkan kembali fungsi kanal-kanal purba yang sudah tertutup oleh tanah, taneman, eceng gondok, hingga permukiman. Faktanya tidak hanya berfungsi untuk mencegah banjir, tanah yang ada di dasar kanal ternyata dahulu menjadi material untuk membuat terakota dengan kualitas sangat bagus.
Terakota purba yang ditemukan disinyalir telah bertahan lebih dari seribu tahun. “Ada sebuah sumur digali, terakotanya masih utuh semua dan masih ada kendaraan air,” imbuhnya.
Masyarakat juga akan diberdayakan dan ikut bertanggung jawab menjaga kelestarian KCBN Muaro Jambi. Dia berharap agar pemerintah daerah setempat tidak perlu membangun hotel.
Untuk menampung para wisatawan sejarah, pelajar, termasuk para arkeolog dunia, Yori menyebut di sekitar KCBN akan dibangun homestay bergaya arsitektur Melayu Jambi atau arsitektur Batanghari, yang bisa dikelola oleh masyarakat. “Homestay-nya, rumah-rumah panggungnya, masyarakat bisa ikut tinggal di sana, tapi tamu punya kamar,” jelasnya.
Saat ini, hampir semua pekerjaan sudah selesai. Untuk tahap restorasi dan revitalisasi berikutnya, tergantung pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah arahan Menteri Fadli Zon. Belum bisa diketahui pasti kapan semua candi dikembalikan secara utuh.
Seperti halnya Piramida di Mesir, penggalian akan terus dilakukan para arkeolog nantinya di situs Muaro Jambi. Saat ini, yang baru ditemukan yakni sekitar 110 situs dan belum sepenuhnya digali.
Baca juga: Dorong Pengakuan dari UNESCO, Candi Muaro Jambi Kembali Direvitalisasi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
KCBN Muaro Jambi bukan hanya kompleks percandian. Dalam buku I-Tsing, pendeta dari China yang dikenal sebagai penjelajah dan penerjemah teks agama Buddha, dikatakan bahwa jika ingin belajar agama Buddha, Muaro Jambi adalah tempatnya.
Baca juga: Mendorong Candi Jadi Simbol Budaya, Bukan Sekadar Objek Wisata
“Jadi, abad ke-7 itu sudah jadi satu kawasan university yang luar biasa, sehingga I-Tsing bilang kalau mau belajar Buddha, belajarlah ke Muaro Jambi,” ujar Arsitek Yori Antar saat berbincang dengan Hypeabis.id beberapa waktu lalu.
Rancangan revitalisasi KCBN Muaro Jambi. (Sumber gambar: Dok. Yori Antar)
Seperti tertampar, Dalai Lama mengatakan kepada Yori bahwa meskipun tidak banyak orang Indonesia mengenal Tibet, tetapi orang-orang Tibet sejak dahulu hingga sekarang selalu mengenal Indonesia. Konon, pendiri Negeri Tibet merupakan guru agama Buddha dari India, Atisha Dipankara.
Atisha diketahui telah berguru hampir 11 tahun pada seorang Lama Serlingpa di Golden Island yang kini dikenal sebagai Sumatra, yakni Serlingpa Dharmakirti. Adapun Golden Island, disematkan kepada Muaro Jambi karena material arsitektur bangunannya terbuat dari terakota, warnanya akan memantulkan keemasan ketika matahari terbit dan terbenam.
Rancangan revitalisasi KCBN Muaro Jambi. (Sumber gambar: Dok. Yori Antar)
Tak ayal, museum pun didirikan di KCBN Muaro Jambi. Yori menyebut kawasan ini menjadi laboratorium praktek lapangan dan tempat pembelajaran terbuka bagi para pelajar maupun arkeolog dunia. “Jadi, Kemendikbud memutuskan Muaro Jambi akan dikembalikan sebagai universitas lintas ilmu,” terangnya.
