Helmy Yahya Cerita Soal Kemenangan Film Nusantara di AI Film Awards 2025
03 June 2025 |
21:33 WIB
Film pendek asal Indonesia berjudul Nusantara berhasil meraih penghargaan bergengsi Best Documentary pada ajang AI Film Awards yang diselenggarakan di Cannes, Prancis. Prestasi ini bukan sekadar kemenangan artistik, melainkan juga penanda tonggak penting posisi Indonesia dalam kancah teknologi kreatif berbasis artificial intelligence (AI).
Film Nusantara berdurasi sekitar 4-5 menit. Seperti namanya, film ini mengangkat tema sejarah tentang kebesaran Nusantara era lampau, dengan narasi cerita akan berkutat pada era kerajaan Majapahit.
Dalam film ini, Gajah Mada menjadi tokoh sentral. Penonton akan diajak menyelami kembali perjuangan Gajah Mada dalam menyatukan wilayah-wilayah Nusantara.
Baca juga: Menuju Marche du Film 2028, Indonesia Siapkan Langkah Jadi Country of Honour
Film ini merupakan hasil kolaborasi sejumlah sosok kreatif lintas bidang, dengan Helmy Yahya bertindak sebagai Executive Producer dan Indra Yudhistira sebagai Producer. Konsep kreatif dikembangkan oleh Roman Nebo selaku Creative Producer.
Sementara itu, proses produksi berbasis kecerdasan buatan ditangani oleh AI Filmmaker Alexis Nova. Penyutradaraan dan penyuntingan dipercayakan kepada Ara Arush, dengan narasi disampaikan oleh Pitan Daslani dan Devi Erna.
Lalu, Aspek akurasi historis dalam film ini turut diperkuat melalui kontribusi Reinhard Tawas sebagai konsultan sejarah. Film ini secara keseluruhan diproduksi oleh rumah produksi Neyra Vision.
Eksekutif produser Helmy Yahya mengatakan kemenangan film Nusantara di AI Film Awards 2025 punya arti yang penting. Menurutnya, kemenangan tersebut adalah bukti bahwa Indonesia telah memiliki ekosistem kreatif berbasis AI yang mampu bersaing secara global.
“Ini merupakan sebuah pengakuan bahwa Indonesia telah memiliki studio film berbasis AI dan para pekerja seni di bidang AI-nya telah diakui dunia. Lebih membanggakan lagi karena film ini mengangkat cerita tentang Nusantara, sesuai dengan judulnya,” ujar Helmy kepada Hypeabis.id.
Lebih jauh, Helmy juga menyebut kemenangan film Nusantara punya layer dimensi yang unik. Pertama karena film ini mengangkat sebuah cerita tentang betapa besarnya Indonesia sebagai negara pada zaman dahulu, terutama saat era Majapahit.
Namun, karena film tentang masa lalu ini dibuat dengan teknologi AI, maka film ini pun akan memunculkan perbincangan tak hanya ke belakang, tetapi juga ke masa depan.
“Ini adalah simbol bahwa Indonesia tidak hanya pernah berjaya, tetapi juga memiliki potensi besar untuk berprestasi di masa depan,” tegasnya.
Film ini merupakan hasil inisiasi dari Jenderal TNI (Purn.) A.M. Hendropriyono, yang juga dikenal sebagai pendiri replika istana Majapahit di Jakarta. Gagasan tersebut kemudian dikembangkan oleh Mayor Jenderal TNI (Purn.) Lukman Maaruf dan direalisasikan oleh rumah produksi Neyra Vision.
Dalam proses kreatifnya, lanjut Helmy, Nusantara digarap dengan tahapan serupa film konvensional. Dimulai dari pengembangan alur cerita, penyusunan naskah, hingga validasi aspek historis.
Namun, yang membedakan adalah proses visualisasinya yang seluruhnya dilakukan dengan teknologi AI. Menurutnya, teknologi AI saat ini telah memungkinkan tim produksi untuk menampilkan adegan-adegan kolosal dengan efisiensi biaya yang lebih tinggi dan hasil visual yang tetap berkualitas.
“Untuk adegan-adegan kolosal, AI sangat dapat diandalkan, bahkan lebih ekonomis dibandingkan pengambilan gambar langsung,” jelas Helmy.
