Bisnis Couture Makin Dilirik di Indonesia, Begini Tren dan Peluangnya
02 June 2025 |
12:11 WIB
Di tengah dominasi bisnis fesyen ready to wear (RTW), produk fesyen couture justru menunjukkan daya tarik dan potensi bisnis yang tak kalah menggiurkan. Dikenal sebagai bentuk tertinggi dari seni busana, couture tidak hanya menonjolkan keindahan estetika dan keahlian teknis, tetapi menawarkan peluang bisnis yang menarik.
Fenomena ini terlihat dalam perhelatan BTN Indonesia Fashion Week (IFW) 2025, yang menghadirkan berbagai koleksi couture dari para desainer senior maupun pendatang baru, memperlihatkan geliat potensi fesyen couture sebagai sektor yang menjanjikan.
Desainer sekaligus pendidik mode Abineri Ang mengaku lebih berfokus pada fesyen couture terutama untuk pakaian pengantin atau bridal dan gaun malam. Menurutnya, keunggulan utama couture adalah pendekatan yang lebih personal. Setiap konsumen atau klien akan mendapat desain yang lebih eksklusif, fitting secara khusus, hingga layanan yang disesuaikan sepenuhnya dengan kebutuhan klien.
Hal ini menciptakan loyalitas dan margin keuntungan yang lebih besar dibandingkan RTW, yang bersifat produksi massal. Sebab, couture bukan sekadar pakaian tetapi pengalaman yang dipesan dan dirancang secara khusus sehingga tidak bisa diduplikasi.
“Kalau RTW bisa cepat balik modal, tapi kompetisinya ketat dan margin kecil. Berbeda dengan couture yang pasarnya lebih niche tapi keuntungan per produk jauh lebih tinggi bisa jutaan hingga puluhan juta,” tutur pria yang akrab disapa Abi ini, usai penampilan fashion show The Daughters of Eve dalam perhelatan BTN Indonesia Fashion Week 2025.
Baca juga: Indonesia Fashion Week 2025 Resmi Ditutup, Dihadiri 34.000 Pengunjung
Harga yang terbilang cukup tinggi tersebut karena produk adibusana ini dikerjakan dengan craftsmanship yang tinggi serta memiliki detail yang rumit seperti aplikasi payet atau bordir 3D. Proses pengerjaannya pun terbilang cukup lama bisa mencapai berminggu bahkan berbulan-bulan.
Meskipun potensinya besar, segmen couture menghadapi tantangan pada aspek sumber daya manusia atau tenaga terampil yang benar-benar memahami teknik couture secara mendalam. “Banyak yang bisa bikin baju, tapi belum tentu bisa bikin couture. Yang detail, yang rapi, yang punya nilai seni dan bisnis sekaligus. Ini PR besar untuk industri kita,” ungkapnya.
Selain itu, Abi juga menilai banyak sekolah mode yang masih terlalu fokus pada teori dan kurang membekali siswa dengan keterampilan praktik serta manajemen bisnis.
Karena itulah di dalam Abineri Ang Designer’s Workshop, pusat pelatihan desain busana yang didirikan sejak 2000, Abi mengajarkan pendekatan langsung ke dalam dunia bisnis couture berbasis praktik mulai dari konsultasi klien, penetapan harga, hingga mengelola transaksi dan produksi.
“Saya mengajarkan para murid saya untuk memiliki sense estetika agar mampu menyesuaikan desain dengan target pasarnya sekaligus juga memahami cara mengelola klien,” tuturnya.
Dengan potensi yang masih terbuka tersebut, banyak desainer muda kini mulai menjadikan couture sebagai model bisnis utama, bukan hanya karena potensi margin keuntungan yang tinggi, tetapi juga karena fleksibilitas operasional yang ditawarkannya.
Baca juga: Mengenal Haute Couture dan Perbedaanya dengan Busana Ready to Wear
Nicole Boenawan, salah satu peserta IFW 2025 yang juga peserta didik dari Abineri Ang yang menuturkan bahwa memulai bisnis bridal dengan pendekatan desain couture jauh lebih realistis bagi desainer pemula.
“Saya bisa mengerjakan proyek dari rumah, satu klien dalam satu waktu, dengan pendekatan yang sangat personal. Ini membuatnya lebih manageable dibanding produksi massal,” ujar wanita yang membawa koleksi bertema Renewal Within.
Sementara itu, Shalena Beatrice, desainer di balik label White Petals Atelier menambahkan bahwa couture memberi ruang lebih luas untuk berekspresi sekaligus membangun relasi yang mendalam dengan pelanggan. “Dalam couture, saya bisa menerjemahkan identitas klien ke dalam desain, dan itu menciptakan loyalitas,” ujarnya.
Naomi Humara, alumni Abineri Ang yang kini mengelola butik couture di Jakarta, menambahkan bahwa penguasaan soft skill seperti negosiasi, empati klien, dan manajemen revisi desain sangat menentukan keberlangsungan bisnis couture.
Ini juga terlihat dalam koleksi busana yang dibawakan oleh Angel Berlian melalui brand Djibran by Angel Berlian yang menampilkan koleksi berbasis Noken Papua dalam sesi Allure of Indonesia. Dalam koleksinya tersebut, Angel membawa sembilan desain busana couture yang seluruhnya dibuat secara handmade.
Menggunakan material utama berupa Noken yaitu tas tradisional Papua yang dibuat dari serat alami dan dirajut oleh tangan perempuan. Koleksi ini bukan sebagai produk konsumsi massal melainkan karya budaya yang dirayakan.
“Noken itu bukan sekadar tas, melainkan identitas. Saya memilih menyewakan koleksi ini, bukan menjualnya bebas, agar sejarah dan nilainya tetap terjaga,” ujar Angel.
Menurut Angel, kalangan muda saat ini cenderung mencari busana custom-made untuk berbagai acara formal seperti red carpet, gala dinner, hingga pre-wedding, sehingga couture justru semakin relevan pada era digital yang serba personal ini.
“Inilah celah dan potensi yang saya lihat. Banyak anak muda sekarang ingin tampil beda sehingga membuka peluang bisnis desain couture yang mengangkat kekayaan budaya lokal. Tidak hanya di dalam negeri tetapi juga pasar global,” jelasnya.
Indonesia Fashion Week 2025 sebagai pekan mode fesyen terbesar di Indonesia memainkan peran penting dalam memperkenalkan dan mendorong pertumbuhan bisnis couture di dalam maupun luar negeri.
Tidak hanya menampilkan karya dalam panggung peragaan, IFW juga membuka akses bisnis bagi para desainer melalui pameran dagang, sesi business matching, hingga forum kreatif bersama buyer dan perwakilan dagang dari berbagai negara.
“IFW bukan hanya ajang peragaan busana, tetapi juga panggung untuk menunjukkan identitas budaya dan memperluas akses pasar global,” tegas Poppy Dharsono, Presiden Indonesia Fashion Week.
Baca juga: 5 Istilah dalam Dunia Fashion, Haute Couture sampai Capsule Wardrobe
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Fenomena ini terlihat dalam perhelatan BTN Indonesia Fashion Week (IFW) 2025, yang menghadirkan berbagai koleksi couture dari para desainer senior maupun pendatang baru, memperlihatkan geliat potensi fesyen couture sebagai sektor yang menjanjikan.
Desainer sekaligus pendidik mode Abineri Ang mengaku lebih berfokus pada fesyen couture terutama untuk pakaian pengantin atau bridal dan gaun malam. Menurutnya, keunggulan utama couture adalah pendekatan yang lebih personal. Setiap konsumen atau klien akan mendapat desain yang lebih eksklusif, fitting secara khusus, hingga layanan yang disesuaikan sepenuhnya dengan kebutuhan klien.
Hal ini menciptakan loyalitas dan margin keuntungan yang lebih besar dibandingkan RTW, yang bersifat produksi massal. Sebab, couture bukan sekadar pakaian tetapi pengalaman yang dipesan dan dirancang secara khusus sehingga tidak bisa diduplikasi.
“Kalau RTW bisa cepat balik modal, tapi kompetisinya ketat dan margin kecil. Berbeda dengan couture yang pasarnya lebih niche tapi keuntungan per produk jauh lebih tinggi bisa jutaan hingga puluhan juta,” tutur pria yang akrab disapa Abi ini, usai penampilan fashion show The Daughters of Eve dalam perhelatan BTN Indonesia Fashion Week 2025.
Baca juga: Indonesia Fashion Week 2025 Resmi Ditutup, Dihadiri 34.000 Pengunjung
Harga yang terbilang cukup tinggi tersebut karena produk adibusana ini dikerjakan dengan craftsmanship yang tinggi serta memiliki detail yang rumit seperti aplikasi payet atau bordir 3D. Proses pengerjaannya pun terbilang cukup lama bisa mencapai berminggu bahkan berbulan-bulan.
Meskipun potensinya besar, segmen couture menghadapi tantangan pada aspek sumber daya manusia atau tenaga terampil yang benar-benar memahami teknik couture secara mendalam. “Banyak yang bisa bikin baju, tapi belum tentu bisa bikin couture. Yang detail, yang rapi, yang punya nilai seni dan bisnis sekaligus. Ini PR besar untuk industri kita,” ungkapnya.
Selain itu, Abi juga menilai banyak sekolah mode yang masih terlalu fokus pada teori dan kurang membekali siswa dengan keterampilan praktik serta manajemen bisnis.
Karena itulah di dalam Abineri Ang Designer’s Workshop, pusat pelatihan desain busana yang didirikan sejak 2000, Abi mengajarkan pendekatan langsung ke dalam dunia bisnis couture berbasis praktik mulai dari konsultasi klien, penetapan harga, hingga mengelola transaksi dan produksi.
“Saya mengajarkan para murid saya untuk memiliki sense estetika agar mampu menyesuaikan desain dengan target pasarnya sekaligus juga memahami cara mengelola klien,” tuturnya.
Dengan potensi yang masih terbuka tersebut, banyak desainer muda kini mulai menjadikan couture sebagai model bisnis utama, bukan hanya karena potensi margin keuntungan yang tinggi, tetapi juga karena fleksibilitas operasional yang ditawarkannya.
Baca juga: Mengenal Haute Couture dan Perbedaanya dengan Busana Ready to Wear
Nicole Boenawan, salah satu peserta IFW 2025 yang juga peserta didik dari Abineri Ang yang menuturkan bahwa memulai bisnis bridal dengan pendekatan desain couture jauh lebih realistis bagi desainer pemula.
“Saya bisa mengerjakan proyek dari rumah, satu klien dalam satu waktu, dengan pendekatan yang sangat personal. Ini membuatnya lebih manageable dibanding produksi massal,” ujar wanita yang membawa koleksi bertema Renewal Within.
Sementara itu, Shalena Beatrice, desainer di balik label White Petals Atelier menambahkan bahwa couture memberi ruang lebih luas untuk berekspresi sekaligus membangun relasi yang mendalam dengan pelanggan. “Dalam couture, saya bisa menerjemahkan identitas klien ke dalam desain, dan itu menciptakan loyalitas,” ujarnya.
Naomi Humara, alumni Abineri Ang yang kini mengelola butik couture di Jakarta, menambahkan bahwa penguasaan soft skill seperti negosiasi, empati klien, dan manajemen revisi desain sangat menentukan keberlangsungan bisnis couture.
Mengangkat Budaya Lokal dalam Format Haute Couture
Salah satu keunikan couture Indonesia terletak pada kemampuannya mengangkat elemen-elemen tradisi lokal seperti batik, tenun, hingga noken ke dalam busana eksklusif bernilai seni tinggi dengan tetap menjaga nilai-nilai kulturnya. Hal ini menjadi unique selling point (USP) kuat yang tidak dimiliki oleh pasar mode global secara umum.Ini juga terlihat dalam koleksi busana yang dibawakan oleh Angel Berlian melalui brand Djibran by Angel Berlian yang menampilkan koleksi berbasis Noken Papua dalam sesi Allure of Indonesia. Dalam koleksinya tersebut, Angel membawa sembilan desain busana couture yang seluruhnya dibuat secara handmade.
Menggunakan material utama berupa Noken yaitu tas tradisional Papua yang dibuat dari serat alami dan dirajut oleh tangan perempuan. Koleksi ini bukan sebagai produk konsumsi massal melainkan karya budaya yang dirayakan.
“Noken itu bukan sekadar tas, melainkan identitas. Saya memilih menyewakan koleksi ini, bukan menjualnya bebas, agar sejarah dan nilainya tetap terjaga,” ujar Angel.
Menurut Angel, kalangan muda saat ini cenderung mencari busana custom-made untuk berbagai acara formal seperti red carpet, gala dinner, hingga pre-wedding, sehingga couture justru semakin relevan pada era digital yang serba personal ini.
“Inilah celah dan potensi yang saya lihat. Banyak anak muda sekarang ingin tampil beda sehingga membuka peluang bisnis desain couture yang mengangkat kekayaan budaya lokal. Tidak hanya di dalam negeri tetapi juga pasar global,” jelasnya.
Indonesia Fashion Week 2025 sebagai pekan mode fesyen terbesar di Indonesia memainkan peran penting dalam memperkenalkan dan mendorong pertumbuhan bisnis couture di dalam maupun luar negeri.
Tidak hanya menampilkan karya dalam panggung peragaan, IFW juga membuka akses bisnis bagi para desainer melalui pameran dagang, sesi business matching, hingga forum kreatif bersama buyer dan perwakilan dagang dari berbagai negara.
“IFW bukan hanya ajang peragaan busana, tetapi juga panggung untuk menunjukkan identitas budaya dan memperluas akses pasar global,” tegas Poppy Dharsono, Presiden Indonesia Fashion Week.
Baca juga: 5 Istilah dalam Dunia Fashion, Haute Couture sampai Capsule Wardrobe
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.