Museum yang dirancang Yori memanfaatkan terakota yang dilapis untuk memberikan kesan bangunan modern. Tentu, bukan terakota kuat yang ditemukan di situs candi.
Adapun bangunan-bangunan baru yang dibuat Yori rata-rata terdiri dari satu lantai dengan mengambil kearifan lokal pada masa lalu, namun fungsinya modern. Dia menyebut rata-rata bangungan tersebut mengambil model Pradaksina, tradisi meditasi dengan berjalan kaki mengelilingi stupa candi sebanyak tiga kali searah jarum jam. Kemudian, ada pula model Mandala yang mengarah timur-barat dan utara-selatan.
Rancangan revitalisasi KCBN Muaro Jambi. (Sumber gambar: Dok. Yori Antar)
“Jadi ada pengusaha-pengusaha di seberang itu menimbun batu baranya di daerah situs. Nah, ini kan sangat mengganggu, ya. Belum kapal-kapal besarnya bikin polusi, yang membuat situsnya jadi rusak,” jelasnya.
Oleh karena itu, sedang diupayakan agar lokasi penimbunan batu bara dari aktivitas pertambangan dipindah. Ya, selain melakukan perbaikan pada bangunan bersejarah, upaya yang dilakukan juga mengembalikan fungsi kawasan.
Yori diminta untuk melakukan penataan kawasan dengan metode seminimalis mungkin agar tidak merusak situs yang ada. Semua material memakai resapan, kendaraaan yang diperbolehkan lewat pun berbahan dasar listrik.
Rancangan revitalisasi KCBN Muaro Jambi. (Sumber gambar: Dok. Yori Antar)
“Di dalam metode kita melestarikan situs bersejarah, selain ini akan menjadi sumber ilmu pengetahuan, bukan hanya buat para antropolog dan arkeolog, tapi buat arsitek, buat botanical garden, buat kebudayaan, dan sebagainya,” tutur Yori.
Kanal yang ada di sekitar situs diketahui juga memiliki sejarah mendalam. Dahulu, air sungai Batanghari selalu meluap ketika musim hujan dan membanjiri KCBN Muaro Jambi yang ada di tepinya. Tak ayal, kala itu dibangunlah kanal untuk mengendalikan banjir.
Pemerintah pun memutuskan untuk membangkitkan kembali fungsi kanal-kanal purba yang sudah tertutup oleh tanah, taneman, eceng gondok, hingga permukiman. Faktanya tidak hanya berfungsi untuk mencegah banjir, tanah yang ada di dasar kanal ternyata dahulu menjadi material untuk membuat terakota dengan kualitas sangat bagus.
Rancangan revitalisasi KCBN Muaro Jambi. (Sumber gambar: Dok. Yori Antar)
Masyarakat juga akan diberdayakan dan ikut bertanggung jawab menjaga kelestarian KCBN Muaro Jambi. Dia berharap agar pemerintah daerah setempat tidak perlu membangun hotel.
Untuk menampung para wisatawan sejarah, pelajar, termasuk para arkeolog dunia, Yori menyebut di sekitar KCBN akan dibangun homestay bergaya arsitektur Melayu Jambi atau arsitektur Batanghari, yang bisa dikelola oleh masyarakat. “Homestay-nya, rumah-rumah panggungnya, masyarakat bisa ikut tinggal di sana, tapi tamu punya kamar,” jelasnya.
Saat ini, hampir semua pekerjaan sudah selesai. Untuk tahap restorasi dan revitalisasi berikutnya, tergantung pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di bawah arahan Menteri Fadli Zon. Belum bisa diketahui pasti kapan semua candi dikembalikan secara utuh.
Seperti halnya Piramida di Mesir, penggalian akan terus dilakukan para arkeolog nantinya di situs Muaro Jambi. Saat ini, yang baru ditemukan yakni sekitar 110 situs dan belum sepenuhnya digali.
Baca juga: Dorong Pengakuan dari UNESCO, Candi Muaro Jambi Kembali Direvitalisasi
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.