Hal menarik lainnya, Helmy juga menyebut proyek film ini digarap lintas negara. Pihaknya berkolaborasi dengan para konsultan teknologi dari Rusia yang telah memiliki pengalaman lebih dari satu dekade dalam pengembangan AI untuk keperluan visual.
Kolaborasi lintas negara ini menurutnya telah memberikan nilai tambah berupa transfer pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kapasitas kreatif nasional.
“Film ini merupakan kombinasi antara seniman Indonesia dan teman-teman dari Rusia yang telah berpengalaman dengan AI lebih dari 12 tahun. Mereka bersedia berbagi ilmu dan pengalaman, yang diharapkan akan mendorong kebangkitan ekonomi kreatif Indonesia melalui teknologi AI,” ungkap Helmy.
Dia menekankan bahwa teknologi AI merupakan sebuah masa depan, bukan hanya di bidang film tetapi juga sektor lainnya. Akan tetapi, dia juga menekankan bahwa AI juga harus dipandang sebagai alat pendukung, bukan pengganti peran manusia.
“AI hanyalah alat. Dia tidak akan menggeser posisi seniman manusia. Justru, keberadaan AI memperkuat kemampuan kita untuk mewujudkan visi-visi kreatif yang sebelumnya sulit dicapai,” pungkasnya.
Dia berharap penghargaan yang diraih Nusantara menjadi bukti bahwa Indonesia mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir tanpa meninggalkan kekayaan budayanya. Prestasi ini juga diharapkan menjadi pembuka jalan bagi lebih banyak karya berbasis AI yang menggali warisan sejarah Indonesia untuk disajikan kepada dunia.
Sebagai informas, AI Film Awards adalah ajang penghargaan internasional yang secara khusus didedikasikan untuk memberikan apresiasi kepada karya-karya film yang menggunakan Artificial Intelligence dalam proses produksinya.
Edisi perdana AI Film Awards diselenggarakan pada Mei 2024 di Cannes, dengan kehadiran lebih dari 200 partisipan. Setelah itu, ajang ini berlanjut ke sejumlah kota lain, termasuk Dubai, Marrakesh, Paris, Venesia, Bali, dan Hong Kong.
Baca juga: 15 Film Indonesia Siap Tayang Juni 2025 di Bioskop, Ada Gowok hingga Tenung
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Film Nusantara berdurasi sekitar 4-5 menit. Seperti namanya, film ini mengangkat tema sejarah tentang kebesaran Nusantara era lampau, dengan narasi cerita akan berkutat pada era kerajaan Majapahit.
Dalam film ini, Gajah Mada menjadi tokoh sentral. Penonton akan diajak menyelami kembali perjuangan Gajah Mada dalam menyatukan wilayah-wilayah Nusantara.
Baca juga: Menuju Marche du Film 2028, Indonesia Siapkan Langkah Jadi Country of Honour
Film ini merupakan hasil kolaborasi sejumlah sosok kreatif lintas bidang, dengan Helmy Yahya bertindak sebagai Executive Producer dan Indra Yudhistira sebagai Producer. Konsep kreatif dikembangkan oleh Roman Nebo selaku Creative Producer.
Sementara itu, proses produksi berbasis kecerdasan buatan ditangani oleh AI Filmmaker Alexis Nova. Penyutradaraan dan penyuntingan dipercayakan kepada Ara Arush, dengan narasi disampaikan oleh Pitan Daslani dan Devi Erna.
Lalu, Aspek akurasi historis dalam film ini turut diperkuat melalui kontribusi Reinhard Tawas sebagai konsultan sejarah. Film ini secara keseluruhan diproduksi oleh rumah produksi Neyra Vision.
Eksekutif produser Helmy Yahya mengatakan kemenangan film Nusantara di AI Film Awards 2025 punya arti yang penting. Menurutnya, kemenangan tersebut adalah bukti bahwa Indonesia telah memiliki ekosistem kreatif berbasis AI yang mampu bersaing secara global.
“Ini merupakan sebuah pengakuan bahwa Indonesia telah memiliki studio film berbasis AI dan para pekerja seni di bidang AI-nya telah diakui dunia. Lebih membanggakan lagi karena film ini mengangkat cerita tentang Nusantara, sesuai dengan judulnya,” ujar Helmy kepada Hypeabis.id.
Lebih jauh, Helmy juga menyebut kemenangan film Nusantara punya layer dimensi yang unik. Pertama karena film ini mengangkat sebuah cerita tentang betapa besarnya Indonesia sebagai negara pada zaman dahulu, terutama saat era Majapahit.
Namun, karena film tentang masa lalu ini dibuat dengan teknologi AI, maka film ini pun akan memunculkan perbincangan tak hanya ke belakang, tetapi juga ke masa depan.
“Ini adalah simbol bahwa Indonesia tidak hanya pernah berjaya, tetapi juga memiliki potensi besar untuk berprestasi di masa depan,” tegasnya.
Film ini merupakan hasil inisiasi dari Jenderal TNI (Purn.) A.M. Hendropriyono, yang juga dikenal sebagai pendiri replika istana Majapahit di Jakarta. Gagasan tersebut kemudian dikembangkan oleh Mayor Jenderal TNI (Purn.) Lukman Maaruf dan direalisasikan oleh rumah produksi Neyra Vision.
Dalam proses kreatifnya, lanjut Helmy, Nusantara digarap dengan tahapan serupa film konvensional. Dimulai dari pengembangan alur cerita, penyusunan naskah, hingga validasi aspek historis.
Namun, yang membedakan adalah proses visualisasinya yang seluruhnya dilakukan dengan teknologi AI. Menurutnya, teknologi AI saat ini telah memungkinkan tim produksi untuk menampilkan adegan-adegan kolosal dengan efisiensi biaya yang lebih tinggi dan hasil visual yang tetap berkualitas.
“Untuk adegan-adegan kolosal, AI sangat dapat diandalkan, bahkan lebih ekonomis dibandingkan pengambilan gambar langsung,” jelas Helmy.
Hal menarik lainnya, Helmy juga menyebut proyek film ini digarap lintas negara. Pihaknya berkolaborasi dengan para konsultan teknologi dari Rusia yang telah memiliki pengalaman lebih dari satu dekade dalam pengembangan AI untuk keperluan visual.
Kolaborasi lintas negara ini menurutnya telah memberikan nilai tambah berupa transfer pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi pengembangan kapasitas kreatif nasional.
“Film ini merupakan kombinasi antara seniman Indonesia dan teman-teman dari Rusia yang telah berpengalaman dengan AI lebih dari 12 tahun. Mereka bersedia berbagi ilmu dan pengalaman, yang diharapkan akan mendorong kebangkitan ekonomi kreatif Indonesia melalui teknologi AI,” ungkap Helmy.
Dia menekankan bahwa teknologi AI merupakan sebuah masa depan, bukan hanya di bidang film tetapi juga sektor lainnya. Akan tetapi, dia juga menekankan bahwa AI juga harus dipandang sebagai alat pendukung, bukan pengganti peran manusia.
“AI hanyalah alat. Dia tidak akan menggeser posisi seniman manusia. Justru, keberadaan AI memperkuat kemampuan kita untuk mewujudkan visi-visi kreatif yang sebelumnya sulit dicapai,” pungkasnya.
Dia berharap penghargaan yang diraih Nusantara menjadi bukti bahwa Indonesia mampu beradaptasi dengan teknologi mutakhir tanpa meninggalkan kekayaan budayanya. Prestasi ini juga diharapkan menjadi pembuka jalan bagi lebih banyak karya berbasis AI yang menggali warisan sejarah Indonesia untuk disajikan kepada dunia.
Sebagai informas, AI Film Awards adalah ajang penghargaan internasional yang secara khusus didedikasikan untuk memberikan apresiasi kepada karya-karya film yang menggunakan Artificial Intelligence dalam proses produksinya.
Edisi perdana AI Film Awards diselenggarakan pada Mei 2024 di Cannes, dengan kehadiran lebih dari 200 partisipan. Setelah itu, ajang ini berlanjut ke sejumlah kota lain, termasuk Dubai, Marrakesh, Paris, Venesia, Bali, dan Hong Kong.
Baca juga: 15 Film Indonesia Siap Tayang Juni 2025 di Bioskop, Ada Gowok hingga Tenung
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.