Pengunjung di pameran Kei Imazu (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Robby Fathan)

5 Pameran Seni Juni 2025 di Jakarta yang Sayang untuk Dilewatkan

31 May 2025   |   13:30 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Buat Genhype yang butuh jeda sejenak dari rutinitas harian, pameran seni bisa jadi pilihan tepat untuk melepas penat sekaligus memperkaya wawasan. Sepanjang Juni 2025, sejumlah pameran menarik hadir di Jakarta dan bisa dikunjungi, mulai dari karya kontemporer hingga eksplorasi sejarah dan wastra Nusantara.

Selain keindahan, Genhype juga dapat mengetahui banyak hal dari karya yang terpajang. Bukan tanpa alasan, dalam berkarya, seniman kerap menyampaikan pesan atau melakukan riset banyak tentang banyak hal.

Berikut sejumlah pameran seni yang dapat menjadi pilihan sepanjang Juni 2025.

Baca Juga: Pameran Imersif di Museum Nasional Rayakan 75 Tahun Diplomasi Indonesia–Prancis

 

Pointing to the Synchronous Windows


Pointing to the Synchronous Windows merupakan pameran koleksi Museum Macan yang dapat dinikmati pada Juni 2025. Pameran ini menampilkan koleksi museum dari beberapa seniman seperti Yayoi Kusama, Affandi, dan Lee Bul.

Pointing to the Synchronous Windows menggabungkan dua referensi konseptual yang membingkai dua fokus. “Pointing” atau “menunjuk” diambil dari novel Gabriel García Márquez (1927-2014), One Hundred Years of Solitude (1967), yang menggugah bagaimana tubuh memiliki kemampuan untuk mengungkapkan makna melalui isyarat.

Synchronous Windows merujuk pada seri lukisan jendela karya perupa Robert Delaunay (1885-1941) yang menjalin cahaya dan warna melalui bidang-bidang yang saling tumpang tindih dan susunan ruang yang berlapis, untuk menyiratkan bahwa ruang bukan sekadar sesuatu yang dipersepsikan secara pasif, melainkan dibentuk secara aktif.

 

Kei Imazu: The Sea is Barely Wrinkled


Kei Imazu: The Sea is Barely Wrinkled merupakan pameran lainnya yang dapat dinikmati oleh Genhype pada Juni 2025. Pameran tunggal seniman asal Jepang yang berada di Bandung itu dilaksanakan di Museum Macan.

Dalam pameran yang menggugah ini, Kei Imazu mengkonfigurasi ulang lapisan-lapisan sejarah, alam, dan ingatan, menggabungkannya ke dalam karya-karya yang sarat akan makna serta mengeksplorasi bagaimana gema masa lalu beriak ke masa kini untuk membentuk masa depan.

 

Membangun di Lahan Basah dari Gudang Barat hingga Museum Bahari 1652-1977


Genhype juga dapat menyaksikan pameran bertajuk Membangun di Lahan Basah dari Gudang Barat hingga Museum Bahari 1652-1977 pada Juni 2025. Di pameran ini, Genhype dapat menjelajahi sejarah Museum Bahari, situs cagar budaya di Lahan Basah pelabuhan lama Batavia yang dibangun sebagai Gudang VOC pada 1652 dan menjadi museum pada 1977.

Pameran ini mempresentasikan hasil dokumentasi dan riset sejarah arsitektur dan kawasan Museum Bahari di muara Sungai Ciliwung. Dengan menghadirkan arsip dan karya seniman multidisiplin, pameran ini mencoba membuka diskusi seputar hubungan historis air dan daratan, akar rekayasa infrastruktur kolonial, ingatan warga, serta upaya museum merawat koleksi di tengah berbagai tantangan zaman.

Pameran yang diadakan di Museum Bahari, Jakarta, ini berlangsung sampai 22 Juni 2025 dan buka dari pukul 08.00 WIB sampai 16.00 WIB pada Selasa-Minggu.

 

Catur Kultur pada Wastra Indonesia


Pada Juni 2025, Genhype juga dapat menyaksikan pameran bertajuk Catur Kultur pada Wastra Indonesia yang diadakan di Museum Tekstil. Pameran ini diadakan dalam rangka memperingati hari jadi ke-49.

Dalam pameran yang berlangsung sampai 20 Juli 2025 itu, Genhype dapat menikmati cara kebudayaan China, India, Islam, dan Eropa memengaruhi wastra Indonesia dengan tidak menghilangkan identitas lokal. Kebudayaan-kebudayaan dari luar tersebut justru memperkaya wastra melalui motif, teknik, dan simbol filosofis.

 

Subliminal Maya: In Flux and Forms of Being


Pameran seni lainnya adalah Subliminal Maya: In Flux and Forms of Being di RUCI Art Space dan berlangsung sampai 29 Juni 2025. Pameran ini menyajikan bentuk seni yang mengeksplorasi kedalaman psikologis, sosial, dan spiritual yang terus bergeser.

Di tengah pusaran globalisasi, multipolaritas, dan disrupsi digital, pemahaman tentang realitas berubah, membuka ruang bagi pertanyaan mendalam tentang siapa diri, makna spiritualitas di era ini, dan bagaimana individu memosisikan diri dalam arus perubahan dan transformasi yang tak terhindarkan.

Pameran yang menampilkan 3 seniman muda, yakni Khadir Supartini, Kuncir Sathya Viku, dan M.S. Alwi tidak hanya memperkaya wacana seni kontemporer dan global. Lebih dari itu, pameran ini mengungkap makna yang mengalir dari pengalaman individu dan kolektif.

Baca Juga: Pameran Vox Populi, Fox They: Saat Poster Menolak Diam & Menggugat Realitas
 

SEBELUMNYA

Daftar Hotel untuk Staycation Akhir Pekan & Liburan Sekolah

BERIKUTNYA

Hari Tanpa Tembakau Sedunia Soroti Bahaya Rokok dan Vape

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: